Doa Kami Masih Sama

Beragam cara dilakukan orang atau masyarakat untuk memperingati hari kelahiran manusia agung-unggul, uswatun hasanah, rahmat bagi semesta, yakni Muhammad bin Abdullah. Shalawat dan salam semoga senantiasa kita haturkan teruntuk Baginda Nabi Muhammad SAW.
Umat seantero negeri punya cara masing-masing dalam menandai hari kelahiran sang Nabi. Ada yang mengadakan tahlil bersama. Ada yang syukuran dan bagi-bagi makanan. Ada yang khusyuk nderes Qur`an di rumah, di masjid dan musholla. Ada yang memilih duduk santai lek-lekan di gardu sembari ronda. Ada yang tirakatan menyepi-menyendiri. Dan tak sedikit yang menggelar acara Tabligh Akbar.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (Al-Ahzab: 56).
Siapapun yang mencintainya, tak kan pernah tahan untuk tak menyatakan cinta kepadanya. Apalagi Allah sendiri yang mempeloporinya. Allah dan para Malaikat, melakukan “shalat” kepadanya.” –Daur II-082 – Dosa dan Cinta
Berbagai kegiatan, acara dan ritual yang dilakukan umat tersebut tidak lain atas dasar cinta. Cinta umat kepada junjungannya. Cinta cucu kepada simbah moyangnya. Cinta anak zaman now kepada pendahulunya. Cinta kepada sang Juru Syafaat di hari kiamat. Siapapun yang mencintai Muhammad, tak kan pernah tahan untuk tak menyatakan cinta kepadanya.
Muhammad adalah cahaya. Pelita bagi semesta. Bahwa sebelum Muhammad bin Abdullah lahir ke dunia. Allah terlebih dahulu “mencipratkan” bagian diri-Nya menjadi Nur Muhammad. Cahaya benderang. Gilang-gumilang. Sampai akhirnya alam semesta ini diciptakan Tuhan dikarenakan kelak Nur Muhammad akan diaplikasikan dalam wujud seorang manusia mulia (ahsanu taqwim) yang bernama Muhammad bin Abdullah.
***
Berkah nian, hari Maulid Nabi tahun ini jatuh pada hari Jumat. Tepat tanggal 1 Desember 2017. Berkahnya lagi tanggal itu di kalender berwarna merah. Itu artinya guru dan murid-murid libur sekolah.
Kesempatan liburan ini saya manfaatkan untuk mengajak istri jalan-jalan. Sekedar refreshing dan mencari angin segar. Pagi yang melankolis dihiasi gerimis. Kami berdua bersepeda menuju taman kota. Sebuah taman edukasi yang terletak dijantung kota Surakarta.
Cara cucu mencintai Kakeknya berbeda dengan cara Kakek mencintai cucunya. Bentuk laku penghormatan buruh kepada majikannya, berbeda dengan cara majikan menghormati buruhnya. Cara shalat hamba kepada Tuhannya berbeda dengan cara Tuhan melakukan shalat kepada hambanya. Cara mencintai suami kepada istrinya, melahirkan perilaku yang berbeda dengan perilaku istri dalam mencintai suaminya.” –Daur II-082 – Dosa dan Cinta
Cara suami mencintai istri, berbeda dengan perilaku istri dalam mencintai suaminya. Saya sepakat ini. Wajib bagi seorang suami untuk memanjakan istri. Sebab istri di hadapan suami itu bagi saya tak ubahnya seperti bayi. Yang selalu minta di-gèndhong, diemong, dielus-elus, diperhatikan dan disayang-sayang. Meski sekadar diajak jalan-jalan, tapi itu sangat berkesan di hati perempuan. Apalagi ditraktir makan. Intinya seorang suami harus peka kepada istrinya. Berikan atau belikan sebelum ia minta. Dengan begitu rasa cinta dan setianya akan tambah berlipat-lipat kepada pasangannya.
Beda lagi seorang istri dalam mencintai suami. Bagi saya, cara mencintai istri cukup sederhana. Kuncinya, apapun yang telah diusahakan seorang istri kepada suami, hargailah. Dimasakin nasi goreng ya dimakan. Dibuatin kopi ya diminum. Soal rasa, urusan belakangan. Rasa bukan yang utama. Yang utama dan mahal adalah bentuk perhatiannya. Puji dan hargai segala rupa yang coba dipersembahkan istri kepada suami.
Jalan-jalan sudah. Makan juga sudah. Tak terasa jarum jam menunjukkan pukul sebelas. Kami pun bergegas. Mencari masjid terdekat untuk menunaikan shalat Jumat.
Biasanya dan jujur saja, setiap kali jumatan, saat khotib mulai berkhutbah, mata ini spontan mak klentruk. Ngantuk. Rasanya berat sekali. Seperti digandhuli batu tujuh troli. Penginnya cuma merem.
Tapi tumben kemarin tidak. Mata segar. Badan bugar. Sampai saya terhenyak, ketika mendengar pak Khotib berkisah tentang Nabi Daud As.
Diriwayatkan suatu ketika Nabi Daud bertanya kepada Allah SWT. “Apa nikmat terkecil yang ada didunia ini Ya Allah? Nikmat terkecil di dunia ini adalah udara. Udara yang setiap saat engkau hirup dan hembuskan. Lalu, apa nikmat yang terbesar dialam dunia ini Ya Rabbi…? Muhammad. Muhammad adalah nikmat terbesar bagi seluruh alam jagad raya.”
Sedahsyat itukah Muhammad, sehingga Allah kabarkan kepada Nabi Daud bahwa Muhammad adalah nikmat paling besar. Spektakuler. Brilliant. Amazing.
Coba kita tengok lagi surat Al-Ahzab 56. Saking mulianya Muhammad, Allah dan para Malaikat pun bersholawat untuknya. Kalau Allah saja yang ‘Aziiz, Yang Jabbar, Al-Muttakabir bersholawat untuk Nabi, bagaimana mungkin kita tidak ikut melakukannya. Kita yang butuh Allah dan Rasulullah. Maka harusnya kita setiap saat, setiap waktu, merayu dan memuja-muji Kanjeng Nabi. Dengan harapan kita kelak diakui sebagai umatnya, umatnya, umatnya.
Landasan para hamba ber-ittiba’ kepada Rasulullah Muhammad saw adalah cinta. Karena cinta, untuk cinta. Bermula dari cinta, berakhir pada cinta. Aku bersyahadat, melakukan shalat, puasa, zakat dan haji, sangkan-parannya adalah cinta. Aku beriman kepada Allah, para Malaikatnya, Kitab-Nya, Rasulnya, hari akhir, serta Qadla dan Qadar, sangat mengakar rasa dalam jiwa, sangat tegak pemahaman di pikiran, serta sangat nyaman dalam lelaku – karena berhulu dan berhilir cinta.” –Daur II-082 – Dosa dan Cinta
Asal muasal penciptaan adalah Tuhan. Berasal dari Tuhan dan menuju ke Tuhan. Innalillahi wa ina ilaihi ra’jiun. Kehidupan ini adalah berputar. Yang mana pangkal-ujungnya adalah Allah. Berhulu dan berhilir pada Allah. Agar perjalanan kita dari dan menuju Allah selamat. Terdapat garis yang menghubungkannya. Oleh Mbah Nun guru kita disebut Segitiga Cinta. Allah-Rasulullah-hamba. Allah adalah muasal dan tujuan. Islam sebagai jalan menuju titik tujuan. Muhammad beserta Al-Qur`an menjadi rujukan, panutan, huda (petunjuk) dan pedoman.
Maka doa kami tetap sama. Sejak taman kanak-kanak (TK) sampai habisnya usia. “Rodliitu billahi robba, wabil-islami diina, wabimuhammadin nabiyyaw-warasulla, robbii zidnii ‘ilma warzuqnii fahmaa.”
“Kami ridho Allah SWT sebagai Tuhanku, Islam sebagai agamaku, dan Nabi Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku. Ya Allah, tambahkanlah kepadaku ilmu dan berikanlah aku pengertian yang baik”. Amin.