CakNun.com
Mensyukuri 70 Tahun Cak Fuad

Cak Fuad, Maiyah, dan Bahasa Arab Dunia

Nafisatul Wakhidah
Waktu baca ± 4 menit

Di salah satu sudut klinik sebuah kampus di kota dingin Malang, tiga mahasiswi sedang berdiskusi dengan dosen Psikologi Faal-nya. Diskusi ini terbuka bagi semua mahasiswa yang masih memiliki pertanyaan dan menjadi semacam follow up dari perkuliahan. Di penghujung diskusi itu, Bapak dosen yang sekaligus dokter mengajak tiga mahasiswi tersebut untuk mengikuti sebuah forum diskusi Maiyah pertama yang bertempat di LAD 77, alias kependekan dari rumah yang beralamat di Landung Sari Asri No 77.

Hari itu malam Rebo Legi tepat 6 Juni 2012 di LAD 77 dengan segala kepolosannya para mahasiswi itu hadir. Mereka berangkat beserta dengan keluarga Bapak Dosen tadi. Akhir 2013, salah satu mahasiswi itu baru ’ngeh’ kalau kala itu 6 Juni 2012 telah sowan ke Ndalem Cak Fuad yang tak lain merupakan kakak Cak Nun di sebuah forum bernama Maiyah Rebo Legi (Relegi). Mengenal Maiyah saat itu masih menjadi hal langka, tak seperti sekarang ketika perkembangan teknologi komunikasi semacam Facebook, Whatsapp, Instagram, Twitter, dan Youtube sangat massif.

Pun seiring waktu bisa bermuwajahah dengan Cak Fuad di forum Relegi masih langka pula seiring tugas Beliau sebagai Dewan Pengawas Majelis Umana’ King Abdullah bin Abdulaziz International Center for Arabic Language sejak 2013. Lembaga ini adalah organisasi resmi tertinggi dalam menjaga Bahasa Arab di dunia, yang berpusat di Riyadh, Arab Saudi. Beliau merupakan satu dari sembilan orang terpilih dari seluruh dunia dan satu-satunya orang Indonesia atau bahkan Asia yang dipercaya menjadi anggota lembaga tersebut selama dua periode, hingga tahun 2019.

Cak Fuad merupakan sosok langka yang belum tentu akan dimiliki negeri ini pada 100 tahun mendatang. Sosok sederhana nan bersahaja untuk ukuran Pejabat Internasional yang amat jarang ditemui pada era ini. Seorang teman SMP yang memiliki teman yang berkuliah di Yaman pun pernah bercerita, “Sudahlah tak perlu jauh-jauh belajar ke sini, di Indonesia saja ada sosok Penjaga Bahasa Arab Dunia yang sangat ditakdzimi warga Internasional”. Betapa bersyukurnya Maiyah memiliki Marja’ seorang Cak Fuad, yang begitu dihormati di Tanah Arab dan sekitarnya namun teramat sayang ketika ternyata kurang diperhatikan di Negeri sendiri.

Setahun terakhir, Cak Fuad cukup sering menyampaikan Sirah Nabawiyah dalam Majlis Masyarakat Maiyah Relegi. Kesempatan langka dan teramat berharga tersebut tentu sangat mahal untuk disia-siakan di mana Cak Fuad disela-sela waktu dan kesibukannya tetap mengusahakan diri untuk berbagi. Salah satu alumni mahasiswi yang terkisahkan di atas pun masih menanti semoga segera muncul coretan-coretan dari dulur-dulur Relegi tentang kisah-kisah dari Sirah Nabawiyah yang telah disampaikan Cak Fuad tersebut.

Bahasa Arab Dunia

Seperti pada umumnya libur musim panas tak pernah disia-siakan terlewat begitu saja. Setahun lalu tak sengaja saya Mbolang ke negara tetangga. Tentu positive thinking berbekal bahasa Inggris dan sedikit bahasa Jerman dirasa cukup. Setibanya di Belgia yang terjadi di luar perkiraan. Belgia tidak memiliki bahasa asli, mayoritas penduduknya berbahasa Perancis ataupun Belanda. Entah turun di mana ketika kaki ini tak tau arah melangkah bertanyalah pada warga sekitar dan dijawablah dengan bahasa Arab. Di situlah penyesalan datang, tiga tahun belajar Bahasa Arab di bangku SMP dan setahun semasa kuliah tidaklah cukup selama bahasa tidak dipraktikkan. Dengan bahasa Arab pas-pasan plus bahasa isyarat sampailah saya ke tempat tujuan.

Percampuran antar Bangsa, Bahasa, dan Suku 20 tahun terakhir cukup tinggi. Jerman merupakan satu di antara banyak negara-negara di Eropa yang menerima Pencari Suaka. Kebanyakan mereka adalah korban peperangan berasal dari Timur Tengah yang mayoritas berbahasa Arab. Maka untuk dapat berkomunikasi dengan mereka pun harus membuka kembali memori pelajaran Bahasa Arab beberapa tahun silam. Pula setiap muslim di seluruh dunia adalah seperti bagian-bagian dari satu Bangunan, yang saling melengkapi dan bersaudara. Tak ayal ketika bertemu atau melihat muslimah berjilbab dengan spontan mulut akan saling mengucapkan Salam baik isyarat ataupun bersuara.

Dalam Al-Qur`an pada surat Yusuf ayat 2 Allah Swt berfirman tentang pentingnya mempelajari Bahasa Arab: “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur`an dengan berbahasa Arab agar kamu memahaminya”. Bahasa Arab ialah bahasa yang kaya kosakata. Ia juga seperti bahasa Jerman yang mengenal Konjugasi, Tasrif. Juga ketika kita mempelajari Ilmu Sastra Arab, maka tak lepas pula akan belajar tentang kaidah Nahwu, Shorof, Balaghoh hingga Mantiq.

Pada Desember 2009 lalu Cak Fuad telah mencari dan merangkum dari dalam Al-Qur`an tentang kata Maiyah dalam bukunya “Ma’iyah di dalam Al-Qur`an: Kajian Tafsir Tematik”. Ma’iyah sendiri  berasal dari kata Ma’a yang berarti bersama. Kata Ma’a di dalam Al-Qur`an disebutkan sebanyak 161 kali berada pada hubungan kebersamaan tiga titik di dalam segitiga. Kebersamaan antara Allah, Rasulullah, dan hamba (semua makhluk tidak hanya manusia). Kebersamaan tersebut menyiratkan makna penjagaan, perlindungan, pertolongan, dan pengawasan.

Dua puluh empat tahun lalu di bulan Rajab di mushalla kecil yang sekarang telah menjadi masjid, Rahim atau induk Maiyah bermula. Sepanjang itulah keistiqomahan Cak Fuad, Cak Nun, dan Keluarga dalam menyemai nilai-nilai Maiyah.

“Tiada lain semua itu hanya karena Allah Swt. Tidak ada sedikit pun pernak-pernik dunia yang menjadi tujuan dalam kebersamaan itu. Kita berkumpul setiap bulan karena Allah dan di dalam Allah. Itulah nilai-nilai dan jiwa Maiyah yang telah dibangun bertahun-tahun. Hidup memang sulit, tetapi Jamaah Maiyah tidak pernah kehilangan harapan. Ciri orang beriman adalah tidak pernah berputus asa. Tetaplah jaga iman, insyaAllah kita akan terbebas dari kesulitan. Pegang teguhlah nilai-nilai yang selama ini sudah dikembangkan di Maiyah. Di dalam Al-Qur`an surat Al-Kahfi ayat 27 hingga 31 bahkan juga hingga 44 terkandung dan terhimpun nilai-nilai Maiyah. Termasuk di sejumlah ayat pada surat Al-Ankabut. Pegang teguhlah. Kalau kita belum paham, coba pahami melalui pembelajaran terus-menerus. Dengan berpegang pada nilai-nilai itulah kita akan diberkati oleh Allah,” pesan Cak Fuad dalam momen Ihtifal Maiyah setahun lalu.

Semoga kita semua bisa mencontoh semangat dan kegigihan Cak Fuad  dalam belajar, mengajar, dan istiqomah dalam medan perjuangan.

Alles gute zum Geburtstag Cak Fuad.

070717, Germany

Nafisatul Wakhidah
Gesundheits-und Krankenpflegeschülerin (Pelajar di bidang kesehatan dan keperawatan) Baden-Württemberg, Jerman. Mengenal Maiyah di Simpul Maiyah Rebo-Legi Malang dan Simpul Maiyah Maneges Qudroh.
Bagikan:

Lainnya

Fuadus-Sab’ah

Fuadus-Sab’ah

Qadla dan Qadar Menturo

Kalau kakak sulung kami bukan Cak Fuad, belum tentu kita punya kenikmatan Padhangmbulan dan Maiyah seperti ini.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib