Allah Maha Bekerja dan Bertajalli dalam Diri Kita
Menyaksikan para tukang batu bekerja membangun rumah tempat saya akan tinggal membuat saya tertegun dengan cara kerja mereka dan berbagai peristiwa yang mengiringi pekerjaan mereka yang menandakan bahwa Allah terlibat dalam pekerjaan itu. Sungguh Allah Fa’alun lima yurid, Maha bekerja melaksanakan kehendak-Nya, menunjukkan tanda-tanda yang membuktikan keterlibatan-Nya dalam beberapa peristiwa yang menurutku luar biasa terkait pengerjaan bangunan rumah itu.
Di antaranya, batu merah yang beberapa bulan ini langka dan naik harganya di daerah Polewali Mandar, tapi tidak susah saya mendapatkannya bahkan dengan harga yang relatif murah. Cuaca yang bersahabat ketika hari di mana saat mengecor persiapan lantai dua sudah tiba, yang meskipun beberapa hari sebelumnya sering turun hujan. Balok yang lebih murah harganya karena ada tetangga yang punya pohon kemiri tua dan sudah hampir tumbang, sehingga ia menawarkan agar saya memakainya untuk balok setelah saya carikan tukang chainsaw (sinso) untuk menebang pohonnya dan dijadikan balok dengan alat somel kayu. Dan berbagai peristiwa lainnya.
Markesot mempersiapkan orang-orang Patangpuluhan untuk berdialektika dalam fungsi Dzat, Sifat, Isim dan Jasad yang keseluruhannya merupakan Af’al. Kinerja agung selama pengelolaan diri di alam semesta. Tuhan fa’alun lima yurid. Allah maha bekerja melaksanakan kehendak-Nya. Manusia bekerja meresonansi kinerja Allah itu pada posisi cipratan, pantulan, gema dan gelombang – Daur (31) Allah Bertajalli Padamu.
Manusia yang berposisi sebagai khalifatullahi fil ardhi adalah tajalli Tuhan yang memanifestasikan nama-nama dan sifat-sifat Tuhan. Ketika kita tidak hilang ingatan dan fokus berharap hanya kepada Allah, serta merta pekerjaan kita tergabung dalam kinerja dan kehendak allah. Tapi perjalanan kita menuju hadirat Allah memerlukan penuntun jalan dan pembuka pintu yakni kehadiran Rasulullah Muhammad SAW di antara percintaan kita dengan Allah yang sering disampaikan oleh Cak Nun dalam pembahasan tentang Dialektika Segitiga Cinta antara kita sebagai Manusia, Rasulullah, dan Allah.
Dengan menghadirkan Rasulullah dan menjadikannya sebagai penunjuk jalan untuk membuktikan cinta kita kepada Allah, maka Allah pasti membalas cinta kita dan mengampuni dosa kita sebagaimana dalam firman Allah Q.S. Ali Imran ayat 31. Kehadiran Rasulullah merupakan nikmat agung bagi ummat manusia dan sebagai perwujudan rahmat Allah kepada seluruh alam. Kita beruntung bila menjadi ummatnya yang setia mengikuti teladannya.
Hubungan kita kepada Allah sepatutnya berdasarkan cinta bukan hubungan karena mengharap untung dan takut rugi. Karena nada dasar Allah menciptakan manusia dan segala sesuatu adalah cinta. Dengan keharmonisan dan keseimbangan dalam penciptaan itu, dan lagi-lagi saya menyaksikan itu pada diri para tukang batu yang bekerja membangun rumah saya bertajalli. Mereka bekerja membangun rumah berdasarkan desain gambar yang dibuatkan oleh sepupu saya yang bekerja sebagai konsultan bangunan. Dengan berbagai teknik dan skill yang mereka punyai meletakkan keseimbangan antara satu dengan yang lainnya sehingga bangunan yang masih dalam proses pengerjaan itu sudah tegak berdiri.
Allah mempersaksikan diri-Nya kepada setiap hamba-Nya dengan beragam cara dan berbagai peristiwa, sehingga sering kali saya merasa malu di hadapan-Nya karena melupakan karunia-Nya dan takjub terhadap kebesaran-Nya yang membuat saya meyakini Allah Maha Bekerja dan bertajalli dalam diri kita. Ingatlah apapun yang kita kerjakan tiada yang bekerja selain Allah “La Fa’ila Illallah” dan ini berlaku dalam konteks apa saja yang kita kerjakan dan di mana saja kita bekerja.
Tinambung, 15 Januari 2017