Kanjeng Kiai Kresek
Rombongan Kiai Kanjeng harus segera kumpul di depan penginapan, Bus sudah lama menunggu untuk membawa mereka ke acara “Islamic News of Excellence” di London, United Kingdom alias Inggris.
Inggris itu sebuah wilayah di planet dan berbeda dengan planet yang ada Indonesianya. London itu sebuah kota yang berseberangan galaksi dengan tata surya yang ada Jakartanya. Dan penganugerahan hadiah “Islamic News of Excellence” itu sebuah peristiwa yang tidak ada kaitannya dengan Ummat Islam di bumi, Kaum Muslimin di Indonesia, atau semua konstelasi yang berkaitan dengan musik.
“Islamic News of Excellence” ini hubungannya hanya dengan Kanjeng Kiai yang tidak kunjung nongol, padahal semua anggota Kiai Kanjeng lainnya sudah berada di dalam Bus.
Bukan kebiasaan Kanjeng Kiai untuk tidak on-time. Beliau selalu tepat waktu, kecuali pas tidak tepat. Pernah beliau datang telat pada jadwal latihan Kiai Kanjeng di Kadipiro. Ketika akhirnya datang, beliau panik dan gugup. Merasa bersalah dan salah tingkah. Beliau men-jagang motornya, kemudian menarik kuncinya, dan copotlah seluruh rumah kunci dari motornya.
Kanjeng Kiai bahkan terkenal sangat disiplin dan effisien. Kalau sudah selesai pergelaran, beliau terus menerus mendesak manager Kiai Kanjeng agar segera pulang. Kalau tempat pergelarannya hanya beberapa jam dari Yogya, atau di manapun asalkan masih di Pulau Jawa, Kiai Kanjeng memang selalu langsung naik Bus pulang.
Tapi pada suatu hari di Batam, jauh di seberang Pulau Jawa, setelah pentas malam, esoknya terjadwal pulang dengan pesawat pukul 13.15 WIB. Alat-alat musik Kiai Kanjeng sebagaimana bisa beberapa jam sebelumnya sudah pergi ke bandara mendahului anggota-anggota Kiai Kanjeng, karena butuh proses lebih lama untuk pembagasian. Nanti warga Kiai Kanjeng menyusul dan harus sampai di airport menjelang boarding time.
Kanjeng Kiai sangat disiplin dan tidak melewatkan satu menit waktupun untuk sia-sia. Maka pagi-pagi sekali beliau bersikeras gabung dengan crew yang membawa alat-alat Kiai Kanjeng ke bandara. Manager Kiai Kanjeng mencoba mencegahnya, karena toh boardingnya masih nanti siang. Tapi Kanjeng Kiai teguh pada pendiriannya.
“Tidak ada yang tak mungkin”, kira-kira begitu yang ada dalam pikiran Kanjeng Kiai, “kalau saya datang cepat, siapa tahu pesawat juga akan lebih cepat berangkatnya”
Begitulah contoh keteladanan Kanjeng Kiai dalam hal disiplin waktu. Masalahnya, kenapa untuk menuju acara “Islamic News of Excellence” beliau terlambat? Teman-teman semua sudah duduk di kursinya masing-masing di dalam Bus. Tinggal Kanjeng Kiai. Mana mungkin pementasan bisa dilaksanakan tanpa beliau. Dan lagi ini pergelaran internasional. Jangan sampai mempermalukan nama baik Bangsa dan Negara. Bahwa Bangsa dan Negara belum tentu punya nama baik, itu pasal lain.
Ternyata ada yang nakal. Salah seorang warga Kiai Kanjeng menyembunyikan sepatu Kanjeng Kiai. Beliau mencari ke semua sudut di kamarnya, di tempat-tempat lain, bahkan sampai ke dapur. Tak ketemu juga. Akhirnya Kanjeng Kiai mengambil keputusan radikal revolusioner: beliau membuka tong sampah, mengais-ais isinya, mengambil dua tas kresek plastik. Satu persatu kaki beliau dimasukkan ke dalam tas plastik itu, ditali dengan entah apa seadanya.
Sebuah terobosan kreatif yang Bethoven, Bach, Vivaldi, John Lennon, bahkan Gomblohpun tidak pernah terpikir untuk melakukannya. Jadilah tas kresek plastik itu sepatu. Allah merahmati ummat manusia dengan berbagai macam benda dan kekayaan hidup. Tinggal hamba-hamba-Nya mengaktivasi kreativitas daan kecerdasannya untuk memfungsikan apapun menjadi apapun.
Maka karena keteladanan kreativitasnya itu, Kanjeng Kiai adalah jiwanya Kiai Kanjeng. Terutama ketulusannya, keliaran kreativitasnya, kelucuan perilakunya, kenaifan cara pandangnya dan kekonyolan-kekonyolan ekspressi budayanya.
Kalau tidak ada Kanjeng Kiai, wajah Kiai Kanjeng akan pucat, darahnya kurang bergolak, mulutnya kurang lebar tertawanya, urat sarafnya kurang bergetar-getar, eksplorasi kreativitasnya juga terancam.
Kanjeng Kiai adalah sumber mata air seluruh karya musik Kiai Kanjeng. Asal usulnya karena guru Kanjeng Kiai adalah salah satu Assisten Allah swt sendiri, mungkin Malaikat Isrofil. Skala dan dimensi musikalitas di dalam jiwa Kanjeng Kiai tidak bisa ditampung oleh rumus musikalitas para makhluk di bumi. Satu-satuan bunyinya, skala waktunya, dinamika nadanya, ukuran langkahnya, dan hampir segala sesuatunya dalam bermusik, Kanjeng Kiai adalah khazanah Sarjana Musik Maya.
Mustahil para ilmuwan peneliti atau apresiator musik di bumi sanggup memahaminya. Karena para ilmuwan di bumi adalah narapidana dari sel-sel penjara akademis. Mereka sangat krasan, bahagia dan bangga hidup di dalam sel-sel sempit itu. Juga sombong. Sehingga di lembaran catatan mereka tidak tercantum nama Kanjeng Kiai.
Yang bisa menerima musik Kanjeng Kiai adalah manusia biasa. Manusia awam. Manusia yang tidak kehilangan alam bayinya. Manusia yang tidak mengidam penyakit kepandaian. Manusia yang masih tidak jauh perubahannya dibanding yang semula Tuhan ciptakan. Manusia yang masih lumayan manusia. Yang tinggal di kampung-kampung, dusun-dusun, pinggiran jalan, tepian hutan atau di gang-gang sempit.
Golongan manusia-manusia ini, yakni yang merupakan rekanan-peradaban Kanjeng Kiai, tidak dikenal oleh manusia golongan menengah atas dan elite. Baik Pemerintah, kaum Cendekiawan, Ulama, Aktivis, Lembaga-lembaga Kapitalisme Politik dan Agama dan banyak lagi. Itulah sebabnya Kanjeng Kiai tidak dikenal, tidak dicatat, apalagi dipelajari atau dikagumi.
Kanjeng Kiai adalah swaraning asepi.