Lingkar Daulat Maiyah Tasikmalaya
“Maiyah ini pasedulurannya luar biasa. Kita yang bukan siapa-siapa saja dijunjung diuwongkan dengan dikunjungi Mas Harianto khusus untuk niliki sedulur Tasikmalaya.” Pernyataan tulus bahagia dan penuh rasa terhormat itu diungkapkan oleh Saeful, seorang jamaah Maiyah Tasikmalaya Jawa Barat yang sekaligus menjadi salah satu penggerak bagi lahirnya satu simpul Maiyah yang diberi nama Lingkar Daulat Maiyah Tasikmalaya.
Semalam Mas Harianto sebagai Isim Maiyah datang ke Tasikmalaya untuk menjumpai, bersilaturahmi, dan sharing dengan rekan-rekan jamaah Maiyah Tasikmalaya, yang kebetulan tadi malam menggelar pertemuan rutin bulanan bertempat di Masjid Al-Qobaad, KBIH Al Amin, Gobras Tamansari Tasikmalaya. Jumlah mereka kurang lebih lima belasan orang dan masih muda-muda sekitar usia 20-an tahun.
Seperti disampaikan Mas Harianto, mereka adalah-anak muda kota Tasikmalaya yang datang dari berbagai latar pendidikan, profesi, klub hobi, dan lain-lain. Kesamaan di antara mereka adalah sama-sama gelisah terhadap kondisi masyarakat, khususnya di Tasikmalaya. Mereka merasakan adanya satu kondisi di mana masyarakat beragama tetapi jauh dari nilai-nilai agama baik dalam perilaku masyarakat maupun kebijakan pemerintah.
Ndilalah-nya mereka ternyata sama-sama penyimak youtube caknun.com, sehingga akhirnya tersambunglah satu sama lain. Dari kesamaan rasa suka dan tertarik dengan Maiyah itulah mereka kemudian sering bertemu, berdiskusi jalanan dan sesekali datang ke Kenduri Cinta Jakarta dan Jamparing Asih Bandung. Dan untuk kali pertama tadi malam mereka berkumpul, melingkar, dengan nama Lingkar Daulat Maiyah Tasikmalaya.
Pada mulanya mereka, Saeful, Ihsan, Kang Alfi, dan lain-lain, merasa malu, takut, sungkan, rikuh, grogi, nervous, dan perasaan-perasaan sejenis lainnya untuk berani menetapkan lingkar daulat mereka sebagai majelis masyarakat Maiyah. Penggunaan kata daulat oleh mereka itu sebenarnya dipilih karena rasa sungkan tersebut.
Namun dengan komunikasi dan kedatangan Mas Harianto yang mencoba menjelaskan bagaimana Maiyah, dalam hal ini kaitannya dengan simpul Maiyah, akhirnya mereka semakin mantap dan jadilah Lingkar Daulat Maiyah Tasikmalaya. Ke depan, pertemuan LDMT rutin bulanan akan digelar pada setiap tanggal 11. Mereka juga punya pertemuan mingguan yakni pada malam Jum’at.
Dari diskusi rutin yang sudah beberapa bulan diljalaninya, dengan makin menguatnya paseduluran Maiyah di antara mereka, mulai tadi malam rasa grogi, takut, malu, dan rikuh telah bertransformasi menjadi niat baik dan tulus menjadi LDMT sebagai salah simpul di antara simpul-simpul Maiyah yang ada di berbagai tempat. Selain pertemuan bulanan itu, pada pertemuan mingguan malam Jumat, mereka berdiskusi dan Yasinan.
***
Tasikmalaya adalah salah satu Kabupaten di Jawa Barat yang memiliki latar belakang budaya dan sosial Islam yang cukup kuat. Di antaranya banyak pesantren-pesantren yang berdiri di sini dan sebagian besar sudah cukup tua umurnya. Pagi-pagi tadi setelah semalam besilaturahmi, berdiskusi, merekatkan hati, dan saling berbagi, Mas Harianto diajak ziarah ke makam leluhur-leluhur Tasikmalaya di antaranya Mama Kudang (Kudang Pesantren), Ahmad Syatibi (Ponpes Surya Kembar), Syaikh Abdul Muhyi (Pamijahan), dan Syaikh Abdul Ghorib (Cibeas). Sayang dari lokasi-lokasi ini Mas Harianto tak bisa mengirimkan foto. “Gak boleh foto Kak. Ulah poto di diye. Pamali….,” ujarnya.