Pesan Umbu untuk ‘Em’ di Malam Ihtifal Maiyah
Seperti sudah disiarkan, di Denpasar Bali, Umbu Landu Paranggi akan menggelar baca puisi dua hari berturut-turut pada 26 dan 27 Mei 2016. Karena misterius dan pilihan sikap mendasar hidupnya terhadap apa saja termasuk sastra, siapapun sastrawan yang mengenal Umbu pasti tak pernah berpikir atau membayangkan Umbu akan naik ke panggung, sama seperti orang tak membayangkan Umbu mempublikasikan puisi-puisi barunya, sebab dia lebih banyak menyembunyikan puisi-puisinya, dan hanya sedikit saja yang diketahui orang.
Ada banyak cara dan laku Umbu yang menabrak pakem-pakem kebersastraan umumnya sastrawan, termasuk dalam kegiatan baca puisi dan diskusi sastra, yang salah satunya menyebabkan orang belum tentu yakin apakah Umbu akan benar-benar naik panggung meskipun ia telah menyiarkan akan baca puisi, termasuk baca puisi tanggal 26 dan 27 Mei 2016 ini. Sebab, cerita Cak Nun yang oleh Umbu dipanggil ‘Em’, dahulu tatkala masih di Yogya, Umbu pernah mengundang orang buat diskusi, tapi pada waktunya tiba, Umbu sendiri tidak datang. Umbu ringan melakukan itu seakan ‘meremehkan’ apa yang diagungkan atau dianggap penting orang atau para sastrawan, atau itu cara dia mendidik murid-muridnya. Dengan Umbu tak datang, mereka berpikir pesan apa yang hendak Ia sampaikan dengan ketidakdatangannya itu.
Kali ini, Umbu bukan Umbu yang dulu. Kecemasan teman dan murid-murid mudanya di Bali tertepis sudah. Umbu memenuhi janjinya. Tanggal 26 Mei 2016 malam hari Umbu sudah menginjakkan kaki di Jatijagat Kampung Puisi, Renon, Denpasar. Di tempat ini, Ia akan membacakan puisi. Rumah puisi ini milik Arya Dimas dan Wini, tak lain adalah salah satu anak didiknya. Umbu benar-benar berada ditengah-tengah sastrawan muda Denpasar.
Malam pertama, 26 Mei, di depan puluhan orang, Umbu membacakan beberapa puisi penyair perempuan Bali dari Buleleng dan Denpasar (yang oleh dia disebut edisi Perseden — Persatuan Sepakbola Denpasar dan Persibu — Persatuan Sepakbola Buleleng). Tak hanya baca puisi, Umbu mengajak berdiskusi ihwal perkembangan kebudayaan dan kesenian Bali, juga Ia bercerita bagaimana Ia mendidik sastrawan muda Bali lewat rubrik sastra koran Bali Post yang diasuhnya.
Jumat 27 Mei 2016, pada hari terakhir Ia puasa 63 hari, Umbu kembali hadir di tempat yang sama. Kali ini, Umbu lebih banyak membacakan puisi-puisi yang ditulis seseorang yang belajar darinya, dan tetap membersamainya dalam kesunyian hingga kini, yaitu Emha Ainun Najib, yang hari itu genap memasuki usia 63 tahun. Puisi-puisi yang baru diterima dari ‘Em’ dibacakan malam itu di antaranya “Rumah Sejati”, “Kurahasiakan”, dan “Tak Ada Gunanya Tuhan”. Sejumlah puisi lama juga dibacakan pula seperti “Jalan Sunyi”, “Yogyaku”, dan “Antara Tiga Kota”. Sebuah pembacaan puisi oleh Umbu yang seakan ungkapan ngombyongi Ihtifal Maiyah di Menturo Sumobito Jombang pada malam yang sama.
Saat Cak Nun menyiapkan puisi-puisi itu, Umbu hanya menorehkan pesan singkat “Skk = skk = skk atawa skk atawa skk”. Pada saat ditanya lebih detail apa arti atau kepanjangan dari huruf-huruf itu, Umbu hanya bilang, “Em sudah tahu itu….”. Arti dari huruf-huruf itu mulai tersingkap, ketika salah satu jamaah Maiyah di Denpasar dipaksa oleh Umbu untuk hadir ke Ihtifal Maiyah di Menturo sebagai wakil dari Denpasar, dan disertai ‘ancaman’ jika tidak berangkat, Umbu bakal urung baca puisi di 27 malam itu. Tak ingin menjadi sebab dari batalnya Umbu membacakan puisi dan itu juga berarti mengecewakan banyak orang, tanggal 26 malam itu ia langsung bergegas mencari cara supaya dapat segera sampai di Jombang.
Alhamdulillah, si Jamaah yang ditugaskan Umbu itu berhasil tiba di Menturo, dan Umbu pun jadi hadir di Jatijagat Kampung Puisi pada malam kedua itu. Di sini, Umbu lalu menjelaskan pesannya kepada ‘Em’ yaitu skk: “Sunyi Kerjalah Kau”. Itulah pesan Umbu Si Kehidupan Puisi kepada Cak Nun. Umbu pun tak kuat menahan air mata saat mendengar ‘Em’ sudah melihat video di mana puisi-puisi ‘Em’ Ia bacakan, pada saat itu juga.
“Sunyi Kerjalah Kau”. Selarik pesan Umbu yang barangkali dapat diresapi dan direnungkan oleh para Jamaah Maiyah yang malam itu berkumpul di Ihtifal Maiyah.