Sirr Untuk Makin Kuatnya Penjajahan Global
Dzikir atau wirid yang dibawakan Cak Nun di dalam Maiyah atau perjalanan sejak Padhangmbulan hingga kini ditandai oleh konteks atau kaitannya dengan penghayatan atas kondisi zaman yang sedang berlangsung di dalam masyarakat atau yang menimpa bangsa. Dzikir atau wirid tidak berdiri sendiri. Lewat dzikir atau wirid itu terungkapkan keprihatinan dan permohonan perlindungan kepada Allah Swt. Bahkan dapat dikatakan inilah esensi penting dan utama dalam wirid-wirid yang sering dilantunkan Cak Nun sejak dulu: keberpihakan kepada orang-orang yang dilemahkan, menyuarakan derita mereka kepada Allah.
Sejak beberapa Maiyahan terakhir, terutama saat Maiyahan di Ngoro Mojokerto, Cak Nun memiliki pangroso untuk membaca lagi salah satu komposisi wirid Maiyah yang disebut “Sirr”, dan baru malam ini di Pesantren Nuur El-Falah bisa dibawakan. Komposisi Sirr ini tergabung di dalam Album Wirid Maiyah Nusantara yang menandai awal lahirnya “formasi” nilai-nilai Maiyah pada 2001.
Wirid ini berkandungan ungkapan kesungguhan kepada Allah. Wadul kepada Allah bahwa telah ditimpa kita oleh kedhaliman-kedhaliman. Memohon agar kita semua tidak ditinggalkan Allah dalam keadaan kesepian. Memohon agar Allah menurunkan segala yang berkah. Seiring dengan makin menancap dan kuatnya penjajajahan yang menimpa bangsa Indonesia, Cak Nun mengajak semua masuk dalam Wirid Sirr ini. “Ya Allah, mereka melakukan penjajahan yang lembut, maka jagalah kami, sayangilah kami, dan tetapkan rezeki bagi anak-anak kami semua…” Para jamaah mengikuti dengan khusyu’ dan dari kedalaman hati madhlumin mengamini doa Cak Nun. Pun demikian dengan KiaiKanjeng. Khusyuk dan khidmat. (hm/adn)