CakNun.com
Daur-II238

Kecemasan Terhadap Identitas

Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 1 menit

Kalau manusia melakukan simplifikasi dengan mengidentikkan orang bertaqwa adalah sama dengan Ulama, Kiai, Ustadz, Mursyid, maka yang terjadi sebenarnya adalah ketidakpercayaan kepada yang ghaib. Risikonya Al-Qur`an bukan untuknya, atau tidak aksesabel baginya.

Kalau ada seseorang, terutama kalau dalam peta identitas masyarakat disebut sebagai Ulama, merasa dirinya lebih bertaqwa dibanding kuli pasar, penambal ban atau siapapun, maka ia telah me-materi-kan roh taqwa. Bahkan kalau disepakati bahwa taqwa dalah ghaib, maka setiap orang yang merasa dirinya lebih bertaqwa dari orang lain: pada hakekatnya ia telah menuhankan dirinya.

Sebab hanya Allah yang Maha Mengetahui segala yang ghaib. Adapun manusia berjarak sangat jauh dari keghaiban, meskipun pada saat yang sama dirinya sendiri mengandung keghaiban bagi pengetahuannya.

Dan sesungguhnya mereka telah mengingkari Allah sebelum itu; dan mereka menduga-duga tentang yang ghaib dari tempat yang jauh”. [1] (Saba: 53).

Budaya ilmu dan psikologi di kalangan Kaum Muslimin tidak terlalu waspada terhadap seriusnya perbedaan atau jarak antara yang nyata dengan yang ghaib. Sedemikian rupa sehingga terdapat kesemberonoan positioning di kalangan mereka.

Sesungguhnya yang ghaib itu kepunyaan Allah, sebab itu tunggu sajalah olehmu, sesungguhnya aku bersama kamu termasuk orang-orang yang manunggu”. [2] (Yunus: 20).

Manusia yang di-ulama-kan oleh ummatnya, bisa menjadi tinggi derajatnya, tetapi juga memanggul keterancaman oleh kemungkinan gejala penuhanan diri. Manusia yang mengulamakan dirinya, sesungguhnya sedang memasuki jurang bahaya yang bisa menghancurkannya. Manusia yang tidak gelisah oleh gelar, identitas, pakaian dan pujian yang disematkan oleh masyarakatnya, adalah manusia yang kurang serius kepercayaannya terhadap keghaiban.

Lainnya

Belajar Manusia Kepada Sastra

Belajar Manusia Kepada Sastra

Sastra Generasi Millenial

Sejak hampir dua dekade yang lalu lahir Generasi Millenial, juga dalam sastra.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib
Lalu Lintas Manthiq Keindahan Hidup Manusia

Lalu Lintas Manthiq Keindahan Hidup Manusia

Pesan agar saya menulis dengan judul atau tema “Membebaskan dan Membawa Sastra Kemana Saja”, membuat saya merasa agak malu karena teringat pada tulisan saya di waktu saya masih muda dulu yang kemudian menjadi judul buku “Sastra Yang Membebaskan”.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib