Mengancam Diri Sendiri
Mbah Sot tak habis-habis cengeng kepada dirinya sendiri. “Aku dimarahi oleh sebagian dari jutaan anak-anak dan cucu-cucuku. Kalau mereka minta didoakan, lantas tidak atau belum terkabul, aku yang disalahkan dan dinilai bahwa doaku tidak maqbul, bahwa kedudukanku di hadapan Allah tidak mencukupi untuk dikabulkan”
“Kalau Negara dan rusak karena para pengelolanya jahat atau tidak setia kepada rakyat, anak-anak cucu-cucuku tidak marah kepada yang merusak, melainkan aku yang disalahkan, karena tidak mampu bertindak untuk menghentikan kerusakan itu. Kalau penjajahan atas kedaulatan rakyat dan martabat bangsa merajalela. Kalau situasi tidak bisa dipilah dan diurai untuk menemukan siapa yang tidak korupsi, atau tidak bisa membayangkan bahwa ada yang tidak korupsi – maka mereka mengecam kenapa aku tidak memberantas kebobrokan itu dan mengakhirinya”
“Sebagian anak-cucuku terus menerus memintaku untuk berkeliling, berjumpa dengan ribuan orang, membesarkan hati mereka, memberi bekal ilmu dan pengetahuan agar hidup mereka tetap semangat, optimis, tenteram dan kreatif. Tetapi anak-cucuku yang lain naik pitam, melarang aku bicara, menilai semua kata-kataku sia-sia. Karena yang ia butuhkan adalah beras untuk makan. Kalau aku tak bisa mengirimkan makanan atau uang, atau mencarikannya pekerjaan, ia akan bunuh diri”
“Aku mohon maaf kepada semua anak-cucuku. Sebab siapakah yang mempertemukan kita? “Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan”. [1] (An-Nisa: 14). Betapa tidak mudahnya Iqra`. Markesot mengancam dirinya sendiri.