Kembali Bersama Anak-Anak
Selain ditandai secara kultural oleh gotong royong dan kebersamaan antar warga, masyarakat desa ini juga ditandai oleh suasana santri. Suasana keagamaan yang kental. Sebelum mulai acara, beberapa anak tampil ke depan melantunkan surat al-Mulk. Tari Zafin Mandilingan yang dibawakan anak-anak tadi berisi lantunan shalawat juga.
Melihat penampilan anak-anak ini, Mbah Nun memprioritaskan berinteraksi dulu dengan mereka. Sudah lama pula tidak berlangsung suasana bertemu anak-anak yang tampil dan berpartisipasi. Anak-anak diminta naik, termasuk anak-anak yang menari tadi, untuk diwawancarai dan diapresiasi oleh Mbah Nun dan vokalis KiaiKanjeng..
“Kalau tak ada pembangunan rohani manusia sejak kanak-kanak, nanti anak-anak itu kalau sudah besar atau dewasa akan bikin repot,” tutur Mbah Nun kepada para orang tua yang hadir di sini. Mbah Nun karenanya tadi sempat meminta para orang tua untuk selalu membacakan al-Fatihah buat anak-anaknya, sebab yang mendidik anak tak hanya orang tua dan guru, tetapi yang terutama adalah Allah yang mendidik mereka secara langsung.
Anak-anak yang merupakan generasi yang kelak akan meneruskan orang tua ini diajak bergembira menyanyikan alif difathah a alif dikasroh i alif didhommah u. Salah satu dari mereka sempat menyanyikan Ilir-ilir aransemen KiaiKanjeng yang dihadirkan KiaiKanjeng pada 1997 dalam album Menyorong Rembulan. Tahun ketika anak itu belum lahir sama sekali, dan dia sudah hapal lagu itu.
Ketika Mbah Nun nanya ke mereka mau nyanyi apa, mereka menjawab Indonesia Raya. Jadilah KiaiKanjeng mengiringi anak-anak Indonesia itu berdiri tegap menggerakkan bibirnya menyanyikan Indonesia Raya menunjukkan tanaman cinta murni di dalam hatinya akan tanah air Indonesia. Mbah Nun, para tokoh masyarakat, dan semua orangtua serta jamaah menjadi saksi akan kemurnian jiwa mereka. Alih-alih berkembang menjadi generasi yang bikin repot, mereka tentunya akan berproses generasi penerus yang sungguh-sungguh.