CakNun.com

Empat dari Sepuluh

Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 1 menit

Air yang mereka tadahi dari Mataair Maiyah mungkin sekedar dijadikan minuman untuk kesegaran di tenggorokan hidup bersama keluarga. Untuk peluasan dan pendalaman ilmu kehidupan. Untuk racikan baru kesehatan dan pengobatan. Untuk meningkatkan kualitas Ziro’ah, eksplorasi kreativitas Shina’ah dan respons terhadap perubahan tata penghidupan Tijaroh. Atau bisa juga untuk penghimpunan energi zaman melawan kedhaliman nasional dan global. Bahkan lebih menyeluruh, bulat, kaffah sekaligus detail dan ‘serbuk’.

Tetapi skala mereka sebatas “wala tansa nashibaka minad-dunya”. Tumpuan mereka adalah “innalloha ‘ala kulli syaiin qodir”. Koridor ilmu mereka adalah kesadaran bahwa pelaku utama perubahan adalah Allah sendiri. Serta takkan mereka lukai atau retak-kan nikmat Allah berupa perkenan Al-Muhtadin dan ikhtiar Al-Mutahabbina Fillah.

Pun jangan lupa: Mataair Maiyah bisa tidak berguna apapun. Orang datang ke Mataair Maiyah sekadar untuk memetik keuntungan bagi dirinya sendiri. Maiyah bisa tidak pernah menjadi apa-apa. Menguap ke kekosongan zaman. Sirna dari lembaran buku sejarah dan kehidupan. Menjadi hamparan kerakal-kerikil diinjak-injak oleh gajah Abrahah. Bisa karena kemalasan mental, kesemberonoan ilmu, kejumudan spiritual, atau ketidakberdayaan memanggul berkah. Maiyah menjadi ‘ilmun la yanfa’. Ilmu yang tidak bermanfaat. Dihentikan oleh Allah.

Lainnya

Sembilan dari Sepuluh

Sembilan dari Sepuluh

Maiyah tak berguna di Negerimu. Satu bangsa bisa menjajah bangsa lain karena nasionalisme bangsa penjajah itu tidak diletakkan dalam spektrum universalisme kemanusiaan.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Keluarga Almutahabbina Fillah

Keluarga Almutahabbina Fillah

Ada orang yang memeluk Agama bukan Islam tetapi hidupnya penuh perilaku positif, tutur katanya ...

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib