Ceramah Kiai NU dan Himne Muhammadiyyah Sang Surya
Dari dan di manapun jamaah mengikuti, ada yang berdiri, ada yang sender di tiang listrik, ada yang duduk di atas motor, leeehan di cakruk belakang panggung, berdiri di bawah daun-daun pepohonan, semuanya konsentrasi menyimak. Tak ada berisik atau omong sendiri. Ini pertemuan yang memanggul cita-cita sangat penting dan mendasar bagi Indonesia.
Untuk itulah, KiaiKanjeng dan Cak Nun menyiapkan muatan-muatan secara khusus. Salah satunya adalah dua puisi yang dibuat Cak Nun siang tadi. Satu sudah dibawakan. Satu lainnya adalah menyiapkan nomor “Kemanakah Anak-Anak Itu” dari Album Kado Muhammad dengan sedikit tambahan atau sentuhan untuk menekankan penjajahan yang sedang menimpa Indonesia. Saat cek sound tadi, persiapan KiaiKanjeng juga lebih konsentrasi lagi karena mencoba nomor yang barusan disiapkan Cak Nun tersebut. Nomor-nomor lain yang dihadirkan pun diselaraskan dengan tema Jogja Gumregah ini seperti Bangbang Wetan, Medlei Jogja, dan Demak Ijo.
Profesor Muhammad Chirzin, adik kelas Cak Nun di Gontor, mewakili masyarakat sekitar Tuk Umbul menyampaikan terima kasih atas kehadiran Cak Nun dan KiaiKanjeng di Warungboto ini. Perwakilan generasi muda Darwis (salah satu komunitas generasi muda Muhammadiyyah di Yogyakarta ini) pun menyampaikan selamat datang dan terima kasih atas kedatangan jamaah dan masyarakat pada acara malam ini. Disampaikan pula bahwa acara ini diselenggarakan secara kolaboratif oleh beberapa elemen. Dan dengan adanya Tuk Umbul warisan Keraton, Ia berharap bisa diperoleh pemahaman yang sinergis antara budaya dan agama. Hal yang sebenarnya merupakan salah satu tujuan yang disampaikan oleh perwakilan Dinas Kebudayaan DIY tadi.
Cak Nun secara apik menceritakan bahwa di Warungboto ini pula dulu lahir dan di-launching majelis ilmu Nahdlatul Muhammadiyyin yang berkhidmat untuk membangun ukhuwah antara NU dan Muhammaddiyyah, dan meneliti apa-apa yang selama ini mungkin menyebabkan keretakan. Malam ini, dengan kesadaran yang sama, masyarakat Muhammaddiyah yang hadir di sini diajak menikmati ceramah Kiai Muzammil yang notabene adalah ketua Bahtsul Masa’il PWNU Jogja. Cak Nun memandu semua proses ini dalam keluasan dan ikhtiar membangun keindahan Islam, yang bermuara pada nikmat wujud kebersamaan sesama umat Islam dan umat Manusia, dan di bagian akhir KiaiKanjeng menghadirkan himne Muhammadiyyah Sang Surya. (hm/adn)