Mas Zainul, Sholawat dan Pendidikan Anak
Rujuk Kenduri Sholawat
Siapa yang tak mengenal sosok beliau? Vokalis KiaiKanjeng, guru bagi pelantun sholawat di negeri Maiyah. Yang sering disebut-sebut oleh Simbah Guru (Cak Nun) di setiap penampilan KiaiKanjeng bahwa suaranya telah sampai di surga lebih dulu. Kepergiannya serasa terlalu cepat, namun mungkin juga karenaNya telah merindu kekasih hatiNya itu.
Pada waktu yang sama di belahan bumi lain. Di bumi Arema digelar pula momen bersejarah bagi Maiyah Malang, yang mulai menginisiasi dan mengumpulkan balung pisah ratusan grup sholawat yang pernah ada di kota itu untuk secara intensif sambung roso (13/06).
Sejenak merefleksi catatan reportase Maiyah Relegi Februari 2014. Pada tahun 2006, Malang oleh Cak Nun selalu disebut-sebut diberbagai maiyahan sebagai salah satu simpul Maiyah dengan potensi kelompok sholawat yang jumlahnya sangat besar. Hal ini kemudian dibaca karakter kuat Maiyah di Malang adalah kelompok sholawat. Tumbuh dan semaraknya grup sholawat memiliki pengaruh pada kehidupan sosial dan individu. Dengan contoh riil putra-putri dari dr. Chris. Sejak berada dalam kandungan, anak-anak dipersentuhkan dengan sholawat. Sehingga sampai saat ini anak anak tersebut lebih suka sholawatan daripada menonton TV. Tentu hal tersebut menjadi sebuah keuntungan tersendiri ditengah acara TV yang kian hari tidak berkualitas dan dengan sholawat menurut pengalaman beliau mampu membangkitkan karakter anak.
Pada Februari setahun silam, Cak Fuad memberikan wawasan sejarah dan latar belakang yang sekarang dikenal dengan sholawat. Menurut beliau, istilah tersebut masih tergolong baru, sebelumnya masyarakat lebih mengenal dengan istilah dibaan, terbangan dll. Ada sedikit kegelisahan mengapa ada yang keberatan memusikkan sholawat? Karena memang sholawat itu istilah yang kental dengan ibadah dan dasarnya adalah perintah Al-Qur’an, yaitu supaya kita bersholawat kepada Rasulullah. Artinya, kita mendoakan Rasulullah, Menyapa Rasulullah.
Sedangkan yang beredar pada diba’an, terbangan, sholawat pada intinya berisi syair-syair puji-pujian kepada Rasulullah Saw. Namun jika di Arab bukan musik sholawat melainkan bernama musik puji-pujian kepada nabi atau Madah Nabawi.
Madah Nabawi ada sejak zaman nabi masih hidup. Para penyair Arab penentang Islam membuat puisi-puisi penghinaan kepada Rasulullah dan dibalas dengan puisi pujian kepada Muhammad oleh para sahabat. Jadi, puisi-puisi pujian pada nabi sudah ada sejak zaman nabi masih hidup namun tidak semua disebuh Madah Nabawi karena latar dan tujuan penciptaannya beragam. Ada puji-pujian yang sebenarnya bukan tulus sebagai ungkapan perasaan cinta kepada Nabi.
Setelah Nabi wafat, pada zaman Ali, lahir puji-pujian kepada nabi dan diteruskan pujian-pujian kepada Ali dan anak turunnya yang disebut ahlul bait. Kemudian lahirlah kaum sufi dan menambah kental pujian kepada Nabi. Madah Nabawi lahir dari komunitas pendukung Ali dan komunitas tasawuf sampai pada zaman Abassiyah. Salah satu yang terkenal adalah Syekh Busyiri dengan Al-Burdah. Al-Burdah dianggap sebagai puncak puisi Madah Nabawi dan menjadi acuan Madah Nabawi atau puisi pujian nabi. Sementara itu, pasca era bani Abassiyah yang bertahta, kaum muslim mengalami pergeseran dan setelah itu semua puji-pujian menerima Burdah. Bersamaan dengan itu, lahir pula tradisi Maulid Nabi. Sebelum zaman Sholahuddin Al-Ayyubi, sudah lahir tradisi maulid Nabi dari kaum tasawuf. Sehingga adanya maulid menjadi wadah pujian kepada Nabi.
Pengertian sholawat di Indonesia sekarang ini adalah jamaah sholawat berarti jamaah pembaca puisi-puisi pujian kepada Nabi. Madah Nabawi ada juga sholawatnya untuk Nabi. Sholawat adalah doa. Sementara Al-Barzanji oleh Ad-Daiba’I adalah sejarah yang ditulis secara puitis tentang nabi yang dibaca hampir menyerupai membaca Al-Qur’an. Maka, sewaktu diba’an perlu diberi pemahaman dan kreasi-kreasi yang lebih lagi untuk meningkatkan kualitas sholawat sehingga tidak selasai hanya menjadi sebuah ritual saja.
Didalam sejarah Al-Barzanji, ada 40 kisah yang ditulis dan banyak diantaranya mengandung khurofat sehingga menimbulkan pro dan kontra. Kalangan sastrawan Mesir berpendapat bahwa isi Al-Barzani itu merupakan sebuah imajinasi yan ingin menggambarkan kecintaan kepada Rasulullah. Sementara kalangan ahli menyatakan bahwa Al-Barzanji bercerita tentang Rasul tapi tidak realistis. Bahkan ada bagian-bagian yang meletakkan Rasulullah sedikit menyerupai Tuhan. Maka dari itu, kita harus terbuka untuk memahami orang yang tidak mau menerima sholawatan, barzanzi dll. Sementara tugas utama kita adalah menjaga agar sholawat tidak dieksploitasi menjadi komoditas komersil.
Totalitas Sholawat oleh Mas Zainul
Ada yang bergetar ketika mendengar lantunan tulus suaranya, merinding, seakan Kanjeng Nabi telah merasuk ke dalam dada dan beragam respon lain riuh rendah. Meskipun saya, dr. Chris, dr. Yhusi, Asti (8 tahun) dan Adl (4 tahun) putra beliau, tidak mengenal dekat mas Zainul, namun beliau berperan banyak dalam masa perkembangan emas kehidupan Asti dan Adl.
Menurut pemaparan dr. Chris, mayoritas orang tua hari ini mengalami disorientasi pendidikan anak, ketika anak sudah dimasukkan ke sekolah full day, semua pelajaran agama maupun pengetahuan sudah diberikan disekolah, orang tua masih bingung apa yang dilakukan pada anak selepas pulang sekolah dari jam 4 sampai 8 sore di waktu prime time. Ada dilema baru bagaimana dalam pendidikan anak tetap sinkron apa yang didapatkan di sekolah dan diterapkan di rumah.
Beliau teramat bersyukur, sangat terbantu, disaat para orang tua bingung waktu anak akan diisi oleh kegiatan yang seperti apa, namun Adl dan Asti malah yang mengajak orang tua untuk keluar rumah tanpa beban dan dengan senang hati, yaitu berangkat maiyahan untuk ketemu mas Zainul di Padhang mbulan.
”Buk, ini bulannya sudah bulat kok nggak pernah ke padhang mbulan lagi,“ rengek Adl pada suatu hari kepada ibunya karena sudah 3 bulan tidak datang maiyahan ke Padhangmbulan.
Penampilan all out mas Zainul dan Pak Dhe-Pak Dhe KiaiKanjeng mampu menyihir balita yang bahkan ”tak tau apapun” untuk setiap hari yang diinginkan ketemu beliaunya. Mas Zainul yang membuat anak-anak semangat ke Padhang mbulan, walau harus menempuh jarak dari Malang ke Menturo, Jombang.
”Semoga doa yang tidak dikenali dan doa yang diam-diam lebih diterima, keluarga kami cukup kehilangan, mau mupus rasa sedih itu rodo kangelan, karena anak-anak itu figurnya dari eksternal keluarga ya Mas Zainul Arifin,” pungkas dr. Chris.
Negeri Minim Figur Baik bagi Anak
Mengenalkan Sholawat tentu merupakan hal yang lebih positif bagi anak daripada membiarkan anak menonton TV tanpa pantauan orang tua. Karena memori anak sangat kuat dan imajinasi mereka sangat tinggi. Mereka dengan cepat menirukan hal-hal baru yang mereka terima dari lingkungan keluarga, lingkungan masyarakat dan media-media disekitar mereka.
Begitu juga dalam meniru berbagai perilaku, tradisi, dan etika. Rasulullah merupakan figur yang ideal sebagai manusia sempurna yang dapat dilihat dari berbagai aspek, yang dapat dijadikan sebagai panutan metode imitasi. Namun, berapa banyak disekitar kita yang benar-benar masih hidup dengan berprinsip pada kebenaran, kebaikan dan keindahan seperti Rasulullah? Bahkan hari ini mereka yang terekspos jauh dari standar itu semua, tidak jelas, model pakaian saja bahkan banyak yang wandu. Sehingga apakah cocok sebagai model panutan hidup bagi anak-anak kita?
Jika 10-15 tahun silam masih banyak lagu anak-anak, hari ini lagu yang booming yang disuguhkan tanpa sadar pula pada anak-anak tak jauh dari tema-tema cinta dan semakin tak bermakna. Anak lebih hafal lagu sakitnya tuh disini, oplosan, goyang dumang, aku mah apa atuh daripada lagu-lagu yang lebih mendidik.
Perkembangan pribadi anak sangat dipengaruhi oleh pengamatannya baik dari dalam dirinya, lingkungan keluarganya, maupun lingkungan sekolahnya, juga akan memengaruhi pemikiran anak secara konkret. Sebab, dalam proses belajarnya, anak melihat model (stimulus) kemudian diubah menjadi rangkaian simbol dalam imajinasi anak tersebut. Berikut tahap perkembangan kognitif seorang anak menurut Jean Piaget, tokoh Psikologi pendidikan.
Pada saat anak lahir sampai 1.5 tahun dia berada di tahap sensorimotor yang mana dalam masa ini aktifitas kognitif berpusat pada aspek alat indera (sensori) dan gerak (motor). yaitu anak hanya mampu melakukan pengenalan lingkungan dengan melalui alat inderanya dan pergerakannya. Keadaan ini merupakan dasar bagi perkembangan kognitif selanjutnya. Aktivitas sensori-motor terbentuk melalui proses penyesuaian struktur fisik sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Selanjutnya tahapan Pra-Operational (1,5-6 tahun), Pada fase ini anak telah menunjukkan aktifitas kognitif dalam berbagai hal diluar dirinya, aktifitas berfikirnya belum mempunyai sistem yang terorganisasikan. Anak sudah mampu memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda memahami realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda-tanda dan simbol. Cara berfikir anak pada fase ini bersifat tidak sistematis, tidak konsisten dan tidak logis. Cara berfikirnya seperti menganggap bahwa semua benda itu hidup sepeti dirinya, kepercayaan bahwa segala sesuatu dilingkungan itu mempunyai jiwa seperti manusia, menilai sesuatu dari apa yang ia dengar dan apa yang ia lihat. Mental experiment yaitu anak mencoba melakukan sesuatu untuk menemukan jawaban dari persoalan yang dihadapinya. Centration yaitu anak memusatkan perhatiannya pada sesuatu yang menarik baginya dan mengabaikan ciri yang lainnya. Dan Egocentrism artinya anak melihat dunia sekitarnya sesuai dengan kehendaknya sendiri.
Terjadi pula pada anak usia sekolah sekitar umur 7-12, pada tahap ini perkembangan pribadi anak dimulai dengan makin berkembangnya fungsi-fungsi indra anak untuk mengadakan pengamatan. Perkembangan ini memperkuat pengalaman-pengalaman yang didapat oleh anak, sehingga dapat dikatakan perkembangan setiap aspek kejiwaan anak sangat didominasi oleh pengamatannya.
Oleh karenanya, Sejatinya model pendidikan bagi anak harus banyak berinteraksi di luar rumah. Karena anak memerlukan panggung seluas-luasnya untuk berekspresi. Itu akan lebih efektif daripada sekeranjang doktrin dan dogma yang dijejalkan ketika duduk di bangku sekolah. Dan Ilmu pengetahun dibangun melalui proses interaksi yang berkesinambungan dengan lingkungan, dalam kesempatan ini juga Mas zainul hadir bagai oase di tengah padang pasir. Figur yang pantas untuk menjadi model dan teladan yang baik bagi putra-putri bangsa negeri ini.