CakNun.com

Kuliah Gratis di ‘Universitas Maiyah’

Hanifah Mustika Wati
Waktu baca ± 3 menit

Ada seorang gadis yang ingin berkuliah. Di tengah-tengah keinginannya itu, ia menemukan kuliah gratis di ‘Universitas Maiyah’. Mungkin agak berlebihan jika ia menyamakan maiyah dengan universitas, tapi memang itulah yang ia rasakan.

Ia mulai mengenal kuliah gratis itu sejak Maret 2016. Ia mengetahui Universitas Maiyah pertama kali dari Buletin Maiyah. Buletin Maiyah membuat ia penasaran dengan universitas maiyah ini dan ia mulai merambah sumber online: caknun.com. Dari caknun.com inilah ia bisa membaca ‘modul kuliah’ online. Di situ ia menemukan ‘mata kuliah’ “Daur” yang pada awalnya ia kurang paham. Namun setelah membaca beberapa kali, mata kuliah “Daur” itu menjadi candu baginya, yang kemudian diikuti juga dengan mata kuliah “Daur 2” yang semakin memperluas khasanah kelimuannya.

Ia juga pernah dua kali mengikuti ‘kuliah umum’. Kuliah umum (Bangbang Wetan dan Tadabburan). Pada kuliah umum itu ia bisa bertemu langsung dengan guru besarnya (Mbah Nun, Cak Fuad, Kiai Muzammil, dan pembicara lainnya). Semenjak itu, ia mulai membaca modul kuliah offline: buku-buku Emha Ainun Nadjib yang ia sebut textbook dan hampir setiap hari mengikuti ‘kuliah online‘ (membaca di caknun.com). Menurutnya ini adalah kuliah gratis, sebagai pengganti dan tidak kalah berkualitas dari kuliah yang dia inginkan. Malahan lebih dari apa yang ia bayangkan.

Dari universitas maiyahlah ia masih memelihara semangat untuk membaca setiap hari. Baik membaca buku, sumber di internet, maupun membaca alam. Baginya, kuliah di Universitas Maiyah membebaskan memilih mata kuliah apa dan berapa SKS-nya. Ia bebas menyusun kurikulum belajarnya sendiri. Ia pun bebas memilih sumber bacaan berdasarkan topik yang diberikan dosennya. Setiap hal bisa menjadi dosen dan sumber belajarnya. Kuliah di sini ia bebas memilih semua metode belajar dan sumber belajar, dari buku atau dari media audio visual di video, serta melingkar di tadabburan sebagai kuliah umum.

Dosennya adalah para pembicara di forum maiyah dan para penulis di caknun.com. Lebih dari itu, sebenarnya siapapun dan apapun bisa menjadi dosennya. Guru besarnya tentu saja Mbah Nun. Dia juga merasa mengerjakan beberapa tugas yaitu berpikir, merenung, menulis, belajar mencintai Allah, Nabi Muhammad, Qur`an, dan mentadabburi Qur`an.

Banyak yang bisa ia lakukan. Ia tak perlu membayar. Itu semua gratis. Tak ada batasan waktu kapan ia harus kuliah. Tak ada batasan di mana ia harus kuliah. Tak ada ruangan khusus. Semua bebas dan gratis.

Sang guru besar, Mbah Nun, menurutnya, banyak memberikan saran-saran baginya dan rekan-rekan kuliahnya untuk mengembangkan pengetahuannya masing-masing, terus belajar, terus membaca serta mentadabburi apapun.

Ia bisa membaca buku apapun, seperti belajar tentang alam, qur`an, sejarah bangsanya, dll. Ia juga mulai tertarik mengobservasi apapun dan mengerjakan tugas dengan membuat beberapa tulisan. Ia pun merasa mempunyai banyak teman yang heterogen di lingkar Universitas Maiyah.

Sejak menemukan Universitas Maiyah, ia belajar untuk tidak terlalu mengharap banyak hal. Ia mendapatkan pelajaran yang paling penting: siap menerima apapun.

Baginya laboratorium belajar sangatlah luas. Ruangan kelasnya begitu luas “fil afaqi wa fi anfusikum”. Belajar banyak hal dari aspek sosial dan alam. Mulai tau bagaiman cara memandang dan jadi update dengan hal kekinian dan tahu posisi dan gelembungnya.

64 Tahun Mbah Nun. Nandur, Poso, Shodaqoh.

Membuka modul online di caknun.com pada Jum’at malam, 26 Mei 2017, ia menemukan tulisan singkat berwarna oranye dengan background hitam: 64th, dan tulisan berwarna putih di bawahnya: Nandur. Poso. Shodaqoh. Begitu senangnya ia dengan hal itu, hingga ia men-screenshoot tulisan itu dan mengirimnya kepada rekan kuliahnya di Universitas Maiyah. Temannya yang pertama kali menunjukkan Universitas Maiyah kepadanya. Pada Maret 2016, temannya itu memberikan dua Buletin Maiyah kepadanya dan sampai sekarang rutin mengingatkan kuliah umum di Universitas Maiyah tiap bulan.

Mengapa ia sangat senang dengan tulisan singkat: 64th. Nandur. Poso. Shodaqoh? Salah satunya, karena ia teringat setahun yang lalu ada event Ihtifal Maiyah dan ia membaca di internet tentang #63TahunCakNun. Waktu itu, ia baru saja tahu tentang Universitas Maiyah dan masih belum paham tentang maiyah. Kini, sudah berlalu masa itu setahun lamanya. Dan ia bersyukur sudah berkuliah selama setahun di Universitas Maiyah. Baru setahun ia mengikuti kuliah gratis ini, tapi energi maiyah ia rasakan 64 kali lebih besar.

Kini ia mengucapkan selamat mengulang hari dan bulan kelahiran bagi guru besarnya: Mbah Nun. Semoga selalu diberi kesehatan oleh Allah dan terus menemani anak cucu dan JM baik di kuliah online maupun offline.

Lainnya

Fenomena Emha

Fenomena Emha

Ketika kondisi sosial  politik dan birokrasi menjadi begitu angkuh dalam menghadapi manusia, kita akan terkenang kepada puisi-puisi Emha, seperti juga kita mengingat karya-karya Rendra atau Taufiq Ismail.

Halim HD
Halim HD