CakNun.com

Silaturrahmi Nasional II Penggiat Maiyah 2015

Redaksi
Waktu baca ± 5 menit

Usai maiyahan dengan tema “Buntu” di Desa Jumbleng (7/11), Muntilan, Mas Harianto perwakilan ISIM Maiyah menginformasikan hasil rembug internal ISIM Maiyah kepada Keluarga Maneges Qudroh untuk menjadi tuan rumah Silaturahmi Nasional Penggiat Maiyah II (Silatnas II), sebagai lanjutan dari Silatnas I di Baturaden akhir tahun 2014 lalu, keluarga Maneges Qudroh pun menyambut tawaran tersebut. Setelah dibuka dengan rapat perdana pada 10 November 2015 panitia pun semakin bekerja keras seiring waktu acara yang memang telah ditentukan sebelumnya pada 4-6 Desember 2015.

Perhelatan besar Silatnas II pun tiba. Di Tlatah Pakuning Jawa, Magelang, tepatnya di Brambang Salam Resto Salaman, seusai sholat Jum’at berduyun-duyun para perwakilan simpul Maiyah tiba di lokasi acara dengan berbagai moda transportasi (4/12). Sore harinya, ‘upacara’ penyambutan penggiat Maiyah yang sudah hadir dimulai. Seluruh penggiat Maneges Qudroh mengenakan busana tradisional Jawa. Suara semarak gamelan, selompok anak-anak dan remaja dengan kostum lengkap dan tata rias wajah yang unik tampak menari riang. Sontak seluruh penggiat Maiyah berkumpul melihat kesenian daerah Waro’ Bocah besutan Komunitas Lima Gunung yang diasuh Pak Tanto Mendut.

Penyambutan kedatangan peserta Silatnas
Penyambutan kedatangan peserta Silatnas

Lebih dari 150 penggiat hadir dari berbagai simpul. Jumlah tersebut extra overload dilihat dari rencana awal yang hanya mengundang 7 orang dari 12 simpul yang ada, namun hadir menjadi 19 simpul, yang terdiri dari simpul Maiyah yang hadir pada Silatnas I, diantaranya; Padhang Bulan (Jombang), Mocopat Syafaat (Yogyakarta), Gambang Syafaat, (Semarang), Kenduri Cinta (Jakarta), BangbangWetan (Surabaya), Maneges Qudroh (Magelang), Juguran Syafaat (Purwokerto dan Purbalingga), Nadlatul Muhammadiyin (Yogyakarta), Paseduluran Tunggal Kareb (Tuban), Maiyah Re-Legi (Malang), Maiyah Pemalang. Serta 7 simpul Maiyah baru sepanjang tahun 2015 terdiri dari Jamparing Asih (Bandung), Maiyah Ambengan (Metro, Lampung Timur), Waro’ Kaprawiran (Madiun, Ponorogo, Ngawi, Magetan dan Pacitan), Maiyah Gugur Gunung (Ungaran),  Suluk Pesisiran (Pekalongan), Maiyah Pasuruan, dan Maiyah Kidung Syafaat (Gemolong). Namun penyelenggara tetap mencoba memberikan tempat dan jamuan terbaik bagi para tamu yang telah datang jauh-jauh dari berbagai wilayah Nusantara.

Malamnya ditemani grup musik Jodho Kemil Magelang, penyelenggara membuka acara dilanjut dengan sambutan dari ketua panitia mas Dhida Rahmawan. Setelah selayang pandang tentang Maneges Qudroh yang disampaikan Mas Anang acara pun dipandu oleh ISIM Maiyah yaitu Mas Harianto, Mas Zakky, dan Mas Gandhie.

Pembukaan dan Perkenalan peserta Silatnas
Pembukaan dan Perkenalan peserta Silatnas

Mas Harianto mempersilahkan para juru bicara simpulnya untuk menyampaikan tentang kegiatan maiyahan tiap kota selama satu tahun terakhir yang secara garis besar terbagi menjadi dua cakupan; perkembangan dan perjalanan simpul-simpul Maiyah dan pelayanan simpul-simpul Maiyah kepada lingkungan di sekitarnya beserta kendala dan hal khusus lainnya. Juga memaparkan tentang bentuk-bentuk pelayanan dan paparan harapan kedepan bagi Maiyah.

Ada yang mengusulkan rumah maiyah disetiap kota, kerjasama perekonomian, bank data Maiyah dan banyak hal menarik lainnya yang kemudian dikelompokkan dalam 4 tema yang akan dipresentasikan esok paginya dihadapan Dzat Maiyah. 4 tema tersebut mewakili seluruh yang disampaikan setiap simpul sebelumnya yakni tema maiyahan yang akan disampaikan oleh Maiyah Ambengan dan Jamparing Asih, tema Pelayanan disampaikan oleh Relegi, tema Harapan yang mencakup tentang penataan organisasasi oleh Bangbang Wetan, Perbaikan Ekonomi oleh Tunggal Kareb, Literasi oleh Kenduri Cinta dan Interaksi Sosial oleh Juguran Syafaat.

Pemaparan secara garis besar perjalanan dan pencapaian setiap simpul
Pemaparan secara garis besar perjalanan dan pencapaian setiap simpul

Paska Silatnas I di Baturraden yang memiliki tema besar konsolidasi internal para penggiat di setiap simpul Maiyah ternyata memilki dampak eksternal yang cukup signifikan, diantaranya adalah lahirnya beberapa simpul Maiyah baru.

Di hari kedua, Sabtu (5/12), seluruh peserta Silatnas berkumpul di Aula Pertemuan. Silatnas kali ini dihadiri oleh Dzat Maiyah; Muhammad Ainun Nadjib, Ahmad Fuad Effendy, dan Muhammad Nursamad Kamba. Di awal pertemuan, beberapa penggiat dari beberapa simpul Maiyah memaparkan secara garis besar dari perjalanan dan pencapaian mereka masing-masing. Kehadiran Dzat Maiyah di Silatnas kali ini dimaksudkan untuk mendengar langsung terkait perjalanan dan perkembangan masing-masing simpul Maiyah yang tersebar di berbagai daerah.

Cara Maiyah dalam melihat dan memperlakukan dunia tidak sama dengan kebanyakan orang saat ini
Cara Maiyah dalam melihat dan memperlakukan dunia tidak sama dengan kebanyakan orang saat ini

Setelah mendengarkan pemaparan dari perwakilan juru bicara per-tema, Dzat Maiyah mendapat kesempatan untuk memberikan pemaparan terkait respon dari apa yang sudah dipaparkan oleh perwakilan simpul-simpul Maiyah. Dari pemaparan yang sudah disampaikan oleh perwakilan penggiat Maiyah, Syeikh Nursamad Kamba menggaris bawahi bahwa perjuangan Maiyah adalah perjuangan “Jalan Sunyi”. Gelombang jalan sunyi yang dipilih oleh Maiyah, sudah seharusnya menjadi kegembiraan tersendiri bagi para pelaku Maiyah, Syeikh Kamba menjelaskan bahwa Maiyah merupakan sebuah keberkahan bagi Nusantara, meskipun Nusantara saat ini tidak menyadarinya, tetapi hal itu bukan kemudian mengecilkan hati para pelaku Maiyah, justru dengan kondisi seperti ini para pelaku Maiyah harus semakin bergembira dalam meneguhkan diri untuk terus setia menanam dan menanam.

Cak Fuad kemudian memperkuat pemaparan dari Syeikh Kamba, bahwa Jalan Sunyi yang dipilih oleh Maiyah mampu bertahan hingga sekarang karena Maiyah berlandaskan pada dialektika Cinta Segitiga (Allah-Rasulullah-Manusia). Cak Fuad kemudian menjabarkan beberapa karakter dari para pelaku Maiyah. Para pelaku Maiyah adalah ummatan washaton, yaitu ummat yang mampu berada di tengah-tengah, yang tidak memihak kepada salah satu golongan, ummat yang tidak berlebih-lebihan dalam segala hal, ummat yang mampu berlaku adil, ummat yang selalu terbuka untuk mewujudkan dialog yang mengutamakan mencari apa yang benar, bukan siapa yang benar. Para pelaku Maiyah bahkan mampu mengejawantahkan dirinya untuk tidak menonjol-nonjolkan golongannya, NU-kah dia, Muhammadiyah-kah dia, bahkan Maiyah dalam dirinya tidak ditonjolkan, melainkan yang ditampakkan adalah kemuslimannya. Yang dilakukan Maiyah bukan dalam rangka untuk mengalahkan atau menaklukan siapa, melainkan terus menerus setor kebaikan.

Kehadiran Dzat Maiyah; Muhammad Ainun Nadjib, Ahmad Fuad Effendy, dan Muhammad Nursamad Kamba
Kehadiran Dzat Maiyah; Muhammad Ainun Nadjib, Ahmad Fuad Effendy, dan Muhammad Nursamad Kamba

Cak Nun tentunya juga tidak ketinggalan untuk memberikan respon dari apa yang sudah dipaparkan oleh para penggiat simpul Maiyah. Cak Nun yang juga mengikuti acara sejak awal tampak begitu gembira melihat geliat para penggiat yang begitu antusias dan bersemangat mengikuti acara Silatnas Maiyah II ini. Di awal, Cak Nun menjelaskan bahwa menyebarnya Maiyah saat ini, dengan munculnya simpul-simpul yang baru merupakan wujud dari padatan-padatan dalam Maiyah, dimana simpul-simpul inilah yang kemudian mengasuh Jama’ah Maiyah yang sifatnya lebih cair. Bahkan lebih jauh dari itu, simpul-simpul ini juga ikut mengasuh Jama’ah Maiyah yang belum berkesempatan ikut Maiyahan secara langsung, tetapi sudah mampu merasakan nilai-nilai Maiyah.

Menegaskan pemaparan Syeikh Kamba, Cak Nun menjelaskan bahwa “Jalan Sunyi” yang dipilih oleh Maiyah bukanlah sebuah jalan yang benar-benar sunyi, melainkan sebuah cara pandang dimana Maiyah menawarkan cara pandang yang sangat berbeda dari kebanyakan manusia saat ini. Cara Maiyah dalam melihat dan memperlakukan dunia tidak sama dengan kebanyakan orang saat ini.

Pamitan, dan berfoto bersama
Pamitan, dan berfoto bersama

Kehadiran Dzat Maiyah dalam Silatnas Maiyah II kali ini tentunya memberi suntikan semangat tersendiri bagi seluruh penggiat Maiyah. Di malam harinya (5/12), para peserta kemudian dibagi menjadi beberapa kelompok untuk kembali berkumpul dipandu oleh SIFAT Maiyah yakni Pak Toto Raharjo dan Mas Sabrang peserta diminta merumuskan sejumlah rekomendasi yang kemudian akan diserahkan kepada Dzat Maiyah, untuk dikerjakan oleh ISIM Maiyah.

Sampai jumpa di Silatnas ke 3 yang akan datang
Sampai jumpa di Silatnas ke 3 yang akan datang

Ahad (6/12), pembacaan rekomendasi Silatnas II oleh ISIM dilanjut penutupan dan sebelumnya secara simbolis dilaksanakan penyerahan kenang-kenangan dari panitia kepada peserta. Silatnas II dipuncaki dengan sholawat yang dipandu oleh Cak Madjid dan Pak Verdian. Akhirnya, mata pun mulai dipejamkan sembari merasukkan setiap lafadz sholawat ke dalam relung jiwa mencoba menghadirkan Sang Imam para Pejuang, Rasulullah Muhammad Saw dan para peserta pun larut dalam jamuan Segitiga Cinta Allah, Muhammad dan kita. Kemesraan pun semakin terasa di penghujung acara ketika salam-salaman antara seluruh peserta dan panitia. Hati pun semakin terkembang atas rumaketing paseduluran setelah berbagai gaya di sesi foto bersama, sebelum kembali ke daerahnya masing-masing.

Red Maneges Qudroh/Nafisatul Wakhidah
Red KC/Fahmi Agustian

Lainnya

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit

Setelah Wirid Wabal yang dipandu Hendra dan Ibrahim, Kenduri Cinta edisi Maret 2016 yang mengangkat “Fiqih Tanpa Aqidah, Bumi Tanpa Langit” kemudian dimulai dengan sesi prolog.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta
Hilwin Nisa
Hilwin Nisa

Tidak

Topik