Ilmu, Jamaah, dan Uripnya Suasana
Sampai menjelang pukul 23.40, serangkaian ilmu dan pandangan telah disampaikan Cak Nun. Baik ketika memberikan pijakan di awal, merespons sambutan dari para narasumber, menjawab pertanyaan jamaah, meminta dan mengolah apa yang disampaikan Kiai Muzammil maupun ketika mengantarkan lagu-lagu yang dibawakan KiaiKanjeng.
Tentang tiga hal yang harus dijaga manusia mukmin yaitu martabat, nyawa, dan harta benda; tentang beda antara mangano dan panganen ketika mengurai makna perintah Allah “kuluu wasyrobu wala tusyrifuu”; tentang jenis-jenis perintah Allah; tentang nilai tinggi yang dikandung acara Bersih Deso; tentang dahsyatnya falsafah Deso Mowo Coro Negoro Mowo Toto; perlunya menemukan alasan-alasan melakukan kebaikan; hingga ‘jangan pernah bilang ini ndeso’.
Pada intinya, Cak Nun tak pernah bosan dan selalu mengingatkan bahwa desa adalah satuan yang penting dan harus benar-benar dijaga. Desa adalah entitas yang tua dan merupakan peradaban yang tinggi yang tak boleh direndahkan, harus dilestarikan, dikontinuasikan untuk masa depan bangsa, dan harus dijaga dari penjajahan global. Semua poin-poin ilmu diserap dan direspons dengan baik oleh Pak Lurah dan bapak-bapak pemuka desa lainnya. Termasuk tentunya oleh para jamaah yang sampai saat menjelang pukul 01.21 tak ada tanda-tanda mau beranjak pulang. Mereka sangat asyik dan menikmati kebersamaan malam ini.
Tak hanya itu. Yang menarik dari jamaah adalah responsnya saat diajak melantunkan shalawat, atau ketika KiaiKanjeng membawakan lagu-lagu. Mereka ikut melantunkan shalawat, termasuk saat di sela-sela ceramahnya Kiai Muzammil mengajak pujian Robbana ya Robbana. Mereka familiar dan akrab dengan puji-pujian. Khasanah tradisi yang baik masih terjaga dan lestari di sini. KiaiKanjeng telah mengajak mereka menembangkan Ilir-ilir, doa Khotmil Quran, Syi’ir Tanpo Waton, Demak Ijo, ABCD, dan nomor lagu Perdamaian Nasyida Ria yang dimaksudkan untuk mengatmosferkan agar perdamaian selalu tercipta di sini, sesuai dengan tema yang termaktub dalam Bersih Deso ini: “Menyatu Dengan Alam, Damai dengan Tuhan, Mapan Dalam Kehidupan”.
Dengan keterlibatan yang baik dari Jamaah, suasana menjadi sangat hidup. Ilmu terserap dengan maksimal. Komunikasi berlangsung dengan lancar, mengalir, dan tanpa terasa sudah melewati pergantian hari, tetapi semua masih tampak segar. Pada momen tertentu suasana meriah juga muncul seperti saat Mas Donni menyanyikan One More Night Maron Five berkolaborasi dengan Mas Jijid yang hadirkan permainan Cublak-Cublak Suweng dan Jamuran serta Beban Kasih Asmara oleh Mas Imam Fatawi. Selain untuk kehangatan, kegembiraan, dan hadiah buat Pak Lurah beserta warganya, kolaborasi Mas Doni-Mas Jijid-Mas Imam dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa sssuatu dari luar itu boleh, asalkan direkrut untuk makmuman kepada khasanah asli milik kita sendiri. (hm/adn)