Pagi-Sore Perjalanan Hari Ini
Agenda di Banjarmasin ini rupanya memang meluas sifatnya. Di luar agenda utama malam nanti, ada sederetan jadwal. Kemarin sore ziarah ke Makam Tuan Guru Zaini, tadi malam Silaturahmi dengan walikota dan jajaran SKPD, pagi hari tadi menyusuri Sungai Martapura dan berkunjung di pasar Terapung Lok Baintan, briefing KiaiKanjeng, dan siang tadi Cak Nun melaksanakan shalat Jumat di Masjid Sabilal Muhtadin atas inisiatif Pak Walikota.
Masjid Sabilal Muhtadin adalah masjid agung atau masjid Jam’ yang berada di pusat kota Banjarmasin dan didirikan pada 1982. Nama masjid ini diambil dari nama salah satu kitab yang ditulis oleh Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, seorang ulama asli Banjar dan dikenal dengan sebutan Datuk Kalampayan. Makamnya ada di desa Kalampayan. Beliau adalah ulama yang lahir di sini dan memiliki peranan penting di Nusantara ini karena menjadi salah satu rute ilmu-ilmu keislaman di Indonesia. Tuan Guru Zaini sendiri adalah keturunan ketujuh dari Beliau.
Tiba di Masjid Sabilal Muhtadin, Cak Nun sudah ditunggu oleh Walikota, Imam Besar Masjid Sabilal Muhtadin, dan beberapa sesepuh serta pengurus Masjid. Beliau bersama-sama duduk mendengarkan khotbah tepat di belakang sajadah Imam tetapi masih berada di dalam ceruk Imaman. Jadi barisan Beliau ada di antara sajadah Imam dan Mimbar khotbah. Sehubungan acara Banjarmasin Bersyukur bersama Cak Nun dan KiaiKanjeng, sebelum adzan Jum’at takmir Masjid mengumumkan kepada jamaah untuk bisa hadir memeringati hari jadi kota Banjarmasin bersama Cak Nun dan KiaiKanjeng. Senandung ilahi lastu lil firdausi ahla oleh Imam dan jamaah mengakhiri rangkaian Shalat Jumat di masjid dengan komplek yang cukup luas. Setelah berbincang-bincang sejenak dengan para ulama dan sesepuh Masjid, Cak Nun segera melanjutkan perjalanan.
Kali ini Cak Nun diajak Pak Zul untuk mampir silaturahmi ke kantor Harian Banjarmasin Post. Di sini, beliau sudah ditunggu HG (P) Rusdi Effendi dan jajaran redaksi koran yang tertua di Kalimantan Selatan. Pak Rusdi adalah salah satu dari tiga pendiri Banjarmasin Post yang masih hidup. Tak ada tema khusus yang hendak dibicarakan selain silaturahmi dan nyambung hati. Rupanya Pak Rusdi yang kini menapak usia 74 tahun dan merupakan sesepuh warga Banjarmasin sudah mendengar kata Maiyah dan bercerita kepada Cak Nun. Obrolan di ruang kerjanya itu tidak terlalu lama, kira-kira pas untuk menghabiskan suguhan teh dan kue bingka yang telah dihidangkan.
Satu buah peci Maiyah diberikan Cak Nun kepada Pak Rusdi dan dipakaikan langsung. Sementara itu, Pak Pak Rusdi pun memberikan cinderamata berupa ensiklopedi Masjid di Kalsel, Maskot Bekantan, dan Kamus Bahasa Banjar. Perjalanan dilanjutkan menuju warung Pecel Sambal Tumpang yang terletak di bawah Jembatan RK Ilir, sebuah warung yang bersuasana sungai. Sesekali perahu melintas, menemani pandang mata orang-orang yang makan siang di situ. Beberapa orang dari Banjarmasin Post ikut serta, karena masih ingin meneruskan perbincangan dengan Cak Nun.
Bagaimana dengan KiaiKanjeng? Siang tadi, Pak Jokam, Pak Nevi Budianto, Mas Islamiyanto, dan Mas Imam turut serta shalat Jum’at di Masjid Sabilal Muhtadin. Sementara, Mas Adit Drummer usai briefing malah culik waktu mendadak karena diminta mengisi workshop musik di SMKN 04 Banjarmasin jurusan seni musik. Tetapi menjelang Ashar semua anggota KiaiKanjeng sudah berkumpul untuk Cek Suara di lokasi acara. Juga, sore ini, untuk memaksimalkan kebersamaan Cak Nun dan KiaiKanjeng di Banjarmasin ini, Ibu Via sudah bergabung, dan barusan landing pukul 15.30 WITA serta dijemput langsung oleh Cak Nun. Tengah berlangsung sound check, sekitar pukul 16.30 hujan turun lumayan deras mengguyur. Waktu kemudian dimanfaatkan untuk memantapkan kembali konsep dan nomor-nomor yang akan dipersembahkan untuk mengantarkan masyarakat Banjarmasin mengkhidmati HUT-nya yang ke-490. (hm/adn)