Masyarakat Boyolali Ngangsu Tepa Selira
Allah memperjalankan KiaiKanjeng mengunjungi kabupaten-kabupaten, dan itu telah berlangsung cukup lama, termasuk malam ini di kabupaten Boyolali. Keadaan nasional rumah besar NKRI sementara itu dalam situasi rentan kedaulatannya. Berbagai ketidakseimbangan dan dispresisi tengah berlangsung.
Jauh sebelum ketidakseimbangan itu hari-hari ini memuncak, di desa, kampung, kabupaten dan masyarakat grassroot, Cak Nun dan KiaiKanjeng telah sungguh-sungguh mengajak masyarakat menegakkan kesadaran kedaulatan yang harus diwujudkan mulai dari bawah. Mulai dari desa, kecamatan, dan kabupaten-kabupaten. Lapisan bawah ini harus menjaga agar keutuhan masyarakat tetap berlangsung. Tetapi yang mengalir dari atas justru sebaliknya. Ancaman hancurnya kedaulatan datang begitu rupa.
Tidak mudah bagi Cak Nun dan KiaiKanjeng menghadapi situasi semacam itu. Tetapi tak pernah bosan, Cak Nun menegaskan biar bagaimana pun kedaulatan, kekompakan, kerukunan, persatuan, kebersamaan, dan kerjasama harus dijaga bersama. Jangan sampai lengah oleh apapun. Itulah rakaat panjang yang telah bertahun-tahun dilakoni KiaiKanjeng. Dalam rakaat-rakaat panjang itu, Cak Nun menemukan wajah dan karakter masyarakat yang selama ini tak disadari para elit politik. Bahwa rakyat memiliki sejumlah ketangguhannya yang unik dan berasal-usul dari takdir Allah atas mereka sebagai bangsa Indonesia.
Malam ini wajah-wajah itu kembali hadir, dan seakan hanya muncul manakala Cak Nun berada di sekitar mereka. Wajah-wajah yang bersedia berkumpul duduk dengan tenang meskipun rintik-rintik hujan membasahi rambut dan kepala mereka. Berkumpulnya mereka dalam jumlah banyak tak memicu apapun yang bersifat kacau, sebab jiwa mereka tenang dalam niat untuk belajar, menikmati kebersamaan, dan mengungkapkan kasih sayang satu sama lain.
Pertemuan malam ini bertajuk Boyolali Mengaji “Ngangsu Tepa Selira Bareng Cak Nun dan KiaiKanjeng”, dan diselenggarakan oleh Pemkab Boyolali. Acara digelar di alun-alun tepatnya di depan Pendopo Kabupaten. Kawasan alun-alun ini merupakan kompleks terpadu pemerintahan daerah kabupaten Boyolali. Selain perkantoran pemda, ada tempat ibadah lima agama. Sehari-hari alun-alun berfungsi sebagai ruang publik bagi masyarakat, untuk bermain, olahraga, bertemu atau berkumpul, termasuk untuk para pedagang kecil. Dan sejak sore tadi masyarakat melihat bahwa malam ini ruang publik ini akan digunakan untuk berkumpulnya banyak orang dalam muwajahah (temu muka) bersama Cak Nun dan KiaiKanjeng. Mereka akan belajar tentang satu hal yang sangat penting bagi bebrayan di dalam masyarakat: Tepa Selira. (hm/adn)