Ngaji Bareng Meneladani Sesepuh Desa
Setelah beberapa hari lalu mengakhiri rangkaian tur empat kota dan terakhir di Rembang, malam ini Cak Nun dan KiaiKanjeng telah berada di Temanggung. Tepatnya di Dusun Losari Desa Gentingsari Kecamatan Bansari Kabupaten Temanggung. Acara Ngaji Bareng yang diselenggarakan masyarakat Gentingsari ini menghadirkan Cak Nun dan KiaiKanjeng dalam rangka Haul Akbar pendiri dan sesepuh Desa yaitu Nyai Tari, H. Kantong, dan KH. Hasyim Askhari.
Pukul 20.30 Cak Nun bersama para tokoh masyarakat, Camat, Kapolres, Lurah, Ketua Panitia, dan lain-lain telah naik ke panggung. Sementara itu, KiaiKanjeng sudah terlebih dahulu membangun kebersatuan dengan jamaah dan masyarakat dengan mengajak mereka bareng-bareng puji-pujian dan shalawatan dipimpin Mas Islamiyanto, Mas Imam, dan Mas Doni. Berbeda dengan acara di alun-alun atau lapangan, formasi audiens malam ini agak unik. Yang di depan panggung, posisinya semakin ke belakang makin tinggi karena posisi jalan yang menanjak. Di sisi kirinya, sebagian jamaah duduk di halaman rumah orang yang posisinya lebih tinggi dari area utama. Sebagian lagi, ada di sebelah kiri panggung. Suasana berlangsung dalam keguyuban masyarakat desa. Seluruh warga, bapak ibu, remaja, dan anak-anak turut hadir. Bahkan ada seorang ibu yang datang dan membawa selimut.
Nyai Tari yang babat alas desa ini diperkirakan pada tahun 1600-an dan dari keraton Pajang. Sedangkan Haji Kantong seseorang yang dikenang karena pergi haji pada masa itu dengan hanya bermodal alat-alat tukang, yaitu gergaji, tatah, dan pukul. Dia sendiri memang seorang tukang. Sedikit demi sedikit dapat uang, ia bergerak pindah tempat atau kota. Dapat uang lagi, bergerak lagi, sampai akhirnya bisa mendekati jazirah Arab. Semua ditempuh dalam waktu berbulan-bulan.
Sampai akhirnya dia bisa berhaji di Tanah Suci. Masalah timbul saat harus pulang. Tak ada bekal dan tak ada uang. Jalan keluar muncul, tatkala dia bertemu seseorang yang ampuh. Diajak pulang ia ke Indonesia dengan cara digendong, dengan syarat sepanjang digendong tidak boleh buka mata. Ia pun memenuhi syarat itu. Proses itu pun sangat singkat. Ketika perintah buka mata tiba, dia sudah sudah sampai di desa ini, diturunkan di sebuah rumpun bambu, dan akhirnya ditemukan oleh istrinya.
Sementara itu KH. Hasyim Askhari adalah seorang alim yang generasinya lebih muda dari Nyai Tari dan Haji Kantong. Acara ini mengajak masyarakat untuk meneladani perjuangan para sesepuh desa itu dalam hal ketangguhan, kegigihan, dan nilai-nilai kehidupan lain. Untuk itulah, Cak Nun dimohon untuk menemani proses pembelajaran bagi masyarakat ini. (hm/adn)