Cara Lain Memeringati HUT Kabupaten
Alangkah indahnya peringatan ulang tahun sebuah kabupaten dirayakan dengan cara seperti malam ini. Ribuan pasang mata tertuju ke panggung, tetapi mata-mata itu bukan sedang menonton pertunjukan. Tak ada hura-hura, lonjak-lonjak, atau sorak-sorak, tetapi sangat ada yang bernama kegembiraan namun dengan jalan yang berbeda. Ada lagu-lagu tetapi tidak memicu pelampiasan apapun sebab diantarkan dengan bingkai ilmu.
Ilmu juga tidak dibangun, dicari, dan digapai jika tidak sekaligus mengantarkan kebahagiaan dan kemantapan hati dalam menjalani hidup. Segala sesuatu berkaitan, dan tak bisa berdiri sendiri-sendiri. Dimensi-dimensi yang lebih lembut dari pemahaman, kenyataan, dan getaran hidup berada di belakang dan mengelilingi apa-apa yang berlangsung.
Malam ini jamaah dan hadirin, walaupun jasad mereka berdiam sejak pukul 20.00 di sini, telah mengembara jauh ke samudra ilmu dan jiwa. Dari soal mikul duwur mendhem jero yang disampaikan Pak Bupati, tentang apa yang seharusnya berlangsung dan dilakukan tepat sesudah 411, tentang beda antara pelit dan hemat, tentang baiknya kita menumbuhkan sikap memaafkan dan memaafkan, hingga tarian-tarian pencarian jiwa para penanya yang mencerminkan mereka-mereka itu adalah para pencari kebenaran dan kesejatian sekalipun ekspresi mereka tetap bisa pula menimbulkan gelak murni yang membahagiakan.
Pukul 12.40 acara tiba di penghujungnya sesudah lantunan shalawat ‘Indal Qiyam dan doa yang dipimpin oleh Mas Islamiyanto. Maksud hati Cak Nun segera ingin meninggalkan panggung karena mengejar waktu untuk kembali ke Jogja, tetapi keinginan untuk salaman seperti biasa tak bisa dicegah. Cak Nun tetap dengan penuh cinta dan kasih sayang memenuhi uluran jabat tangan satu per satu para jamaah.
Pak Bupati dan Bapak-bapak lainnya turut serta melayani jabat tangan khas Maiyah ini. Dan KiaiKanjeng lantunkan beberapa lagu untuk proses akhir menuju kepulangan para jamaah ini ke rumah-rumah masing membawa tenaga hidup baru dari Ngaji Bareng Cak Nun dan KiaiKanjeng dalam rangka HUT ke-723 Kabupaten Tuban. Tenyata magnet itu sangat kuat, meski sudah usai salaman, tetap saja masih banyak yang berdiri di pinggir panggung menikmati prosesi salaman yang masih berlangsung sembari menikmati tembang-tembang KiaiKanjeng. Melihat seluruh yang telah berlangsung dari awal hingga akhir ini, rasanya tak salah Pak Bupati menghadirkan Ngaji Bareng Cak Nun dan KiaiKanjeng, sebuah cara lain yang berbobot dan bermartabat dalam memeringati hari ulang tahun kabupaten. (hm/adn)