CakNun.com

Cak Fuad dalam TV Al-Majd

Redaksi
TV Al-Majd Mengundang Cak Fuad dalam program Shofahat Min Hayati.
Klik gambar untuk memperbesar.

Cak Fuad (Ahmad Fuad Effendi) sebagai anggota Majelis Umana’ King Abdullah bin Abdul Aziz International Center for Arabic Language yang berpusat di Riyadh mendapat kehormatan diwawancarai oleh jaringan TV Al-Majd berbahasa Arab yang berpusat di Arab Saudi dalam program Shafahat Min Hayati.

Dengan rasa kagum kepada sosok orang Indonesia yang menguasai ilmu Bahasa Arab ini, presenter menggali cukup detail bagaimana sejarah hidup Cak Fuad sampai pada akhirnya bisa dipercaya sebagai anggota Majelis Umana’. Padahal Cak Fuad hanya mengenyam pendidikan bahasa Arab di Indonesia saja, dan belum pernah belajar di Arab Saudi atau Timur Tengah.

Salah satunya, Cak Fuad bercerita, aslinya sang Ayah adalah seorang petani. Tetapi, di luar itu punya kepedulian kepada pendidikan masyarakat dengan mendirikan sekolah atau madrasah. Warisan lembaga pendidikan itu masih dijaga dan dikembangkan terus oleh para putra-putrinya hingga kini. Dalam insert, ditampilkan beberapa foto gedung sekolah dan pondok yang belokasi di Menturo Sumobito Jombang Jawa Timur, yang diceritakan Cak Fuad.

Lewat sang Ayah, Muhammad Abdul Lathief, Cak Fuad kanak-kanak lebih kenal huruf-huruf Hijaiyyah terlebih dahulu ketimbang huruf-huruf Latin. Sang Ayah pula yang mengajarinya membaca Al-Qur`an (tilawah dan qiroah).

Dari Cak Fuad pula, rasa penasaran presenter akan nama Cak Fuad yang menggunakan bahasa Arab padahal orang Indonesia terjawab. Cak Fuad menjelaskan, sudah merupakan kebiasaan bagi Muslim di Indonesia memberi nama anak dengan nama-nama berbahasa Arab termasuk dalam beberapa kesempatan menyertakan nama orangtuanya dalam namanya melalui ‘bin atau binti’.

Dalam dialog atau wawancara berdurasi 45 menit dan diupload pada 31 Maret 2017 lalu, Cak Fuad menjawab pertanyaan sang presenter menyangkut, di antaranya, pendidikan bahasa Arab di Indonesia dan perkembangannya di masa kini. Cak Fuad menceritakan pendidikan Bahasa Arab di pesantren, termasuk Gontor tempat Cak Fuad dulu menimba ilmu, pendidikan bahasa Arab untuk komunikasi, dan pendidikan bahasa Arab untuk memahami Al-Qur`an dan ilmu-ilmu agama. Termasuk pendidikan yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga yang berkaitan atau bekerjasama dengan Universitas-universitas di Indonesia.

Dalam kaitannya dengan pendidikan bahasa Arab untuk memahami Al-Qur`an, lahirlah sejumlah halaqah diiniyah yang mentadabburi Al-Qur`an di Indonesia, dan Cak Fuad sampai saat ini masih terus mengampu tadabbur Al-Qur`an itu. Cak Fuad mengatakan, “Bagi saya bahasa Arab adalah kunci untuk memahami Al-Qur`an.” Cak Fuad juga bercerita, selain menulis buku-buku tentang pendidikan bahasa Arab untuk berbagai jenjang pendidikan, Beliau juga menulis buku yang berkaitan memahami Al-Qur`an. Cak Fuad bersyukur dengan hampir sepanjang usianya berkecimpung dan mendedikasikan diri sebagai pendidik Bahasa Arab, hatinya selalu tertambat pada Al-Qur`an.

Pada bagian akhir, Cak Fuad menjelaskan posisi dan perannya di Majelis Umana’, yakni tugas-tugas yang berkaitan dengan bagaimana mengajarkan bahasa Arab. Di antara tugas itu, karenanya adalah membina para guru-guru bahasa Arab di berbagai negara. Cak Fuad sering menghadiri konferensi atau pertemuan guru-guru bahasa Arab seperti di Mesir, Sudan, Maroko, dan Arab sendiri. Dengan rendah hati Cak Fuad mengatakan, “Dari pertemuan-pertemuan itu, saya sendiri mendapatkan ilmu-ilmu baru dan cakrawala yang luas.” Cak Fuad bukan hanya mahir berbahasa Arab. Cak Fuad adalah pendidik, pejuang dan pelestari bahasa Arab Bahasa Al-Qur`an. (hm)

Lainnya

Exit mobile version