Hari dan Hari Lantas Hari Terus Hari
“Jelasnya bagaimana, Pakde?”, Jitul mengejar.
“Bagaimana hal apa?”
“Yang favoritnya Mbah Sot”
“Ah, kalian sudah tahu dulu-dulu. Nanti kita mengulang-ulang”
“Lho namanya ngaji ya justru harus mengulang-ulang”, Seger ikut mengejar.
“Ya Pakde”, Junit menegaskan, “Seluruh hidup ini ya mengulang-ulang. Hari kemudian hari kemudian hari. Bulan kemudian bulan kemudian bulan. Siang kemudian malam kemudian siang kemudian malam. Berjalan kaki saja yang mengulang-ulang: kaki kanan terus kaki kiri terus kaki kanan terus kaki kiri..”
“Aduh pinternya generasi millenial ini…”, Pakde Sundusin mengeluh.
“Ayo terus Pakde”, Toling mendesak.
“Sederhananya: menemukan Al-Qur`an di alam dan manusia, menemukan manusia di Al-Qur`an dan alam, menemukan alam di Al-Qur`an dan manusia”, Pakde Sundusin tidak bisa mengelak. Mengulang apa yang entah kapan sudah menjadi pengetahuan bersama.
“Masyarakat diperkenalkan kepada alam dan manusia tidak sebagai bagian dari firman Tuhan. Akhirnya ada ahli pertanian, ahli fisika, ahli biologi, sarjana ilmu sosial dan lain-lainnya, tetapi buntu hubungannya dengan Al-Qur`an. Sementara Al-Qur`an diperkenalkan tanpa menunjukkan keterkaitannya dengan gunung, daun, angin, laut, ombak, cacing, macan, pasar, psikologi dan kebudayaan, mentalitas, olahraga, mendaki gunung, memancing ikan, sepeda gembira, pandu pramuka, rumus tali temali… pokoknya Agama dan Islam itu wilayahnya adalah bangunan Masjid, shalat jamaah, rajin tahajud dan dluha, mengumpulkan zakat nasional agar tidak ada lagi pengemis-pengemis di daerah. Maka atas nikmat Tuhan yang mana yang kamu dustakan?. [1] (Ar-Rahman: 13)