CakNun.com

Indonesia, Aku Sangat Mencintaimu, Tapi…

Ahmad Syaiful Rizal
Waktu baca ± 2 menit

Hidup itu lucu, penuh dengan senda gurau. Mungkin karena itu malah membuat kita sering bermain-main dalam hidup.

Aku adalah buih di tengah samudra tak bertepi Indonesia; aku adalah rumput kering tak berdaya di tengah luasnya padang rumput Indonesia; aku adalah sehelai rambut yang terseok-seok di langit Indonesia; dan aku adalah gelandangan yang terselip di antara ratusan juta penduduk Indonesia. Lantas apa yang bisa kuperbuat untuk Indonesia?

Mimpiku tentang Indonesia sudah kutuliskan di berbagai macam media; kutulis bait-biat puisi untuk mengungkapkan keagungan cintaku padanya; tak lupa setiap saat kunyanyikan lagu cinta padanya. Tapi apa? Apakah Indonesia membutuhkannya?

Indonesia sudah hidup dengan sejahtera. Dia sudah bahagia dan nyaman dengan keadannya. Pembangunan terjadi di mana-mana; gedung-gedung pencakar langit mulai memenuhi angkasa; jalan tol menghubungkan setiap kota; burung besi setiap hari menari-nari memenuhi angkasa, kapal-kapal besar banyak yang bersandar di dermaga; dan yang terpenting adalah desa sudah mulai meng-kota serta rakyat hidup sejahtera.

Orang yang menjalani hidup di jalan keinginan, cukup berbekal nafsu, ditambah sedikit ilmu yang kompatibel dengan nafsunya itu. Tapi orang yang melakoni kehidupan mencari yang ia butuhkan, bekal yang ia perlukan sejak awal adalah ilmu” Daur 52Perdaban Bayi -Bayi.

Pertanyaannya adalah, apakah pujaan hatiku saat ini sedang melakoni kehidupan menjalani apa yang ia butuhkan, atau malah ia menjadi bayi yang hanya mengerti keinginan? Lantas apa yang bisa kuperbuat untuknya, sedangkan ia sendiri merasa yakin dengan jalan yang ia tempuh saat ini?

Dulu aku sangat ingin segera terjadi perubahan pada kekasihku itu. Semakin ke sini, aku mulai menanyakan pada diriku lagi, memangnya apa yang akan aku ubah, dan akan kuubah seperti apa? Dan yang terpenting adalah aku ini siapa, kok sok-sokan mau mengubah Indonesia?

Di suatu malam yang sunyi, terngiang dalam benakku ayat Tuhan “quu anfusakum wa ahlikum naara”, Tuhan menganjurkan kita untuk menjauhkan diri kita dan keluarga kita dari api neraka. Aku mulai berpikir, bagaimana mau menyelamatkan Indonesia dari api neraka kalau diri kita sendiri masih berada di dalam neraka? Bagaimana mau menyelamatkan orang keluar dari penjara kalau kita sendiri masih berada di dalam penjara? Bagaimana mau memaiyahkan Indonesia kalau diri kita sendiri masih belum bermaiyah?
Aku tertawa terpingkal-pingkal menertawakan diriku sendiri lalu ku beranjak ke dunia mimpi.

Hidup memang sangat lucu, kita merasa sok-sokan mau menolong Indonesia, padahal sebenarnya diri kita sendirilah yang perlu kita tolong terlebih dahulu. Kita dengan lantang mengkoar-koarkan perubahan, padahal sebenarnya diri kitalah yang terlebih dahulu harus diubah. Ada perkataan seperti ini “kalau main-main yang serius, kalau serius jangan main-main”.

Ahhhhh Indonesia, aku mencintaimu laksana setiap hari kubuang tinjaku.

Tangerang, 22 Oktober 2017

Lainnya

Meng-Hakim-i Pluralisme

Meng-Hakim-i bukan menghakimi, pluralisme bukan pluralitasnya. Meng-Hakim-i maksudnya di sini adalah menempatkan kesadaran Al-Hakim kepada objek yang sedang kita bedah bersama.

Muhammad Zuriat Fadil
M.Z. Fadil
Exit mobile version