Silaturahmi di Kediaman Keluarga Besar Imam Lapeo
Sebelum acara Pengajian dan Ziarah Hibbiyah malam nanti di Masjid Nurut Taubah Lapeo Polewali, siang ini Cak Nun bersilaturahmi dan makan siang di kediaman keluarga besar Imam Lapeo, yakni di rumah Hj. Nurlina Muchsin, cucu pertama Imam Lapeo, yang berada di kecamatan Campalagian Polewali Mandar Sulawesi Barat. Selain keluarga besar Imam Lapeo, turut hadir teman-teman Teater Flamboyan dari yang sepuh hingga yang muda. Mereka juga ingin menyambut kedatangan sang Guru.
Tiba di kediaman tersebut, Cak Nun langsung disambut keluarga dengan suasana merasa terhormat, dan bahagia atas kedatangan Cak Nun. Mereka menjabat dan mencium tangan Cak Nun satu per satu. Mereka tidak menyangka bahwa Cak Nun bisa hadir di tengah-tengah mereka. Keinginan dan kerinduan mereka terobati. Lebih dari itu, mereka merasa bangga dan haru karena dengan tulisan-tulisan Cak Nun, publik atau masyarakat luas jadi lebih mengenal sosok Imam Lapeo.
Di antara tulisan Cak Nun yang di dalamnya mengisahkan Imam Lapeo adalah ‘Arisan, Sut, Keledai Imam Lapeo’ yang terhimpun dalam buku Bola-Bola Kultural (Emha Ainun Nadjib, Prima Pustaka, 1993) dan ‘Musik Mantra dan Hizib’ yang terhimpun dalam buku Surat Kepada Kanjeng Nabi (Emha Ainun Nadjib, Mizan, 1996) dan sudah ditulis pada 1991.
Untuk kehadiran Cak Nun pada Haul ke-64 Imam Lapeo ini, mereka merasa lengkap sudah: Cak Nun menulis tentang Imam Lapeo dan sekarang hadir langsung di hadapan keluarga. Mereka juga merasakan jika Cak Nun saja mengapresiasi Imam Lapeo sedemikian rupa, semestinya keluarga juga perlu banyak belajar dari Cak Nun. Karenanya, dengan momentum Haul ini, para cucu Imam Lapeo bertekad untuk membangun pergerakan kemanfaatan yang lebih maksimal dalam meneruskan nilai-nilai perjuangan Imam Lapeo di tengah-tengah masyarakat.
Selain Hj. Nurlina Muchsin, cucu Imam Lapeo yang hadir adalah H. Bayanuddin Muhsin Thohir. Sementara itu, dari Teater Flamboyan tampak generasi lebih senior seperti Eppo dan Tamalele ikut menemani Cak Nun. Sesekali di sela-sela silaturahmi dan ramah tamah ini, Cak Nun mengemukakan kepada keluarga besar dan teman-teman yang hadi situ mengenai pandangan atau cara berpikir dalam melihat Indonesia dan politik dunia, kapan menjadi manusia kapan menjadi presiden, dan berbagai sudut pandang dasar lainnya yang sering dilupakan orang karena tidak bergravitasi pada inti nilainya.