Dana Standby Untuk Kebutuhan Mendesak Orang
Melayangkan pandangan mata dari area panggung terpapar kepadatan jamaah yang memenuhi area acara, belum lagi ternyata di luar pagar di pinggir jalan Kenari, wajah-wajah berderet turut menyimak acara Ngaji Bareng ini.
Cukup ringkas padat-padat bergulirnya muatan-muatan ilmu dan suasana. Terutama karena Mbah Nun telah menginfokan bahwa malam ini tak bisa sampai larut, karena pukul 01.00 dini hari ini KiaiKanjeng harus segera bertolak ke Malang. Lagu-lagu yang telah dihadirkan di antaranya adalah Berlaksa Cahaya, Bangbang Wetan, dan Sayang Padamu.
Salah satu titik progresi paparan ilmu Mbah Nun sampai pada salah satu dimensi penting dari pelaksanaan zakat dan penyalurannya. “Saran saya sih, kalau bisa ada 10-30 persen dana yang terhimpun yang dialokasikan buat orang yang benar-benar terdesak kebutuhan. Dana bukan hanya dipakai untuk program yang direncanakan, tapi perlu ada dana yang siaga pada kebutuhan mendesak orang yang bermacam-macam bentuknya. Kalau berdasarkan program, tak semuanya akan menyentuh masyarakat. Anda tahu, orang yang betul-betul butuh, dia akan datang. Memang tak dinafikan bahwa ada orang yang pura-pura butuh. Maka tinggal bagaimana menciptakan sistem verifikasinya. Tetapi tentu ada orang yang benar-benar butuh,” demikian Mbah Nun menyumbangkan pandangan.
Intinya diperlukan dana yang disiagakan di luar keperluan program. Mbah Nun merasa pasnya 30 persen. Yang 70 persen untuk kebutuhan program yang sistemik-struktural seperti pengembangan kewirausahaan, kampung takwa, dan lain-lain seperti sudah dijalankan Baznas selama ini.
Para narasumber yang mendampingi Mbah Nun, dari ketua Baznas sendiri, Prof. Muhammad, Walikota Jogja terpilih Pak Hariadi Suyudi, dan lain-lain semuanya menyimak alur pemaparan ilmu Mbah Nun yang terasa melangkah dari close up menuju long shoot.
Kini Jamaah seluruhnya diajak memasuki kekhusyukan Ya Robbibil Mustofa dari Qasidah Burdah Imam Busyiri, sebelum pembahasan dilanjutkan lagi.