Dilindungi Majikan Kafir
“Kok bisa mereka dibutuhkan dan dilindungi oleh Perusahaannya?”
“Ada beberapa sebab yang sangat mendasar”, jawab Brakodin, “Pertama, mereka sangat cepat belajar mengerjakan sesuatu yang diperlukan, meskipun mereka tidak punya latar belakang pendidikan yang sesuai dengan tugas pekerjaannya. Secara alamiah dan otodidak mereka adalah putra dari bangsa yang memang terampil dan punya pengalaman peradaban yang panjang dan tua”.
Semua mendengarkan dengan seksama. Jitul nyeletuk, “Para buruh Muslim dilindungi oleh Majikan-majikan Kafir ya Pakde….”
“Jangan usil dulu”, kata Brakodin, “Kedua, karena etos kerja mereka berbeda dengan para pekerja dari Negara-negara lain. Mereka tidak hanya sangat rajin bekerja, tapi juga dalam keadaan darurat, mereka mau dan ikhlas mengerjakan pekerjaan lain yang sebenarnya bukan bagiannya, tanpa menuntut imbalan. Perusahaan mana yang tidak riang gembira oleh karakter seperti itu?”
“Ketiga, sebagai manusia, mereka jauh lebih ramah, banyak tersenyum, pandai bergurau, dibanding para pekerja dari Negara-negara lain. Mereka adalah pekerja favorit di Negeri itu. Sesudah mereka baru anak-anak Vietnam, Filipina, India, Bangladesh, Dagestan, Azerbaijan, dan lain-lain. Kalau 50 ribu Mujahidin itu pergi dari Negeri itu, akan terjadi guncangan serius pada perekonomian mereka”.
“Mereka seolah-olah diajari langsung oleh Tuhan”, Tarmihim menyambung, “seolah-olah mereka mengalami langsung ‘allamal insana ma lam ya’lam….”. [1] (Al-’Alaq 5).
Jitul memotong, “Lho kok Pakde Tarmihim ikut-ikut menafsirkan. Seperti sudah khatam Iqra` saja. Nanti sesat lho Pakde….”.