CakNun.com

Kenduri Cinta Mendalami Rute Kebahagiaan

Redaksi
Selama kita tidak memiliki konsep rindu, kangen, dan cinta dalam beragama, maka kita tidak akan menemukan kebahagiaan.
Klik gambar untuk memperbesar.

Semalam, 18 Agustus 2017, berlangsung Majelis Ilmu Kenduri Cinta edisi Agustus 2017. Seperti biasa, acara digelar di Pelataran Taman Ismail Marzuki Cikini Jakarta Pusat.

Cak Nun hadir untuk terus setia menemani generasi milenial dan seluruh jamaah Kenduri Cinta, tetapi sebelum beliau naik panggung, jamaah dihidang berbagai sajian: diajak berwirid Haluan Baru Maiyah, diajak menyimak paparan pengantar tema yang kali ini adalah “Perjalanan Kebahagiaan”, dan diajak menikmati beberapa penampilan.

Di antaranya, kelompok Musisi Jalanan Center yang menghadirkan lagu-lagu kebangsaan untuk turut memeringati HUT Kemerdekaan RI ke-72. Juga ada penampilan Komunitas Kesenian Betawi “Peci Merah” yang mempersembahkan kesenian tari betawi. Biarpun berada di pusat metropolitan Kenduri tak pernah lupa dan selalu turut menjaga khasanah kesenian dan kebudayaan bangsa. Saat penampilan kedua kelompok ini, Cak Nun sendiri ikut menyaksikan dari sisi kanan panggung.

Kemudian, ketika Cak Nun sudah benar-benar berada di depan jamaah, menyapanya dengan penuh cinta dan pengayoman, beliau lalu mulai membabar pesan dan pandangannya terutama terkait dengan tema Perjalanan Kebahagiaan. Bagi Cak Nun, manusia tidak bahagia karena yang ada di luar manusia tidak sesuai dengan apa yang ia harapkan. Sementara beliau memiliki konsep bahwa kebahagiaan adalah pengolahan dalam diri, bukan bergantung pada materi yang ada di luar diri manusia. Makanya, dalam bahasa beliau, kita perlu mempunyai “Kunci Inggris” untuk dapat mengolah dan me-manage kembali mur dan baut batin kita dalam menjalani kehidupan.

Dengan menggunakan terminologi-terminologi yang sejauh ini telah beliau sampaikan dalam Maiyahan yang keseluruhannya merupakan bangunan pemahaman, semalam lebih jauh Cak Nun mengulas kebahagiaan dari pelbagai dimensi. Ada satu hal yang sangat menarik dan penting dicermati dari yang disampaikan Cak Nun terutama terkait dengan kecenderungan keagamaan di tengah-tengah kita. Cak Nun mengatakan, “Selama kita tidak memiliki konsep rindu, kangen, dan cinta dalam beragama, maka kita tidak akan menemukan kebahagiaan.” Dan kita bisa menemukan bahwa hari-hari ini kita membawakan agama kepada sesama manusia seakan tanpa rasa cinta dan kasih sayang kepada mereka. Kenduri Cinta semalam mengajak kita “melemeskan” hati kita yang keras dan kaku, serta belajar kembali menemukan rute kebahagiaan.

Lainnya