Arti Gondelan Klambine Kanjeng Nabi
Meskipun barangkali sudah familiar bagi Jamaah Maiyah khususnya yang berada di Jawa Timur, tetapi ungkapan ‘Gondelan Klambine Kanjeng Nabi’ yang dijadikan tema Sinau Bareng malam ini dan terpampang di pelbagai publikasi merebut perhatian masyarakat Kudus. Aneh tapi apik ini judul. Begitu yang mereka rasakan.
Bahkan sebuah perusahan besar di Kudus ini pun memuji dan ngalem judul Gondelan Klambine Kanjeng Nabi ini. Sebuah ungkapan dari Mbah Nun yang dulu di awal-awal Mocopat Syafaat digambarkan sebagai bentuk pengakuan kita akan hak veto Rasulullah untuk memberi syafaat kepada umatnya dan karena itu kita harus gondelan klambine Beliau.
Malam ini, setidaknya dua poin muatan mengenai Gondelan Klambine Kanjeng Nabi telah dipaparkan lebih jauh oleh Mbah Nun. Yang pertama bahwa Rasulullah bukan hanya utusan Allah kepada kita, melainkan juga ‘utusan’ kita kepada Allah. “Gondelan Klambine Kanjeng Nabi itu artinya kamu berada di belakang Kanjeng Nabi…,” itulah poin kedua. Bahwa karena kita ondelan, maka posisi kita berada di belakang sosok yang kita gondeli. Tak boleh melampauinya. Berada di belakang berarti harus mengikutinya.
Bahasa sederhana dan sehari-hari inilah yang membuat ilmu-ilmu kehidupan mudah terpahami dan mancep di hati. Sinau Bareng Mbah Nun dan KiaiKanjeng sudah tidak terhitung berapa banyak butir-butir ilmu dipijakkan di bumi hati orang-orang yang mengikutinya melalui bahasa yang mudah itu. Sekaligus ini menyambungkan khasanah ilmu dan referensi baku yang sudah ada kepada kebutuhan jiwa masyarakat, sesuatu yang tak selalu mudah kita lakukan.
Sampai pukul 24.00, jamaah dan masyarakat Mejobo dan sekitarnya masih terus konsentrasi menyimak paparan dan pengolahan ilmu dan suasana oleh Mbah Nun. Berselang-seling, sesudah ilmu Mbah Nun dan uraian narasumber lain, nomor-nomor racikan KiaiKanjeng telah dipersembahkan. Dalam Sinau Bareng para jamaah tidak dituturi atau diceramahi, melainkan diajak masuk. Masuk mengalami ilmu dan suasana.