Datar Dibulatkan, Bulat Didatarkan
Ta’qid“Nusantara di-Indonesia-kan. Rekayasa Presiden Klenik dan tahi kuku Dajjal Perwakilan Rakyat. Korupsi diurusi Klub Perampok. Emas ditembagakan. Punakawan dibadutkan, badut dibegawankan. Serta segala macam penjungkirbalikan Dajjali”
Gugon-tuhon maksudnya sesuatu yang bukan tuhan tapi dituhan-tuhankan. Gugu, digugu, dianggap-anggap, diyakin-yakini, sampai tingkat dianut atau dipatuhi.
Sebagai kasus teologi atau keimanan, sebuah Agama menyebutnya syirik, pelakunya Musyrik. Kemudian resonansinya bisa sangat melebar jika dipahami juga sebagai kasus keilmuan, mental dan budaya. Seseorang dengan praktik syirik mungkin tidak bisa dihukum sepenuhnya karena yang terjadi padanya adalah arus manipulasi ilmu dan pengetahuan, mental dan kultural, di mana sangat banyak orang menjadi korbannya.
Miliaran manusia bisa mentuhankan sesuatu yang bukan Tuhan, dalam jangka waktu bisa sampai 1-2 milenium, mungkin karena “aktsaruhum la ya’qilun”, kebanyakan manusia tidak menggunakan akalnya.
Untuk kepentingan kekuasaan, kapitalisme global, monopoli kekayaan bumi, atau demi hakiki eksistensi kekhianatan itu sendiri, Dajjal, sesuai dengan epistemologi namanya: menyebarkan dusta dan tipu muslihat fisika, astronomi, cuaca, gerhana, demokrasi, rasisme, gender melancholy, cyber capitalism, yang datar dibulatkan, yang bulat didatarkan, yang sorga dinerakakan, yang neraka disorgakan, yang baik disebar sebagai keterbelakangan, yang buruk dan merusak diumumkan sebagai kemajuan, serta segala macam “innahum yakiduna kaida” yang kecil-kecil, kita beli, dan menghuni rumah, kamar bahkan pakiwan kita.
Bahkan sampai “Sirno Ilang Kertaning Bumi”. Majapahit dikubur. Jawa dan Melayu Kuno dihapus. Kesatria Demak Mataram dikebiri.
Barat Timur dipertarungkan. Sosialisme Kapitalisme dipertengkarkan. Ottoman dikeroyok. Timur Tengah dilindas oleh Tank-tank Demokrasi Kilang-kilang Minyak.
Nusantara di-Indonesia-kan. Rekayasa Presiden Klenik yang tanpa pertimbangan bobot dan mutu apapun, serta tahi kuku Dajjal Perwakilan Rakyat. Korupsi diurusi Klub Perampok. Emas ditembagakan. Punakawan dibadutkan, badut dibegawankan. Serta segala macam penjungkirbalikan Dajjali yang sangat banyak dan ragam di sekitar kehidupan sehari-hari setiap orang.
Gugon-tuhon. Gugon-tuhon. Gugon-tuhon.
Dan cyber machine adalah sound–system raksasa seakan menyaingi terompet Malaikat Isrofil: menyebarluaskan, merasukkan, memviruskan, membakterikan, mengkankerkan beribu-ribu gugon-tuhon itu.
Sesungguhnya di tengah itu semua sejumlah orang mengambil posisi dan mempekerjakan diri — di dalam lingkup syariat cyber itu — sebagaimana Nabi-Nabi yang menyampaikan sesuatu dari Tuhan kepada manusia. Mereka memastikan dirinya sedang bertugas pada proses akselerasi nilai dari Tuhan ke Nabi ke Rasul. Nabi itu pangkat, Rasul itu jabatan. Nubuwah itu penyampaian informasi,
Risalah itu manajemen nilai yang menata dan mengendalikan informasi. Semua Risalah mengacu pada Nubuwah, meskipun tidak semua Nubuwah di-Risalah-kan. Semua Rasul itu Nabi, tapi tidak semua Nabi itu Rasul.
Nabi itu pemberitaan, Rasul itu penugasan mengelola nilai berita, dengan regulasi antara kemerdekaan dengan batasan, antara pelampiasan dengan pengendalian, antara nge-gas dengan nge-rem, antara Futhur dengan Imsak.
Tetapi IT ‘nubuwah’ Abad 21 adalah aplikasi untuk pelampiasan, terbuka untuk candu, nafsu, dengki, iri, curang, kepengecutan, lempar batu sembunyi tangan, lempar bom tanpa ketahuan, berpendapat tanpa tanggung jawab, memaki dan lari, memfitnah dan ngumpet, motret manusia bagian boroknya, ungkap perilaku bagian busuknya, ketemu sapi ambil buntutnya, manipulasi, pemotongan, mutilasi, adu domba adu ayam adu serigala adu manusia, bahkan adu Tuhan lawan Iblis, halal mengurangi, tidak haram menambah-nambahi, meniadakan yang ada, mengadakan yang tiada, serta segala macam yang insyaallah lebih cepat menghancurkan kehidupan manusia.
Pada saat bersamaan IT sangat efektif untuk mengkudakan keledai, mengharimaukan kucing, mengkambingkan babi, mengkiyaikan korak, mempejabatkan preman, memuslimkan kafir, mentuhankan berhala, mensiapakan bukan siapa-siapa, mempemimpin-tertinggikan pembantu rumahtangga, meng-amirul–wathon-kan sales toko kelontong.
Tenggelamlah Markesot di lautan air matanya sendiri. Dan bodohlah Markesot yang tenggelam di lautan air matanya sendiri. Seolah-olah ia penanggung jawab utama kerusakan di Bumi.