CakNun.com
Reportase Kenduri Cinta Maret 2016

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Kita hidup jauh dari zaman Nabi dan Rasul, kita bukan Nabi, kita bukan Wali, kita sangat jauh dari sempurna. Meskipun demikian, melalui jembatan yang disebut Iman itulah yang akan menyelamatkan kita, sehingga persoalan seberat apapun yang kita hadapi asalkan berpegang teguh terhadap Iman yang kita yakini maka kita optimis akan mampu melewati cobaan apapun yang diberi oleh Allah swt.

Lebih ekstrim lagi, Cak Nun menegaskan bahwa orang Indonesia jika kembali ke teknologi dimana internet belum seperti sekarang, sudah pasti akan mampu melewatinya. Watak bonek yang dimiliki oleh orang Indonesia ini sangat memungkinkan orang Indonesia untuk tetap bertahan dalam situasi apapun.

Anda jangan lupa dengan konsep Allah; Likulli daa’in dawaa’un, bahwa setiap penyakit itu pasti ada obatnya, setiap masalah ada solusinya. Jadi kalau ada orang yang bermasalah disekitar anda, jangan khawatir karena dia juga membawa solusinya. Artinya, kalau dia adalah kuman, maka dia akan mati dengan sendirinya. Kalau dia overdosis, dia akan meledak sendiri, akan menjadi bumerang bagi dirinya sendiri.

Di Indonesia ini yang overdosis sebaiknya diukur kembali, jangan terlalu maju, speed-nya diukur kembali. Kalau harus langgam ya langgam, kalau harus nge-Rock ya nge-Rock. Tapi, sekarang tolong diukur kembali, jangan overdosis, apapun saja, supaya tidak terjadi letusan dan ledakan-ledakan.

Ian L Bets kemudian kembali menjelaskan tentang ideologi apa yang sebenarnya saat ini marak di permukaan.

Peta ideologi di seluruh dunia saat ini juga telah mengalami perubahan. Bahkan, perubahan yang konstan terjadi sejak 6 tahun lalu, salah satunya melalui Arab Spring di timur tengah. konstelasi perubahan ideologi politik saat ini pun menjadi begitu rumit untuk diidentifikasi. Orang yang kita anggap kiri tidak dikenal lagi sebagai orang kiri, yang kanan pun demikian, tidak kita kenali lagi sebagai orang kanan. Ian mengibaratkan, jika dalam spektrum warna kita saat ini tidak mengenal mana yang hitam dan mana yang putih, semuanya justru terlihat abu-abu. Dan semakin rumitnya situasi yang kita hadapi, kita terpaksa harus menentukan pilihan dan memutuskannya tidak hanya sekali, melainkan berkali-kali. Karena, pada situasi tertentu, pilihan kita sebelumnya menjadi tidak berlaku lagi karena bisa jadi berdasarkan pertimbangan dan realita yang kita hadapi, kita justru harus mengambil keputusan yang berbeda dari sebelumnya. Karena, kebenaran juga bisa ditemukan di beberapa ideologi yang berbeda, sehingga di titik inilah kita akan menghadapi pilihan yang abu-abu.

Kenduri Cinta Maret 2016
Source: KenduriCinta.com.

Ian mencontohkan, beberapa konflik yang terjadi di beberapa negara Timur Tengah pada akhirnya justru mengganggu stabilitas politik internal negara tersebut, sehingga ketika negara tersebut tidak aman lagi organisasi-organisasi semacam ISIS memanfaatkan situasi yang ada untuk kemudian menciptakan konflik baru. ISIS sendiri, menurut Ian, juga termasuk golongan yang tidak bisa diidentifikasi dengan jelas. Mereka menggunakan identitas Islam tetapi justru melakukan tindakan-tindakan yang tidak sejalan dengan Islam.

Masyarakat dihadapkan dengan sesuatu yang dulu awalnya bersifat ekstrim tetapi sudah dianggap menjadi hal yang wajar saat ini. Berulang kali kita melihat peningkatan tindak kekerasan dan kejahatan dalam lingkup bukan hanya kuantitas, melainkan juga kualitasnya.

Di sisi lain, ada beberapa negara yang tergabung dalam Uni Eropa sudah mulai beniat untuk keluar. Eropa adalah salah satu kiblat ideologi geopolitik yang sangat konstan. Dua puluh delapan negara yang tergabung dalam Uni Eropa sangat konstan dalam wilayah ekonomi, politik dan ideologi. Namun, dengan terjadinya krisis ekonomi di beberapa wilayah di Eropa, beberapa negara pun berniat mundur dari Uni Eropa.

Situasi dan kondisi di sebuah negara saat ini sangat bergantung kepada situasi ekonomi global dimana dunia kapitalisme sudah sangat berkuasa. Dan, apabila salah satu blok di dunia ini terancam, maka mereka akan mempengaruhi negara-negara yang lain, tidak terkecuali Indonesia. Jika krisis di Eropa tidak segera diselesaikan maka Indonesia juga akan terkena dampaknya.

Menambahkan apa yang disampaikan oleh Ian, Cak Nun lalu menjelaskan bagaimana arus imigran dari negara-negara yang sedang berkonflik di Timur Tengah menuju negara-negara lain saat ini begitu banyaknya. Sehingga, bisa kita lihat bagaimana populasi penduduk beberapa tahun yang akan datang akan dipengaruhi juga oleh arus imigran ini. Sementara di Indonesia sendiri, ketika MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) sudah diberlakukan, maka penduduk-penduduk dari negara sekitar akan lebih mudah lagi masuk ke Indonesia. Dan, mayoritas dari kita saat ini menganggapnya bukan sebuah persoalan yang krusial, padahal dengan bertambahnya populasi penduduk di sebuah negara akan berimbas pada kebutuhan stok pangan yang juga harus diimbangi dengan kemampuan daya tanam dan daya panen dari setiap lahan pertanian yang ada dan juga harus tercukupi kebutuhan airnya. Kemudian, juga akan berpengaruh pada peta konstelasi politik, ekonomi, dan seterusnya.

Cak Nun menarik situasi dimana Islam sedang menjadi fokus utama dunia dan dijadikan musuh bersama. Di tengah-tengah penyudutan Islam yang sedemikian rupa, populasi penduduk di seluruh dunia justru dicampur aduk, sehingga mau tidak mau negara-negara lain juga menerima budaya-budaya Islam, dimana didalamnya juga akan mengakibatkan gesekan-gesekan. Pada titik ini Cak Nun menekankan perlunya menjelaskan perbedaan antara Islam dan Terorisme, seperti halnya perbedaan Yahudi dan Zionisme. Bahkan, jika kita melihat di Indonesia saja, yang mayoritas penduduknya adalah muslim, terlihat begitu banyak gesekan-gesekan antar umat Islam sendiri. Sehingga, jangankan di tingkat internasional, di skala Indonesia saja konstelasinya sudah sedemikian rumit. Namun, untuk yang satu ini, rakyat Indonesia memiliki pengalaman dan kesiapan yang lebih dibanding bangsa yang lain.

Maka pemimpin Indonesia yang akan datang mempunyai kaliber yang mampu memimpin seluruh dunia. Dia adalah wacana dan pedoman bagi hatinya orang seluruh dunia. Hanya orang Indonesia, kalau dia menunjukkan siapa Indonesia dan siapa sejarah dan peradabannya, maka dunia akan merasa tenang. Di Indonesia, keberagaman yang ada, pluralisme yang ada, dan gesekan-gesekan yang terjadi telah menciptakan kondisi dimana rakyat Indonesia memiliki ketangguhan mental yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Satu contoh kecil yang kita bisa lihat sehari-hari adalah bagaimana orang mengendarai kendaraan di jalan raya, orang Indonesia memiliki hitungan yang sangat berbeda dengan orang kebanyakan di dunia. Celah sekecil apapun bisa dimanfaatkan oleh pengendara sepeda motor untuk menyalip mobil yang ada di depannya, memanfaatkan kesempatan yang ada agar bisa sampai di tempat tujuan tepat pada waktunya, dan masih banyak lagi contoh kenekatan-kenekatan orang Indonesia yang bisa kita lihat sehari-hari, yang menunjukkan betapa mental orang Indonesia begitu tangguh.

Kenduri Cinta sudah lebih dewasa dari orang-orang yang melakukan rekonstruksi pemikiran dan pemahaman terhadap ideologi-ideologi yang marak saat ini. Identifikasi yang dilihat tidak perlu yang muluk-muluk, Cak Nun mencontohkan bagaimana forum Kenduri Cinta ini sudah berjalan 16 tahun, tanpa sponsor, tanpa harus ada keamanan dari aparat setempat, forum dibiayai sendiri oleh jama’ahnya, dinikmati sendiri dan semua merasakan kerinduan satu sama lain untuk ingin hadir lagi di bulan selanjutnya.

Sebelum dibuka kesempatan kepada jama’ah untuk bertanya kepada Ian L Bets, Cak Nun menyampaikan beberapa pointer yang menjadi landasan pemikiran bagi setiap individu untuk menghadapi peristiwa-peristiwa yang sudah dipaparkan oleh Ian sebelumnya.  Dari apa yang disampaikan oleh Ian tadi paling tidak kita harus susun langkah-langkah minimal 3 hal; 1. Merekonstruksi pemahaman mengenai Global Climate, 2. Tingkat kesadaran para regulator, para birokrat, pemerintah dari tingkat pusat sampai daerah itu sebenarnya memiliki pengetahuan dan antisipasi atau tidak terhadap situasi dan kondisi yang akan dihadapi beberapa tahun lagi terkait perubahan iklim ini?, 3. Rakyat sendiri tingkat resistensi dan kesiapan antisipasinya seberapa, perlu kita teliti.

Dari beberapa pertanyaan yang muncul, Ian merespon bahwa informasi tentang perubahan Iklim yang disampaikan sebelumnya adalah sebuah informasi yang bebas akan merespon bagaimana oleh siapapun, apakah akan direspon secara serius dan kemudian bersama-sama mempersiapkan segala sesuatunya, menyiapkan tindakan antisipasi, menyiapkan bekal atau memilih untuk mengacuhkannya. Tetapi, menurut Ian, informasi tersebut merupakan hasil dari penelitian bertahun-tahun yang seharusnya kita tidak mudah untuk mengabaikannya.

Ian kembali menegaskan bahwa informasi tersebut didapatkan dari institusi-institusi akademis yang telah melakukan penelitian, dan intitusi-institusi tersebut memiliki kekhawatiran serta kepedulian terhadap perkiraan terjadinya perubahan iklim secara global, karena akan berpengaruh kuat terhadap banyak sektor.

Informasi yang dikeluarkan di Kenduri Cinta ini dimaksudkan agar kita semua memulai merencanakan apa saja dan segala sesuatunya sebagai antisipasi terhadap perubahan iklim tersebut. Informasi ini disampaikan agar kita memliki pilihan antisipasi, sehingga apabila kemungkinan terburuk itu benar-benar terjadi, kita sudah siap dengan antisipasi yang kita persiapkan sejak jauh-jauh hari. Ian juga membenarkan, bahwa rakyat Indonesia sudah sangat terbiasa menghadapi krisis apapun selama ini, pengalaman bertahun-tahun bahkan sejak zaman pra kemerdekaan sudah membuktikan bahwa rakyat Indonesia sangat mampu melewati berbagai jenis krisis.

Cak Nun kemudian merespon beberapa pertanyaan dari jama’ah dengan membacakan surat Az Zumaar ayat 18; Alladziina yastami’uunal qaula fa yat­tabi’uuna ahsanahuu ulaaikal ladziina hadaahumullaahu wa ulaaika hum ulul albaab, yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik dian­taranya. Mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan mereka itu­lah orang-orang yang berakal. Dari ayat tersebut Cak Nun menjelaskan bahwa salah satu ciri orang-orang yang mendapat petunjuk dari Allah adalah mereka yang mau mendengarkan apapun saja yang disampaikan oleh orang lain, apapun informasinya maka akan ia dengarkan.

Cak Nun berpesan, bahwa informasi apapun saja sebaiknya diterima terlebih dulu, dicerna secara perlahan, dan jangan terlalu dini untuk memutuskan ditolak meskipun juga jangan langsung ditelan mentah-mentah tanpa ada penelitian yang lebih mendalam.

Anda baru sekedar mendengarkan gratis saja sudah menolak. Nanti kalau diteruskan anda tidak hanya menolak, nanti anda akan mengusir bahkan memusnahkan. Bahkan, nanti anda bisa jadi ISIS kalau diteruskan.

Sewaktu gerhana matahari kemarin, Cak Nun menemukan ada dua fenomena cara Tuhan memberikan rizki kepada manusia. Bahwa ketika terjadi gerhana, 3 titik Bumi, Matahari dan Rembulan berada dalam satu garis lurus. Metode garis lurus inilah yang menjadi salah satu cara Tuhan memberikan rizki kepada manusia. Sedangkan metode atau cara yang lain adalah metode berputar atau putaran.

Rizki Tuhan yang paling utama adalah yang sifatnya putaran. Kalau transaksi, itu jelas, seperti garis lurus. Tapi kalau putaran itu, ketika ada Gerhana Matahari tidak langsung dijual, tidak langsung dibikin iklan pariwisata, karena itu garis lurus. Pertama yang dinomersatukan adalah kagum dulu sama Allah. Menomorsatukan beryukur, sholat. Tidak ngurusi rizki, ngurusi sibuk bersyukur kepada Allah. Dan, karena Allah senang dengan rasa syukur, dari rasa syukur itu kemudian Allah sayang sama saya, dan rasa sayang kepada saya itu tidak ada hentinya. Itu nanti bisa jadi rizki untuk anak saya, hanya karena saya mengucapkan Allahu Akbar ketika Gerhana Matahari, itu nanti anak saya besok-besok dapat pertolongan dari Allah. Melingkar nggak itu?

Cak Nun melanjutkan. Sekarang, menurut anda rizki yang terbanyak itu yang lurus atau yang melingkar?

Kita saat ini khawatir dengan metode lingkaran atau putaran, kita maunya langsung dapat laba ketika bertransaksi. Kita tidak percaya bahwa laba itu mungkin akan didapatkan seminggu lagi, sebulan lagi bahkan sepuluh tahun lagi.

Tentang ketidaksetujuan membahas soal ISIS di Kenduri Cinta, Cak Nun menekankan bahwa yang kita bahas substansinya bukan ISIS itu, melainkan potensi-potensi tindakan kejahatan dan kekejaman yang dilakukan oleh ISIS itu juga terdapat dalam diri manusia di dunia. Potensi itu kemudian bisa saja muncul akibat kesalahan kita dalam pengelolaan hak khalifah fi-l-ardhli dalam diri kita, sehingga kita melahirkan sejumlah bencana yang berdampak luas seperti saat ini.

Yang disebut gerhana adalah yang ditutupi, jadi kalau disebut gerhana matahari itu berarti yang ditutupi matahari, sehingga kenapa kok bukan gerhana rembulan. Bukankah yang menutupi matahari adalah rembulan. Kenapa yang disebut adalah subjeknya bukan objeknya?

Dari terminologi itu Cak Nun mengambil sebuah ilmu bahwa Allah memang menyayangi dan mencintai pihak yang terzalimi, sehingga yang disebut dalam gerhana matahari adalah pihak yang tertindas.

Lainnya