CakNun.com

Bukan Seperti Mas Newton yang Duduk Ngowoh dan Ketiban Apel

(Wawancara satu soal saja dengan Patub Letto)
Redaksi
Waktu baca ± 5 menit

CAKNUN.COM : Mas Patub, ada pernah kami dengar dua potong kata dari Letto: Musik Edukasi. Jelaskan, ceritakan, dan pertanggungjawabkan!

Patub : Pertengahan bulan puasa kemarin kami melanjutkan gerilya Musik Edukasi di Jakarta. Sudah edisi ke-4 ini. Dan sepertinya akan berlanjut sampai tua. Ini ungkapan optimisme dan semangat. Harus di-amin-i. Yang mengamini, comment, dan Like masuk surga. Surgane mbahmu.

Anda kira Jibril punya akun fesbuk dan ngitung jumlah Like? 10.000 like otomatis jadi kupon antrean jalur Sirothol Mustaqim yang sudah di-cor gitu? Mungkin Gusti Allah punya perjanjian bilateral dengan Mark Zuckerberg tentang poin Comment syiar onlen, sehingga tiap comment dan like akan secara matematis dan automatis meringankan beban Roqib ‘Atid menulis manual amalan-amalan kita. Syuperrr…. Sungguh islam adalah Rahmatan lil ‘alamin.

Musik Edukasi tidak pernah menghitung-hitung kemungkinan-kemungkinan amalan-amalan atau potensi-potensi datangnya pahala-pahala di setiap kegiatan-kegiatannya di kota-kota yang pernah kita datang-datang. i.

Musik Edukasi, SMAN 5 Jakarta.
Musik Edukasi, SMAN 5 Jakarta.

ME Ramadhan tahun ini (1437 H/2016 M) kita kembali lagi ke Jakarta. Kota dimana ME pertama kali kita selenggarakan tahun 2012. (Baca liputannya di LETTOLINK.COM, jangan kuper gitu ah, Kak). Dulu, edisi I juga di bulan puasa seperti ini. Beda dengan edisi II dan III di Purworejo-Kebumen dan Tasikmalaya yang berlangsung di luar Ramadhan. Next mau dimana? Gak tahu. Kita tidak pernah menargetkan sesuatu kalau hanya jadi beban. Kalau gak tercapai target, ada peluang kecewa. Wah.… Mending kita selalu bekerja keras dan peka pada peristiwa-peristiwa di sekitar, sehingga tahu bagaimana harus meresponnya. Doakan saja di kota anda. Hehe….

Musik Edukasi (ME) ada, didorong oleh rasa tidak ingin hidup sia-sia, didorong oleh rasa tanggungjawab Letto terhadap alam sekitar. Baik makro maupun mikro. Horisontal dan vertikal. Transversal atau longitudinal. Kami merasa ada Tanggungjawab disetiap Fasilitas yang diberikan Gusti Allah. Pun sebaliknya, kami boleh lah mbatin sithik-sithik, optimis bakal dikasih Fasilitas kalau diberi Tanggung jawab akan sesuatu. Tanggung jawab apa? Ya semua. Yang membedakan Nilai hidup seseorang adalah rasa Tanggung jawab. Ketika diberi, dia sanggup menanggungnya. Ketika gak ada, dia mencarinya. Letto, yo cetho tipe ke-2. Mencari…. Hehe….

Kok kurang gawean banget? Tanggungjawab kok dicari. Beban kok diburu. Ya nggak papa to. Urip2ku dhewe. Kami bebas memilih tipe dan cara menjalani hidup. Keywordnya hanya satu: bermanfaat.

ME itu apa to? Jangan-jangan hanya trik bisnis Letto mensiasati kondisi dunia persilatan yang gak tentu arah ini. Jangan-jangan ‘ming’ sekedar klinik musik seperti yang sudah-sudah. Jangan-jangan acara pentas musik biasa…. Oh…. Tidak kakak…. ME itu dahsyat. ME itu adalah upaya Letto menggeser opini kalau sebuah Band Besar Terkenal Ber-Album Empat dan Punya Puluhan Single hanya bisa nyanyi dan pentas saja. ME itu khas Letto. Dan yang lebih penting, ternyata ME ini adalah potongan kecil jawaban atas amanah mbah Nun dulu, “Letto tidak bisa dan tidak mungkin sekedar ini. Letto punya potensi-potensi yang kalian belum sadari tapi ada. Letto kudu Plus.”

ME ini mungkin semacam CSR sebuah perusahaan. Corporate Social Responsibility. Tanggungjawab sosial sebuah perusahaan terhadap alam sekitar itu tadi. Sudah saya jelaskan tadi. CSR ini hanya ngopy dari keterangan saya di atas. Ndak usah diperpanjang. Gak orisinil. Jadi, Musik Edukasi adalah Program yang dibuat oleh Letto yang *tujuannya* adalah sharing pengalaman ke adik-adik SMA atau setingkat.

Musik Edukasi, SMAN 5 Bekasi.
Musik Edukasi, SMAN 5 Bekasi.

Musik Edukasi bukan Edukasi tentang Musik (klinik musik). Bahkan musik disini hanya sebagai katalis supaya acara berjalan segar, tidak membosankan dan terjaga antusiasmenya. Menu utama ME adalah sharing bbrp hal yang Letto pernah mempelajari dan mengalami sendiri. Contohnya sharing tentangg Kreativitas. Semua org selalu bilang “ayo kreatif….!”, tapi tidak pernah menjelaskan apa itu Kreatif, how to build and maintain, apakah kreativitas itu ‘bakat’ atau bisa dilatih, dll.

Letto, dengan apa yg sudah dialaminya di dunia musik, punya kesimpulan bahwa Kreatif itu bukan copy kejadian mas Newton yang duduk ngowoh dan ketiban Apel yang Jatuh dari Pohon, tetapi memanjat Pohon untuk mendapatkan Apel.

Konklusi ini bisa dipakai di semua aspek kehidupan dan di segala disiplin ilmu. Mau musik, lukis, prosa, militer, bisnis, bahkan mbribik; disiplin ilmu terapan baru yang lagi ngehits dikalangan abege raduwe gawean.

Bagaimana caranya? Ya inilah yang kita share kepada adik-adik SMA. Kita selingi dengan guyon, dengan game interaktif dll. Kalau anda penasaran, menyesal-lah wahai manusia. Karena di jaman SMA anda, Letto belum ada.

Sabrang yang sering memberi taushiyah teknologi, kebudayaan, dan segala macem di kampus-kampus dan komunitas-komunitas, sangat mahir mengolah audience untuk ikut terlibat aktif, tidak sekedar jadi penonton, selama acara berlangsung. Kami yang dibelakang pun konsentrasi sepanjang acara dan bersiap akan semua kemungkinan peristiwa yang bisa saja muncul. Interaksi dengan peserta adalah hal wajib. Karena ME adalah workshop, bukan pertunjukkan. Maka semua yang ada disitu harus Work. “Ayo Kerja….” Pfft….

Selain manfaat, keyword lain yang penting adalah Melayani. Maka, ME ini adalah mas Pirlo kepada Shevchenko. Atau Ozil kepada Benzema. Assistant, bukan Striker. Striker-nya ya mereka ini, adik-adik SMA. Mereka yang kita layani, mereka yang kelak akan mencetak gol. Pahalanya sama, tenang saja. Kan tadi saya bilang kita tidak “etung”, tidak pelit. Wong Gusti Allah aja gak itungan kok kasih ruang dan waktu. Mosok kita ngitung-ngitung. Ora ilok.

Musik Edukasi, SMAN 5 Bekasi.
Musik Edukasi, SMAN 5 Bekasi.

Di setiap kota yang kita datangi, kami merasa ME benar-benar menjadi hal yang baru bagi mereka. 82,34% para guru dan 99,11% para murid mengira mas-mas Letto ini baik banget yak, datang ke SMA kami yang di GMaps aja kadang ilang-ilang locationnya, kasih akustikan…. Wuih, hebat lah mas-mas ini. Mereka mengira ini adalah pentas musik seperti biasa dengan format akustikan. Ya gpp. Pra-sangka dan asumsi mereka bukan faktor kelancaran ME digelar. Yang jadi faktor kelancaran adalah konsumsi, ruang merokok dan kopi. Itu saja. Di dalam riuhnya asap rokok ber-1001 racun bercampur dengan aroma kopi yang rebutan masuk menari-nari di dalam tubuh kami, maka disitulah semangat dan energi kami tak tertandingi. Ini juga bukti kalo perokok itu bukan alien. Bukan spesies yang harus disingkiri, disingkirkan, dan perlu dibuatkan UU. Bukan jenis manusia useless dan tidak sadar kesehatan. Kami mandi dan wangi kok. Apa itu tidak higienis? Kami pake vomit. Apa itu tidak rapi? Yang penting kami tau DIMANA boleh dan tidak boleh melakukan ibadah hisap. Ini hanya rokok, bukan oplosan. Kami merokok bukan tanpa alasan. Alasan kepengen itu remeh. Kepengen itu sudah kami matikan dari agenda harian. Kami merokok karena kami sadar, di setiap hisapan menyumbang partikel-partikel siklus rezeki bagi jutaan buruh tembakau. Di setiap nyala ujungnya, menjadi bara bahan bakar roda ekonomi para petani tembakau terus berputar. Itu saja. Azasnya tetep…. Manfaat. Sama seperti Musik Edukasi. Bahkan ketika ngopi dan merokok-pun, kami tetap melakukan Edukasi terselubung. Kita bahas lain waktu tentang ini.

Sesaat setelah ME selesai digelar, maka tampaklah wajah-wajah para guru yang surprised, tak menyana, tak mengira dan riang-gembira. Bliyow-bliyow ini sangat terharu dan sama sekali tidak punya bayangan sebelumnya kalau ternyata Musik Edukasi ini berisi content-content yang sangat bermanfaat bagi para muridnya. Gak papa pak. Kasih surprise itu salah satu hobi kami selain kasih sayang dan Kasih Tak Memilih.

Itu saja kok. Itu saja yang kami perlukan di setiap selesai acara digelar. Bahwa feedback dari mereka Musik Edukasi ini sangat penting untuk para murid bliyow mengenal hal-hal baru diluar pelajaran formal, belajar berekspresi sebebas-bebasnya karena nantipun mereka dikenalkan adanya Batas, dan punya sangu wacana baru jebulnya hidup ini Luwas biyanget. Tidak sekedar tangi isuk, sarapan, masuk sekolah, belajar, ujian, nunggu hasil, lulus, untuk kemudian masuk ke sekolah berikutnya, tangi isuk lagi, sarapan lagi, dst dst. Nganti tuwo….

Kalau bliyow-bliyow ini membuat kami merasa bermanfaat. Maka wis, cukup.

Yang Like dan Comment, masuk surga. Surgane mbahmu.

Lainnya

Jazz Tujuh Langit

Ada yang berbeda dalam tata panggung Kenduri Cinta edisi April 2013 yang jatuh pada tanggal 12.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Exit mobile version