CakNun.com

Goa dan Kapal Maiyah Penghindar Patah Hati

Dani Ismantoko
Waktu baca ± 2 menit

Saya meyakini bahwa apa yang saya dengar di Maiyah mungkin tidak langsung kita pahami. Mungkin baru satu hari kemudian atau satu bulan kemudian bahkan satu tahun kemudian kita baru memahaminya. Dan saya yakin itu bukan karena kehebatan kita, tetapi melalui pertimbangan Allah pada proses hidup kita. Melalui pertimbangan itulah Allah sedikit-sedikit mau memperjelasnya. Sebagaimana yang pernah dikatakan Mbah Nun bahwa dalam suatu keadaan manusia memang membutuhkan ketidaktahuan. Manusia tidak harus tahu segalanya.

Keyakinan saya tersebut ada karena saya benar-benar mengalaminya. Ini bukan lebay, kalau ada unsur GR mungkin iya, tetapi itu yang saya rasa terjadi dalam hidup saya.

Keadaan ini membuat saya menjadi tidak tegaan kepada orang-orang di lingkungan di mana saya hidup. Lingkungan di mana saya hidup secara umum berlangsung damai aman tenteram. Sebagaimana masyarakat di pedesaan-pedesaan lain mereka sangat ramah kepada siapapun, juga sangat tidak mudah untuk membenci siapapun bahkan cenderung mudah untuk mencintai. Yang membuat saya tidak tega adalah sikap mudah mencintai tersebut akan berubah menjadi patah hati. Saya tidak tega jika orang-orang di lingkungan tempat saya hidup nanti mengalami patah hati yang akan membuat mereka benar-benar kecewa. Serta membuat mereka minder karena malu pernah mengalami keadaan mudah mencintai.

Ketika ngobrol di lingkungan kerja, ngobrol di angkringan, ngobrol di acara perkumpulan orang-orang desa, juga ngobrol di lingkungan keluarga saya mendengar bahwa mereka bangga dengan Indonesia saat ini. Terutama yang mereka banggakan adalah pemimpinnya yang dianggap sangat mewakili rakyat kecil serta dianggap sebagai perwujudan demokrasi yang sebenar-benarnya juga dianggap sebagai pengimplementasi Pancasila terbaik di antara pemimpin-pemimpin yang lain.

Ketika ngobrol masalah itu saya hanya diam. Saya berpikir dalam hati tentang apa yang sebut saya tidak tega tadi. Pasalnya, obrolan-obrolan mereka yang menggebu-gebu itu landasan utamanya bukan dari analisis atas kenyataan sebenarnya di balik apa yang hanya mereka pahami lewat berita di TV atau internet. Landasan utama dari ungkapan mereka adalah cinta buta.

Terkadang perasaan tidak tega itu membuat saya keceplosan ikut menanggapi. Saya juga tidak tahu informasi apa-apa yang lebih berkualitas dari apa yang mereka obrolkan. Saya hanya bilang, “informasi kalian itu hanya kalian dapatkan dari TV dan internet. Itu adalah informasi KW entah yang keberapa”. Namun, karena memang sudah terlalu cinta tak ada gunanya kalimat yang saya lontarkan, bahkan cenderung dicueki dengan memotongnya seakan-akan apa yang saya bicarakan tidak pernah ada.

Tanpa perlu ada analisis kelas doktor dan profesor pun sebenarnya orang akan tahu bahwa apa yang terjadi sekarang ini benar-benar bentuk kedzaliman luar biasa. Entah itu perpecahan, entah itu pembuatan surga-surga bagi elit pecinta kemewahan dunia, entah itu peristiwa mengemis dalam tingkat yang sudah keterlaluan, entah itu menumbalkan rakyat kecil untuk keuntungan kerajaan yang ujung-ujungnya untuk dirinya sendiri, semuanya benar-benar semakin diperjelas oleh Allah. Tetapi cinta berlebihan yang mereka rasakan karena gombalan-gombalan dari yang mereka cintai itulah yang menutupi kejelasan itu. Satu lagi yang saya tidak tega adalah pelaku kedzaliman itulah yang mereka cintai dan mereka banggakan.

Dalam keadaan ini saya semakin yakin bahwa Maiyah adalah Goa Kahfi dan Kapal Nuh. Memang tidak semua orang bisa memasukinya dan menaikinya. Hanya orang-orang tertentu saja. Bukan bermaksud GR, walaupun ada sedikit rasa GR. Di dalamnya saya hanya bisa berdoa, semoga mereka yang terlanjur mencintai karena gombalan-gombalan itu terhindar dari patah hati yang luar biasa di kemudian hari. Dengan cara Allah mau perlahan-lahan membuka hijab yang telah menutupi kejelasan-kejelasan yang telah diperjelas oleh Allah. Sehingga belum sampai pada titik patah hati yang luar biasa mereka sudah sadar.

Lainnya