Berjumpa dengan Sedulur Juguran Syafaat
Siang tadi Mbah Nun dan KiaiKanjeng tiba di Purwokerto untuk malam ini Sinau Bareng masyarakat di alun-alun Purwokerto. Sore sebelum Sinau Bareng, teman-teman Juguran Syafaat berkesempatan bincang-bincang bersama Mbah Nun.
Bincang-bincang ini berlangsung di ruang studio foto Java Exposure, sebuah usaha milik Fikri Anshor, salah satu penggiat Juguran Syafaat (JS). Pak Titut mewakili tuan rumah menyampaikan kebahagiaannya Mbah Nun bisa rawuh di Purwokerto ini. Disampaikan oleh Pak Tutut bahwa teman-teman JS adalah para pekerja keras. Mereka tekun dalam upaya menghidupi diri dan keluarga. Ini senada dengan haluan baru Maiyah yang disampaikan Mbah Nun pada Mocopat Syafaat lalu. Mengenai ini ditegaskan oleh Pak Toto yang juga hadir bahwa harus ada perbedaan secara nilai dalam berbagai pekerjaan yang dilakukan teman-teman JS dibanding yang bukan Jamaah Maiyah.
Kemudian banyak hal yang disampaikan Mbah Nun tadi sore. Beliau menegaskan bahwa kita hidup dalam gelembung yang berlapis-lapis. Setiap individu Jamaah Maiyah saat ini harus memastikan penghidupannya dalam gelembung diri dan keluarga. Jika itu sudah dilakukan teman-teman JS dan penghidupannya jelas, baru memperluas kiprahnya dalam gelembung yang lebih besar seperti RT, RW, Dusun, Desa, Kecamatan, Kabupaten, dan seterusnya hingga negara.
Dalam kesempatan bincang-bincang tadi, Mas Kodrat dan teman-teman panitia Sinau Bareng malam ini juga ikut hadir. Kepada mereka yang kebetulan baru kali ini bersinggungan dengan Maiyah, Mbah Nun menyampaikan bahwa Maiyah tidak memiliki kepentingan duniawi apa-apa seperti ormas-ormas yang ada. Seperti pertemuan sore tadi, yang utama adalah paseduluran. Dan Maiyah itu ruang yang menampung apa dan siapa saja. Bukan ormas yang selalu mencari ruang untuk ditempati.