Meranjau Diri Sendiri
“Negara kalian semakin rusak oleh kelakuan pengurusnya sendiri”, Mbah Sot melaporkan kepada anak-anak muda yang hatinya merasa terbuang itu, sebagaimana dikisahkan Brakodin, meng-Iqra` situasi Negerinya, “Mereka terjebak di dalam jebakan yang mereka ciptakan sendiri. Mereka terjerumus ke dalam ranjau yang mereka gali sendiri. Kaki mereka terserimpet oleh tali-tali yang mereka rajut sendiri. Mereka kebingungan oleh pukat ambisi mereka sendiri”.
“Pemimpin tertingginya sedang suntuk bekerja, berstrategi, dan mengatur-atur bagaimana melindungi seorang bawahannya. Yang posisinya sangat penting dibanding ribuan bawahannya yang lain. Yang juga merupakan kunci keselamatannya sendiri, serta kunci sukses atau gagalnya pelaksanaan berbagai perjanjian antara pimpinan tertinggi itu dengan sekumpulan orang kaya yang membiayai dan merekayasanya untuk menjadi pimpinan tertinggi”
“Dilindungi bagaimana? Dilindungi agar menang dalam dua perkara. Pertama, peradilan yang bisa menyeretnya masuk penjara. Kedua, pemilihan kepala daerah yang wajib dimenangkan oleh anak buahnya itu, apapun caranya, kalau perlu dengan mengubah neraka menjadi surga dan sebaliknya.”
“Saya butuh waktu tujuh hari tujuh malam untuk menguraikan semua itu”, kata Mbah Sot, diceritakan Brakodin, “tapi cobalah salah seorang dari kalian membuka Al-Qur`an. Carilah firman Tuhan: “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Allah, yaitu Al Kitab dan menjualnya dengan harga yang murah, mereka itu sebenarnya tidak menelan ke dalam perutnya melainkan api, dan Allah tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih”. [1] (Al-Baqarah 174).