Apa Guruh Punya Mulut
Menurut Brakodin, Mbah Sot itu terlalu serius berdakwah, padahal ia bukan Da’i. Terlalu sungguh-sungguh ber-tabligh padahal ia bukan Muballigh. Terlalu menghabiskan waktu selama hidupnya untuk berusaha mengubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat, padahal tak ada yang memintanya untuk menjadi agen perubahan. Serasa pecah kepala Mbah Sot dalam usahanya mengantarkan suatu pemahaman kepada manusia.
“Misalnya bagaimana, Pakde?”, Toling mengejar.
Brakodin menceritakan bahwa Mbah Sot pernah mengemukakan: Ketika membaca Allah memfirmankan “Bertasbih kepada Allah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi”. [1] (At-Taghabun: 1). “Dan guruh itu bertasbih dengan memuji Allah”. [2] (Ar-Ra’d: 13). “Malaikat-malaikat yang memikul ‘Arsy dan malaikat yang berada di sekelilingnya bertasbih memuji Tuhannya”. [3] (Al-Mu`min: 7) – ada yang bertanya: Apakah benda-benda langit dan bumi itu semua makhluk hidup seperti manusia, sehingga bisa bertasbih? Apakah guruh punya mulut sehingga memuji Allah? Apakah para Malaikat masing-masing memegang tasbih sehingga tasbihan terus kepada Allah? Demikianlah “materi” di pikiran manusia mencoba memahami “ruh” ciptaan Allah.
“Saya bisa sedikit merasa, Pakde”, Jitul menyahut, “kebanyakan masyarakat memang sudah akut penyakit materialismenya. Cara melihat apa saja selalu materialistik. Pola pikirnya meteriil. Pangkal dan ujung pencariannya materi. Mereka tidak sadar menyimpulkan bahwa kehidupan adalah materi. Tidak ada wilayah lain kecuali yang mereka tahu dan pahami sebagai dan secara materi. Manusia semakin menyembah materi, sangat bekti kepada materi, Tuhannya Sang Maha Materi. Mereka penyembah berhala, bahkan mereka sendiri adalah patung berhala”.