CakNun.com

Kesadaran Mengubah Nasib

Galih Indra Pratama
Waktu baca ± 3 menit

Awalnya, saya kira menunggu adalah pekerjaan yang membosankan. Namun seiring berjalannya waktu, saya baru mengerti bahwa menunggu adalah salah satu kebijaksanaan yang diajarkan oleh Allah. Iya, Allah selalu lebih tahu waktu yang paling tepat. Kita hanya harus menunggu sampai momentum itu tiba. Entah berapa ratus, ribu, atau bahkan jutaan detik lagi. Entah di bilangan hari, bulan dan tahun keberapa. Pasti akan datang ketetapan-Nya yang tak pernah salah.

Kadang di saat menunggu sesuatu, entah itu saat saya sedang bekerja menunggu costumer yang datang, menunggu antrian saat sedang transaksi di bank, atau menunggu saat sedang memperbaiki sepeda motor di bengkel, pada saat itu terkadang sedang memikirkan atau merenungi sesuatu, bisa bermacam-macam apa yang dipikirkan atau direnungi. Dalam hal menunggu saya pribadi memang selalu memikirkan sesuatu, merenungi nasib saya sendiri.

Bicara tentang nasib, memang sering teringat ayat Al-Qur`an.

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa apa yang pada diri mereka” (Ar-Ra’d: 11). Ayat tersebut memang sudah jelas sekali, saya sendiri sudah melakukan hal tersebut berkali-kali, hasilnya perubahan demi perubahan menuju yang lebih baik memang selalu terjadi pada saya.

Padahal untuk apa nasib direnungi? Apa yang perlu direnungi dari nasib?

Tuhan bekerja menjalankan takdir-Nya, memproduksi nasib manusia dan apa saja ciptaan-Nya. Takdir atas angin, menghasilkan nasib angin. Pun nasib ayam, sehelai bulu, setetes embun, segundukan kecil gunung, hamparan ruang yang menggendong masyarakat galaksi, apa saja“.

Yang perlu direnungi adalah perkembangan kerja kerasmu, ketekunan atau kemalasanmu, ketangguhan atau kerapuhan mentalmu, ketenangan atau kegalauan hatimu, pengolahan kecerdasan atau pembodohan akal pikiranmu“.

Yang perlu direnungi adalah naik turunnya kesabaranmu selama menunggu waktu di bumi sebelum dipindahkan ke tempat yang lain. Keteguhan jiwamu menjalani jarak dari awal hingga akhir tugasmu yang ini, supaya kualitas penugasan atasmu meningkat pada era berikutnya sesudah kepastian yang untuk sementara disebut kematian–Daur 51Apa Yang Perlu Direnungi Dari Nasib?.

Kesimpulan yang saya dapat dari tulisan Mbah Nun di Daur tersebut kalau diartikan bisa memiliki makna dari Surat Ar-Ra’d: 11. Allah memang Maha Mengetahui semua takdir manusia ciptaan-Nya sendiri, kita hanya sabar dan sebatas menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Yang saya lakukan saat ini hanya sebatas berjuang mengubah suatu keadaan, karena hasil semua itu mutlak kehendak Allah sendiri.

Melanjutkan tulisan Mbah Nun di daur tadi memang sudah di jelaskan kalau:

Yang perlu direnungi bukan keputusan Tuhan. Yang harus direnungi untuk diperbaiki adalah keputusan-keputusanmu sendiri. Atas keputusan Tuhan, jelas masalahnya: ikhlas menerima, kemarin, hari ini atau besok“.

Nasib Tonjé tidak baik. Nasib Kasdu tidak buruk. Nasib Markesot tidak gimana-gimana. Tidak ada ukuran-ukuran semacam itu. Lebih bodoh lagi adalah perbandingan nasib. Kepiting tidak merenungi nasibnya yang tak bisa terbang. Burung elang tidak menyesali nasibnya kok tidak dijadikan ayam yang disantapnya. Panas tidak mencemburui dingin. Bumi tidak dengki kepada langit. Malaikat tidak meratapi eksistensinya yang tanpa nafsu, meskipun juga tidak perlu kasihan kepada manusia yang kebanyakan di antara mereka hancur lebur hidupnya oleh nafsu“.

Bahkan yang kaya tidak ada alasan untuk menyimpulkan ia lebih sukses dibanding yang miskin. Sebab hidup di dunia tidak ada kaitannya dengan pencapaian dunia. Yang berkarier memuncak dengan jabatan, pangkat, kemasyhuran dan harta benda, tidak perlu bodoh untuk menganggap yang lain yang tidak mencapai itu semua berada di bawahnya, di belakangnya atau di tempat lain yang marginal”. –Daur 51Apa Yang Perlu Direnungi Dari Nasib?.

Terkait seberapa sebentar atau lamanya kita harus menunggu, atau tentang nasib saya sendiri, memang saya berpikir Allah punya kebijaksanaan yang cukup untuk menentukannya. Toh selama ini Allah tak pernah terlambat, Dia selalu tepat waktu. Lagi pula, sebentar atau lama itu harusnya tak terlalu menjadi masalah, apalagi tentang nasib kita sendiri. Yang terpenting buat saya adalah berjuang.

Untuk mereka yang memahami bahwa hidup bukanlah sekadar kumpulan waktu, hidup adalah kumpulan kesadaran. Karenanya, nilainya bukan ditentukan dari seberapa sebentar atau lamanya, tapi seberapa banyak kesadaran yang kita miliki tentang kehidupan itu sendiri. Kesadaran yang menjelma menjadi hikmah juga pengalaman berharga dalam setiap episode kehidupan. Begitu juga dengan menunggu. Bukan seberapa lama waktu menunggu, tapi tentang seberapa banyak hal berharga yang bisa kita dapatkan dari proses menunggu itu sendiri.

Lainnya

Meng-Hakim-i Pluralisme

Meng-Hakim-i Pluralisme

Meng-Hakim-i bukan menghakimi, pluralisme bukan pluralitasnya. Meng-Hakim-i maksudnya di sini adalah menempatkan kesadaran Al-Hakim kepada objek yang sedang kita bedah bersama.

Muhammad Zuriat Fadil
M.Z. Fadil
Berusaha Mewujudkan Cita-Cita

Berusaha Mewujudkan Cita-Cita

Semenjak saya belajar di SD hingga sesudah lulus SMA, rasanya kalau membicarakan tentang cita-cita itu agak mengecewakan hati saya sendiri.

Galih Indra Pratama
Galih Indra P.