Jangan Merasa Sengsara Sendirian
Pada bagian awal, Cak Nun menyapa jamaah, mengatakan kepada mereka bahwa hidup guyub seperti ini ya yang paling enak, mengajak mereka membaca surat al-Fatihah, dan menjelaskan bahwa senang sedih itu berberengan dan silih berganti karena faktor-faktornya sangat banyak. Satu hal diungkapkan Cak Nun, “Kalau saat ini kita sedih atau susah, jangan dipikir orang lain sedang dalam kesenangan atau hanya diri kita saja yang sedih. Selama ini seperti itu spontanitas kesadaran hati kita. Kalau susah, jangan lupa, orang lain pun juga banyak yang susah.”
Selanjutnya, Cak Nun merespons kisah Haji Kantong dengan mengisahkan Sunan Kalijogo yang nyamar dan jumatan di Masjidil Haram dan bertemu raja-raja Mataram dulu yang juga jumatan di sana, menceritakan masa-masa sulit yang dialaminya sejak jadi wartawan dengan gaji hanya empat ribu lima ratus rupiah sebulan, saat harus berhenti sekolah karena meninggalnya sang Ayah, dan kondisi keluarga yang makin habis-habisan seisi rumahnya karena harus dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Dalan cara yang rileks jiwa dan jembar hati, Cak Nun memberi contoh pada pengalaman dirinya, kalau sedang susah kondisi, kalau bisa jangan ditambahi dengan sedih. Rugi dua kali itu namanya. Kalau berat keadaan, tetaplah carilah sisi-sisi yang membuat hati tetap senang. “Karena itu, kita perlu hubungan dengan Allah Swt, supaya kita besar hati, tidak mudah putus asa….”
Seperti diceritakan panitia dan Pak Lurah, masyarakat lereng Sindoro bermata pencaharian sebagai tani tembakau. Saat ini, bersamaan dengan anomali musim, hasil tembakau tidak maksimal, banyak yang rusak, dan sulit kering, sehingga ambles harganya. Dalam situasi sulit, banyak hal kriminal bisa mengancam. Acara ini dimaksudkan untuk memperkuat mental, kesadaran, dan kekuatan sosial agar dalam kondisi apapun masyarakat dapat mengutamakan kekuatan iman dan keyakinan kepada Allah Swt. Sesuai harapan mereka, Cak Nun mengajak mereka melihat diri secara melingkar agar tangguh dan mengerti di mana letak titik berat hidup, menyadari bahwa hidup juga sawang-sinawang, dan menemukan sisi-sisi lain yang tak terbayangkan. (hm/adn)