Melihat Benda Purbakala di Rumah Fosil Banjarejo

Kurang lebih empat puluh kilometer jaraknya dari Kota Purwodadi untuk sampai ke Desa Banjarejo, tempat malam ini diselenggarakan Sinau Bareng. Rutenya tidak lurus-lurus saja, melainkan berliku-liku.

Tetapi rute seperti ini bukan hal baru bagi KiaiKanjeng, karena mereka sudah kerap menghadapi medan yang bermacam-macam seperti pada dua acara sebelumnya di Lamongan dan Gresik. Toh, KiaiKanjeng sangat senang dan apreciate dengan acara Sinau Bareng di Lapangan Dusun Ngrunut Banjarejo Grobogan ini. Pasalnya, acara ini terealisasi berkat kerja keras segenap masyarakat yang dipimpin langsung oleh lurahnya.
KiaiKanjeng melihat wajah-wajah sumringah, antusias, dan bahagia menyambut acara ini. Seperti rasa ketika sebuah hari yang dinanti telah tiba. Mulai dari anak-anak, remaja, muda-mudi, hingga mereka yang dewasa semuanya turut terlibat secara guyub.
Desa Banjarejo memiliki keunikan tersendiri karena merupakan desa wisata, dengan di dalamnya terdapat situs-situs purbakala. Karenanya, di desa ini dibangun Rumah Fosil di mana tersimpan dan terawat dengan baik berbagai macam fosil-fosil yang telah berusia sangat tua itu. Keberadaan situs ini pun menjadi berkah bagi masyarakat di sini. Mereka bangga desanya dapat menjadi desa wisata.

Selain persiapan cek suara tadi, KiaiKanjeng juga diajak oleh panitia untuk mengunjungi dan melihat-lihat fosil-fosil di Rumah Fosil yang berdesain Jawa itu dan berjarak hanya sekitar tiga ratusan meter dari lapangan tempat acara Sinau Bareng. Dan, di depan fosil-fosil itu KiaiKanjeng menjepret diri!
Seperti dilaporkan, dalam dua tahun terakhir ini Desa Banjarejo mendapatkan perhatian banyak pihak utamanya setelah temuan benda-benda yang tergolong cagar budaya tadi berhasil dilestarikan masyarakat. Benda-benda bersejarah itu berasal dari masa silam nan purbakala. Dalam konteks memaknai temuan dari masa silam inilah sebenarnya Panitia atau masyarakat desa Banjarejo mengundang Cak Nun dan KiaiKanjeng.
Selain dalam rangka mengungkapkan rasa syukur kepada Allah Swt, lewat Sinau Bareng ini Pak Lurah dan tokoh-tokoh Desa Banjarejo berharap Cak Nun dapat memberikan pemahaman mengenai pelestarian cagar budaya sebagai kesadaran dan aplikasi persambungan antara masa kini dengan masa silam.






Masih tentang Desa Banjarejo ini, KiaiKanjeng juga senang melihat sosok Pak Lurahnya. Yakni seorang anak muda yang bangga memajukan desanya. Ialah anak desa yang meninggalkan tanah kelahirannya untuk belajar di kota lain dan akan kembali ke desanya. Setelah lulus kuliah di Yogyakarta, Ia kembali ke desa untuk berkiprah membangun desanya.
Selepas Isya, Cak Nun pun telah tiba di lokasi dan disambut Pak Lurah, Panitia, serta para sesepuh desa. Seperti biasa, begitu turun dari mobil, tangan-tangan segera mendekat merapat cepat untuk salaman dengan Beliau. Tentu saja Cak Nun pun diajak untuk melihat benda-benda purbakala di Rumah Fosil dan mendengarkan berbagai informasi atau penjelasan mengenai pelestarian cagar budaya ini. (hm)