Persamaan Santri dan TNI
Tentunya Cak Nun punya pendapat tersendiri mengenai Hari Santri, tetapi karena konsentrasi malam ini adalah mengantarkan dan menemani Rabithah Ma’ahid Islami (RMI) Ponorogo beserta para santri untuk memperingati Hari Santri, maka Cak Nun dan KiaiKanjeng berupaya memberikan yang terbaik untuk menyumbangkan pengalaman dan view yang mendorong santri secara mandiri menemukan kesadaran akan kekuatan diri mereka.
Ada beberapa telah dikemukakan Cak Nun. Salah satu yang menarik dan tampaknya belum pernah disampaikan, adalah santri itu sama seperti tentara. Yaitu benteng terakhir masyarakat. “Santri sebagai kekuatan kultural dan tentara sebagai kekuatan teritorial. Jika santri tangguh dan tentara tegas, insyaAllah Indonesia beres,” Cak Nun menyemangati dan coba memetakan secara baru dengan melihat kesamaan militansi santri dan TNI.
Bisa dirasakan bahwa muatan utama dari apa yang disampaikan adalah men-tadabburi dengan harapan hasilnya adalah semangat dan kesadaran baru. Bahkan khusus santri Ponorogo, diperkuat lagi kesadaran itu dengan pandangan sejarah dan karakter khas Ponorogo. “Santri Ponorogo itu adalah rijalul bilad. Lanange Negoro,” tegas Cak Nun dengan menyimpulkan dari sejarah bahwa dulu Ponorogo tak bisa ditaklukkan oleh Mataram dan bahwa santri Ponorogo memiliki karakter warok. Itu sebabnya kemudian para santri ini dipesan oleh Cak Nun supaya tidak mengabdi kepada yang bukan-bukan, karena mereka punya kekuatan dan kedaulatan tersendiri yang jangan digadaikan. (hm/adn)