Khasanah Pak Nevi Tentang Wong Edan
Akhir pekan panjang ini KiaiKanjeng terjadwal Sinau Bareng nanti malam di Ponpes Singo Putih Prigen Pasuruan Jawa Timur. Dini hari tadi rombongan KiaiKanjeng meluncur ke Pasuruan.
Beristirahat sejenak dari padat lalu lintas orang-orang yang berlibur, mampirlah mereka di warkop dekat sebuah SPBU di Nganjuk. Sembari nyruput kopi panas, di depan teman-temannya, Pak Nevi Budianto menunjukkan keahlian lain dirinya yaitu pemetaan tentang orang gila atau wong edan.
Pak Bayu, Mas Giyanto, Mas SP Joko, dan Doni terpingkal-pingkal menyimak cerita Pak Nevi tentang fenomenologi dan jenis-jenis ekspresi wong edan di Jogja sejak 1970-an hingga 1990-an yang sedikit banyak ditirukan ekspresinya. Tentu cara Pak Nevi bercerita itu sendiri sudah mengundang kelucuan juga.
Ada orang gila yang selalu duduk mbegogok di pinggir jalan sambil meletakkan tangan kanannya di kepala. Seakan memperlihatkan sedang berpikir, merenung, sedih, dan sejenisnya.
Suatu ketika, kawan Pak Nevi bernama Jemek Supardi ketemu orang gila ini. Tampaknya ide usil selalu ada pada Jemek. Ketika ketemu orang gila itu, Jemek kober-kobernya menarik tangan kanan wong edan itu, menurunkannya ke bawah. Tetapi wong edan ini nggak mau tunduk pada Jemek. Ia konsisten. Setelah diturunkan, seketika juga dengan cepat tangan itu sudah kembali pada tempat semula di kepalanya.
Ada orang gila yang selalu menuntun sepeda ontel dan di stang-nya ada patung ayam jago. Ada yang kemana-mana membawa bendera merah putih. Dan masih banyak yang bergaya lain lagi. Rekan-rekan Pak Nevi yang terpingkal tadi akhirnya ikut menyumbangkan ingatannya tentang wong-wong edan yang pernah dijumpainya. Medang kopi sejenak itu rupanya menjadi ajang inventarisasi jenis wong edan. Pantas tak jarang panggung KiaiKanjeng disamperin orang gila.