CakNun.com
Daur 1164

Syarrud-Dawab

Emha Ainun Nadjib
Waktu baca ± 3 menit
Ta’qid“...mereka adalah makhluk kesayangan Allah yang langsung diturunkan dari sorga. Kalau ada yang memprotesnya, segera Pemerintah hamba sahaya bawahan Sang Naga tampil sebagai Mujahidin...”

Sesungguhnya Barkodin mengeluh, bahkan memaki-maki, diam-diam di dalam hatinya.

“Markesot ini mengigau kesana kemari, moya-maya moya-mayi diodot-odot kemudian mendadak masuk ke tinju, meloncat sana njungkir lagi ke situ…. Dasar orang tidak punya identitas yang jelas. Tidak punya profesi. Tidak berani berkeluarga. Ke utara penakut, ke selatan pengecut, ke barat tidak berani, ke timur keder…”

Untung Brakodin sudah malas, kehabisan tenaga dan akhirnya benar-benar mengantuk dan tertidur.

Markesot memang makhluk yang kurang bersyukur. Dunia dan Indonesia yang ia numpang tinggal ini baik-baik saja, tidak kurang suatu apa. Di mana-mana orang makan enak. Gedung-gedung tinggi bertebaran mencabik-cabik langit. Ribuan pesawat besar kecil tiap saat berseliweran di angkasa Nusantara. Kereta-kereta api melata menyebar ke seantero Negeri. Jutaan Bis, angkot, mobil-mobil pribadi, motor, kendaraan-kendaraan apa saja, bersaling-silang bagaikan lukisan sorga.

Rumah-rumah di pemukiman paling mewah adanya di Negeri Markesot ini. Restoran-restoran, warung-warung, makanan minuman apa saja, jenis dunia maupun akhirat, melimpah di mana-mana. Sekolahan, Madrasah, Universitas, Pesantren, segala jenis lembaga pembelajaran menghampar sampai ke sudut-sudut kampung. Zaman dulu anak-anak kita harus mencapai tingkat Sarjana baru berhak diwisuda. Anak-anak sekarang selesai Taman Kanak-kanak sudah berhak dimahkotai Toga di kepalanya.

Demokrasi berjalan sangat lancar. Pemilihan-pemilihan pemimpin di segala tingkat memancarkan citra kemerdekaan rakyat. Anak-anak selalu Juara Olimpiade Ilmu Pengetahuan Dunia. Kelak mereka menjadi Lurah di desa, tapi kualitasnya tidak kalah dengan Walikota di Negeri-Negeri lain. Kemudian mereka meningkat menjadi Kepala-kepala Daerah, tapi kemampuan profesionalnya menyamai bahkan melebihi Gubernur-Gubernur di Luar Negeri.

Presiden dan Menteri-Menterinya dhukdeng dan pilih tanding. Tidak sekadar paling sarjana dari kebanyakan sarjana. Tidak hanya paling profesional dari mayoritas kaum profesional dunia. Tidak terbatas hanya manusia dengan kualitas masterpiece yang unggul di segala sejarah. Pemimpin puncak Negeri yang Markesot numpang makan di dalamnya adalah manusia linuwih, ksatria pinilih setelah sebelumnya piningit.

Pemimpin di Negeri di mana Markesot kost adalah makhluk Tuhan dengan tiga tingkat dan derajat : ya Manusia unggul, ya Panembahan atau Begawan mumpuni, bahkan hampir menyamai Nabi dan Rasul yang ke manapun ia blusukan senantiasa dipayungi oleh mega-mega wahyu Allah. Satro Pinandito Sinisihan Wahyu.

Semuanya baik-baik saja. Bahkan lebih baik dari baik-baik saja. Lebih makmur dari standar kemakmuran yang pernah ada. Gemah ripah loh jinawi. Toto tentrem kerto rahardjo. Markesot maunya apa? Kok ini ndak terima, itu kurang puas. Ini Negeri dikabulkan oleh Tuhan doa para penduduknya: “Robbana atina fin-dunya hasanah, wa fil akhiroti hasanah, wa qina ‘adzabannar”. Kehidupan dunia makmur sejahtera. Kehidupan akhirat kurang bagaimana: Masjid dan rumah ibadah bertambah-tambah jumlahnya. Orang-orang shalat berjamaah di mana-mana. Bahkan tak hanya shalat-shalat wajib, tradisi shalat sunnat pun makin marak. Baliho-baliho terpampang: “Mulailah hari dengan Shalat Dluha”. Maksudnya, sesudah setiap malam diakhiri dengan Subuh.

Sang Naga, hewan istimewa penjaga pintu Sorga paling depan, kini sepenuhnya diturunkan ke Bumi. Sang Naga yang secara materiil hanya satu ekor, karena keistimewaan kemakhlukannya: ia menyebar memenuhi Bumi. Banyak Negeri-negeri di Benua Afrika, bahkan tetangga sebelah timur Negeri tumpangan Markesot, dibangunkan Istana oleh kemurahan hati Naga, sehingga selama hidup mereka secara resmi politik maupun teknis-teknologis sangat terikat cintanya kepada Sang Naga.

Di Negeri-negeri Islam Timur Tengah, di Afrika dan semakin banyak Negeri-negeri lain di seantero Bumi, berdiri Dragon City, Dragon Square, Dragon Market, Dragon Estate, Dragon Mall, Dragon Shops, Dragon Villages, Dragon River, Dragon Forest, Dragon Faces, Dragon Languages, Dragon Televisions, Dragon Heaven, Dragon Paradise, Dragon wa Dragon and Dragon und Dragon bin Dragon binti Dragon. Di Nusantara akan menghampar kemajuan pesat Dragon Farm, sawah-sawah dan pertanian menghampar: petani-petaninya Naga, limpahan panennya Naga, seluruh Nusantara dan dunia akan semakin kagum dan patuh kepada Sang Naga.

Khusus di Negeri kost-kost-an Markesot, mereka tidak wajib bayar pajak. Karena mereka adalah makhluk kesayangan Allah yang langsung diturunkan dari sorga. Kalau ada yang memprotesnya, segera Pemerintah hamba sahaya bawahan Sang Naga tampil sebagai Mujahidin, pejuang kebenaran Tuhan. Undang-undang Tax Amnesty baru saja disahkan untuk membangun kesadaran bahwa segala isi dunia ini harus dipersembahkan kepada Allah melalui Sang Naga. Inna sholati wa nusuki wa mahyaya wa mamati li-Dragon Civilization and Society.

Dan Markesot yang konyol, kerdil, dungu dan dekaden, membaca wirid dari firman Tuhan: “inna syarrod-dawabi ‘indallahi as-shummu al-bukmu alladzina la ya’qilun”, sambil menghibur diri menatap-natap foto Muhammad Ali.

Lainnya

Barkodin Yang Malang

Barkodin pergi, sehingga terpotong penjelasan Markesot.

Maksud Barkodin tadi ketemu Markesot untuk senengseneng.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib

Topik