Abad 20-21 Ini Manusia Berada pada “Evolusi Ke-4 Minus”
Memberi jeda sejenak di sesi Prolog menuju diskusi sesi pertama, Balte Irama membawakan beberapa nomor dangdut. Balte Irama adalah sebuah kelompok musik dangdut dari Tanah Abang, dan memang sering hadir di Kenduri Cinta. Restu Prawiranegara melengkapi performance KC malam itu dengan membacakan sebuah puisi.
Evolusi Kesadaran Manusia Menurut Ijitihad Maiyah
Diskusi berlanjut. Fahmi mengawali diskusi sesi pertama ini dengan membedah mukadimah Kenduri Cinta yang sebelumnya sudah dipublikasikan melalui website Kenduri Cinta. Tema ini sebenarnya tidak jauh dari apa yang disampaikan Cak Nun bulan sebelumnya. Puncak evolusi manusia ini ialah khalifatullah. Dalam Al-Qur’an pun ditegaskan demikian. Bahwa manusia diciptakan sebagai Khalifah di muka bumi. Benda, tumbuhan, binatang, manusia, abdullah, dan puncaknya khalifatullah. Demikian enam tahapan evolusi tersebut dijelaskan oleh Fahmi.
Ali Hasbullah menambahkan, Kenduri Cinta adalah bagian dari langkah evolusi yang diberikan Allah agar kita lebih semakin dekat menuju evolusi keenam, khalifatulloh. Banyak ilmu yang membuka wawasan dan pemahaman baru tentang maksud ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah ditadabburi bersama di Maiyah, baik bersama Cak Nun, Cak Fuad, Syeikh Nursamad Kamba maupun pembicara lainnya. Sebagaimana tema kita malam hari ini, pertanyaannya adalah di dalam era manakah manusia bisa menjadi khalifah di bumi? Ali berpandangan bahwa saat ini bisa dikatakan tidak ada, kecuali saat zaman Rasulullah Saw, yang sudah berlalu 14 abad.
Ali Hasbullah mengajak jamaah sejenak berpikir tentang demokrasi. Demokrasi saat ini bukanlah demokrasi yang sebenarnya, melainkan hanya demokrasi yang relatif. Kita disodori pilihan, bukan memilih sendiri dengan sebenar-benarnya. Kita disuruh memilih pilihan yang sebenarnya sudah dipilihkan terlebih dahulu oleh segelintir pihak. Kita tidak benar-benar memiliki kebebasan dalam memilih. Bagaimana mungkin kita bebas memilih, pilihan yang ada sudah disiapkan terlebih dahulu, kita sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk memilih hidangan yang tidak tersedia di meja makan. Apa yang ada di meja makan, itulah yang harus kita pilih. Padahal belum tentu pilihan yang ada itu adalah yang terbaik bagi kita, bisa jadi justru pilihan yang berada di luar meja makan itu adalah yang terbaik bagi kita.
Tri menambahkan penjelasan Ali Hasbulloh. Dalam evolusi keempat akan ada suatu masa penjernihan di mana manusia mulai sadar akan kebutuhannya akan spiritualisme. Tapi sayangnya peminat spiritualisme tersebut lebih banyak orang-orang Barat, bukan Timur.
Fahmi menambahkan, tentang khilafah kita pun tidak boleh memaksakannya untuk diterima orang lain. Ibarat bertani tanahnya belum siap, masyarakat Indonesia belum siap dengan khilafah. Oleh karena kita hanya ditagih untuk As Silmi, bukan Al Islam, karena Islam begitu besar. Sementara Khilafah yang dipahami oleh masyarakat saat ini pun belum pada presisi yang tepat sesuai dengan pengertian khilafah yang sebenarnya. Maka, berlandaskan pada ayat udkhulu fi-s-silmi kaffah, Cak Nun akhir-akhir ini menyarankan bahwa metode yang digunakan adalah As Silmi: kita berbuat baik sebisa dan semampu kita. Sederhananya seperti yang sudah diajarkan oleh Rasulullah Saw, bahwa menjadi orang mu’min itu adalah mampu mengamankan setidaknya 3 hal dalam kehidupan sehari-hari; harta, nyawa dan martabat orang di sekitar kita. Jika kita bersama orang lain, mereka merasa aman dalam 3 hal tersebut. Dan miniatur keamanan 3 hal itu adalah hal yang sangat nyata yang kita rasakan di Maiyah hari ini.
Merespons pertanyaan Sigit tentang apakah Kenduri Cinta atau Maiyah adalah ormas atau kelompok yang padat, Fahmi menjelaskan bahwa Maiyah, entah itu Kenduri Cinta, PadhangmBulan, Mocopat Syafaat dan lain sebagainya tidak berposisi sebagai Organisasi Masyarakat. Berkali-kali bahkan Cak Nun menekankan bahwa di Maiyah, Tauhid merupakan hal yang sangat mutlak, tidak bisa diganggu gugat. Di Maiyah, kita melatih untuk membiasakan diri kita bahwa yang harus ada hanyalah Allah Swt, jikapun harus ada sosok lain selain Allah, maka ia adalah Rasulullah Saw. Selain Allah dan Rasulullah Saw itu tidak ada. Bahkan lebih ekstrem lagi, Cak Nun juga pernah menyatakan bahwa jika kelak Maiyah harus tidak ada, Jama’ah Maiyah pun harus siap.
Di Maiyah kita bersama-sama mengupayakan As-Silmi. Semua jamaah datang ke Maiyah dengan latar belakangnya masing-masing, kita tidak bisa memastikan di mana posisi kita, kita hanya bisa mengupayakan As-Silmi. Maiyah adalah metode, jalan, cara, tapi bukan tujuan, tujuannya hanya Allah.
Ali Hasbullah menjelaskan ketertarikan masyarakat di Negara-negara Barat terhadap spiritualisme, bahkan tidak sedikit pula yang kemudian memeluk Islam. Bahwa manusia secara fitrah diciptakan dalam unsur keseimbangan, di antara napsu dan akal, disuatu titik akan terjadi ketidak seimbangan lalu disitu titik lain kita akan kembali kekeseimbangan tersebut. Orang-orang di Negara Barat saat ini bisa jadi sedang mengalami titik ketidakseimbangan itu, sehingga mau tidak mau, pilihan yang ada adalah mereka mensekunderkan dunia, mereka mencari hal-hal yang sejati. Sebagian di antara mereka menemukannya dalam Islam.