Ilmu Kelembutan, Kelembutan Ilmu
Firman Allah di Surat Yusuf 100 itu dipungkasi dengan watak Allah Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Apa hubungannya dengan kelembutan, kalau yang dimaksud hanya sikap lemah-lembut, sopan dan santun?
Allah Maha Mengetahui: berarti itu tema ilmu. Ilmu terhadap apa? Terhadap yang terlembut dari kenyataan hidup. Kalau seorang manusia berekspresi dengan wajahnya atau bersikap dengan perilakunya, itu adalah gambar besar. Gambar makro. Adapun mikronya, lelembutnya, berada di balik gambar besar itu. Pernik-pernik terkacil dari semesta dalam jiwa manusia. Tidak kelihatan oleh manusia, namun Allah Maha Mengetahuinya.
Dan karena Maha Mengetahui sampai yang terlembut dari fakta itulah maka Allah menawarkan sikap Maha Bijaksana. Agar manusia menghitung secara menyeluruh, dari yang besar hingga yang terkecil. Dari yang makro sampai yang mikro. Atensi dan empati terhadap keseluruhan faktor sampai yang terlembut itulah perangkat dan jalan yang membawa manusia ke titik keadilan.
Kelembutan jauh lebih agung dari sekedar peristiwa di mana manusia bersikap lembut kepada manusia lainnya. Bersopan santun sedemikian rupa, sampai ke resiko sosial bahwa itu bisa merupakan tipudaya, jebakan atau kosmetik kultural yang membuat orang lain salah sangka dan keliru kesimpulan.
Oleh karena itu, pelajaran dari Allah: “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”. [1] (Ali ‘Imran: 159). Itu bisa bermakna tidak hanya bersikap lemah lembut dalam bernegosiasi atau berdiplomasi. Melainkan juga berarti mengapresiasi orang lain, termasuk kepada musuh, dengan kejernihan dan objektivitas. Bisa dimanifestasikan menjadi sikap adil dan proporsional.