Menyambut 2017 dengan Silatnas 2016 Jannatul Maiyah
Pertemuan Silatnas 2016 penggiat simpul Maiyah telah berlangsung pada 16-17 Desember 2016 di Rumah Maiyah Kadipiro Yogyakarta. Silatnas 2016 ini dihadiri oleh perwakilan 23 simpul Maiyah dari berbagai daerah: Surabaya, Tuban, Madiun, Semarang, Solo, Ungaran, Salatiga, Yogyakarta, Purwokerto, Pemalang, Tasikmalaya, Bandung, Lampung, dan lain-lain.
Berbeda dengan dua silatnas sebelumnya, Silatnas 2016 ini dirancang secara lebih praktis dengan agenda utama Isim Maiyah mendengarkan update perkembangan, uneg-uneg, pertanyaan, maupun hal lain yang perlu didiskusikan dan dicari formula implementasinya. Selain itu, dalam Silatnas di Kadipiro ini, para perwakilan Simpul Maiyah diajak menggali dan menyerap ilmu dari Cak Nun, Pak Toto, dan Mas Sabrang pada sesi tengah malam di hari pertama.
Perwakilan-perwakilan Simpul bergiliran menyampaikan perkembangan masing-masing Simpul, baik yang berhubungan dengan kegiatan rutin yang mereka gelar maupun penataan organisme di masing-masing lingkup, dan hal-hal lain eksternal yang mereka hadapi. Hampir sebagian besar berbicara soal detail spesifik, sekalipun beberapa yang lain berkaitan dengan perilaku dan pemahaman. Persoalan spesifik dan teknis ini sangat penting, karena di wilayah ini akan terepresentasikan ekspresi nilai Maiyah yang diwakili oleh masing-masing simpul.
Sebelum mereka berbicara, Sekjen Isim Maiyah memberikan pengantar, di antaranya menyangkut perilaku jamaah Maiyah di media sosial. Berangkat dari pengantar itu, para perwakilan satu per satu menyampaikan update. Penyampaian ini langsung mendapatkan respons dan saran-saran dari Sekjen Isim Maiyah yaitu Ahmad Syakurun Muzakki. Apa yang mereka kemukakan terentang mulai dari soal media sosial, penataan acara, apa yang harus dilakukan Simpul ketika di wilayahnya ada Sinau Bareng CNKK, kenyataan implementasi simpul sebagai bagian dari keluarga informasi, persoalan simpul-simpul baru yang masih muda, bagaimana memilih orang yang bisa dijadikan orang tua atau sesepuh bagi Simpul di tempat masing-masing, bagaimana membawa diri agar tidak dianggap sebagai satu di antara ormas dan aliran-aliran yang ada, bagaimana merespons harapan spesifik masyarakat, hingga soal bagaimana memahami pemikiran Cak Nun dengan segenap roso dan hati nurani.
Dari keseluruhan paparan yang berlangsung dua sesi, 16 malam dan 17 pagi, didapatkan saran-saran dan rekomendasi global dari Sekjen Isim Maiyah. Di antaranya,
- Isim Maiyah menyarankan agar teman-teman Simpul Maiyah atau Jamaah Maiyah meningkatkan kedewasaan dalam bermedia sosial serta teman-teman Simpul Maiyah dapat memaksimalkan manfaat Ibu Informasi yaitu caknun.com.
- Isim Maiyah menyarankan agar setiap Simpul pada Maiyahan rutinnya menyempatkan membahas dan mengkaji perkembangan ilmu Maiyah di caknun.com.
- Isim Maiyah mengharapkan agar mulai 2017 Simpul-Simpul Maiyah lebih mandiri dan independen dalam mengorganisir dirinya, dan agar hal ini bisa optimal dan berkualitas, setiap Simpul Maiyah hendaknya memiliki roso Maiyah sehingga dapat menimbang dan menentukan dengan baik tatkala berupaya menemukan ketepatan, kepatutan, dan kelayakan dalam melaksanakan aktivitas Maiyahan maupun aktivitas lain yang berhubungan dengan Maiyah.
- Isim Maiyah menyarankan agar para penggiat Simpul Maiyah di kota atau daerahnya kebetulan berlangsung Sinau Bareng Cak Nun dan KiaiKanjeng untuk berkoordinasi dengan Sekjen Isim Maiyah untuk kelancaran dan maksimalnya acara.
Poin-poin yang diperoleh dari paparan-respons dan saran-saran atau rekomendasi itu dimaksudkan memperkuat dan membekali para Simpul Maiyah dalam melaksanakan Maiyah sebagai Majelis Ilmu (dengan guru utama Cak Nun, Cak Fuad, dan Syaikh Nursamad Kamba) dan anjuran Cak Nun pada saat Padhangmbulan bulan November lalu bahwa Jamaah Maiyah (atau sejak malam itu disebut Cak Nun dengan Jannatul Maiyah) lebih-lebih dalam situasi-situasi saat ini mengonsentrasikan dirinya di dalam Kebun Maiyah untuk (ke dalam) melakukan Ziro’ah (“menanam”) dan (ke luar) Shoum (puasa) dan Shadaqah (lumo atau murah hati). Di dalam kemandirian dan independensi itu, hubungan antara Isim Maiyah dengan simpul-simpul Maiyah adalah keperluan bersama untuk melakukan “hujan deras” informasi, manfaat, nilai, dan ilmu kehidupan. Sementara itu, Pak Toto Rahardjo menyarankan agar para Simpul Maiyah dapat lebih menggali dan mengeksplorasi ilmu dari Cak Fuad dan Syaikh Nursamad Kamba.
Rekomendasi Marja’ Maiyah
Selain Isim Maiyah mendengarkan dan merespons apa-apa yang disampaikan perwakilan Simpul Maiyah, Cak Nun juga berkenan memberikan wawasan dan saran agar seluruh pemikiran dan perencanaan penggiat Simpul Maiyah dapat maksimal. Setidaknya ada tiga saran penting Cak Nun selaku marja’ Maiyah.
Pertama, Cak Nun merekomendasikan agar pertemuan atau Maiyahan bulanan pada masing-masing Simpul diselenggarakan dari semangat Sinau Bareng, dikelola dan diformulasikan juga oleh semangat Sinau Bareng sebagaimana selama ini Cak Nun dan KiaiKanjeng lakukan.
Kedua, terutama sekali dengan perkembangan nasional akhir-akhir ini, para Simpul Maiyah tak boleh lupa dan harus menyadari akan apa yang oleh Cak Nun sebut sebagai Solusi Segitiga Cinta (Allah, Nabi Muhammad, dan hamba). Bulatan bumi ada di dalam segitiga cinta itu. Masalah-masalah di dalam bulatan bumi ini tak bisa dicari rumusannya dari dalam bulatan bumi itu sendiri. Di dalam bulatan bumi itu ada keluarga kita, komunitas kita, dan bangsa Indonesia. Solusi atas masalah di setiap titik itu harus berasal dan dicari dari getaran dan aliran cinta segitiga itu. Poin ini harus lebih banyak dipelajari, dipahami, dan dieksplorasi oleh masing-masing Simpul Maiyah.
Ketiga, Cak Nun menyarankan dan merekomendasikan agar dalam setiap mengupayakan atau memperjuangkan apapun saja, para Simpul Maiyah hanya menyandarkan harapan kepada Allah semata. Wa ila Robbika Farghob.
Demikianlah, dengan saran dan rekomendasi, khususnya dari Cak Nun, Silatnas 2016 Jannatul Maiyah di Kadipiro 16-17 Desember 2016 lalu, harapannya para penggiat Simpul Maiyah dan Jamaah Maiyah atau Jannatul Maiyah dapat menapakkan kaki ke 2017 dengan meningkatkan presisi, keseimbangan, dan kematangan ilmu dan laku dalam menjalankan aktivitas Maiyah yang resonansinya tak hanya ke dalam tetapi juga ke luar. Tentu saja, rekomendasi-rekomendasi tersebut harus disertai pemahaman dan internalisasi terus-menerus termasuk dalam bentuk dituliskan agar tak hilang ditelan waktu.