Duduk di Bawah Terang Rembulan
Bupati Tasdi mengungkapkan kegembiraannya, lantaran sesudah menunggu enam bulan, akhirnya kerinduan masyarakat Purbalingga untuk Sinau Bareng bersama Cak Nun dan KiaiKanjeng dapat terwujud.
Sementara itu, menurut laporan rekan Jamaah di sana, selama satu minggu terakhir, Purbalingga dianugerahi hujan setiap sore dan malam. Namun malam ini Allah menganugerahkan cuaca terang, bahkan bulan terlihat begitu jelas.
Jamaah pun dapat mengikuti Sinau Bareng dengan duduk di atas rumput alun-alun secara nyaman, jenak, dan penuh perhatian. Semuanya disyukuri sebagai karunia Allah.
Cak Nun sendiri sesuai tajuk telah mengajak semua hadirin melantunkan shalawat Nariyah bersama KiaiKanjeng di bagian awal. Penjelasan mengenai posisi shalawat Nariyah di antara shalawat-shalawat lain Beliau terangkan. Shalawat Nariyah adalah induk shalawat.
Dalam komunikasi berkekuatan memotivasi dan membuka kesadaran, tanpa terasa Cak Nun telah merambah ke penjelasan mengenai hakikat dan arti shalawat melalui konsep segitiga cinta, sifat Rasulullah yang tidak tegaan, kewajiban manusia sebagai khalifah, kebenaran-kebaikan-keindahan, dan bahwa puncak shalat adalah khusyuk dan itu adalah keindahan.