Hidup; Proses Menguak Rahasia
Lagu yang dibawakan mbak Mela KiaiKanjeng dalam album Raja Diraja menyiratkan beberapa pesan penting kehidupan. Tidak tidur di kereta waktu, upaya memaksimalkan anugrah waktu yang telah diberikan Tuhan guna meningkatkan kapasitas diri dalam rangka bermanfaat sebanyak-banyaknya. Melebihkan usaha tak lain dalam rangka bersyukur atas ruang dan waktu yang didapat.
Tuhan aku berguru kepada Mu
Tidak tidur di kereta waktu
Tuhan aku berguru kepada Mu
Meragukan setiap yang kutahu(Tuhan Aku Berguru, album Raja Diraja, KiaiKanjeng)
Niteni
Pesan selanjutnya, bagaimana selalu berupaya untuk meragukan setiap hal yang diketahui. Dalam prosesnya kemudian manusia perlu mempertanyakan, mencari asal penyebab suatu hal terjadi, dan mempertanyakan esensi-esensi lain dalam kehidupan.
Suatu ketika di malam riuh yang sekonyong-konyong senyap, Cak Nun menegaskan bahwasanya hidup ini sederhana. Bila ingin memahami lebih banyak hal di dunia, orang Jawa punya lelaku “Titen” yang tidak ada padanannya dari bahasa apapun. Biasakan dengan Titen.
Kita bukan Nabi yang mungkin bisa “mengakses langsung” Tuhan sewaktu-waktu via Jibril ketika membutuhkan sebuah jawaban atas seabreg permasalahan. Tetapi kita dibekali akal. Maka sudah lumayan jelas bahwa maksud dari pemberian akal adalah untuk ngakali. Dalam level yang lebih praktis adalah meneliti dengan sungguh-sungguh, yang orang Jawa menyebutnya dengan “Titen”, teliti lan telaten.
Orang-orang terdahulu pada akhirnya mereka mampu memproduksi “lelaku-lelaku” yang salah satunya terangkum dalam primbon. Sayangnya seiring berjalan waktu, manusia semakin menurun “roso” nya (kepekaan) sehingga keinginan untuk melacak hal-hal yang “tidak logis” sangat kecil. Bagaimanapun, lelaku titen merupakan output dari sebuah “roso” yang kalau dalam bahasa ilmiah disebut kuriositas (rasa ingin tahu). Dan mungkin juga pembeda utama suatu mahluk layak disebut manusia (insan) atau belum itu terletak pada kualitas kuriositasnya.
Riset (Inggris : research) atau sering disebut penelitian memunculkan kata kerja meneliti. Jika meneliti ditarik kata dasarnya, maka akan ditemukan kata teliti. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendeskripsikan bahwa teliti berarti cermat/saksama dan meneliti adalah memeriksa atau melakukan suatu penyelidikan.
Meneliti adalah pekerjaan siapapun yang ingin tahu. Ada keinginan untuk mencari sebuah pembenaran dari anggapan, hipotesis, asumsi atau perkiraan. Segala sesuatu yang masih menjadi hipotesis ataupun asumsi personal harus dibuktikan keabsahannya. Sehingga, kebenaran yang ditemukan dapat diterima secara massal, diterima secara umum sebagai sumbangsih terhadap ilmu pengetahuan. Sains menyebut proses pembenaran ini sebagai eksperimen atau riset, sedang para praktisi menyebutnya sebagai proses validasi.
Di dunia yang penuh dengan asumsi ini, banyak yang beranggapan bahwasanya tugas penelitian hanya disandang oleh kaum akademis atau yang duduk dibangku sekolah. Sementara di dunia akademis, masih banyak akademisi yang belum melek tentang penelitian itu sendiri. Lalu sebenarnya bagaimanakah posisi penelitian dalam kehidupan?
Dewasa ini penelitian terkadang dianggap sebagai sesuatu yang rumit. Seakan-akan menjadi suatu keharusan bahwa penelitian itu harus dilaporkan dengan berlembar-lembar kata intelektual, istilah-istilah sulit yang kadang sulit dimengerti orang awam. Seakan menjadi suatu kewajiban bahwa penelitian itu harus tembus jurnal Internasional.
Jika mengacu pada sistem akademis, memang benar adanya bahwa penelitian itu harus dilaporkan sebagai bentuk tanggung jawab akademisi. Diluar hingar bingar kehidupan akademisi yang selalu dikerubuti oleh hal-hal ilmiah. Banyak juga orang yang telah melakukan suatu penyelidikan.
Pencarian tanpa Tepi
Di dunia teknologi kita mengenal Steve Jobs. Steve Jobs dan timnya sudah banyak melakukan riset yang terbukti berhasil meski tidak pernah dipublikasikan melalui jurnal Internasional. Tapi hasil temuan perusahaannya diimplementasikan pada produk dan proven diterima masyarakat. Meski tidak berlabel akademis, pernyataan Steve diakui sebagai kebenaran karena sudah tervalidasi. Hingga ia mendapat pengakuan dan reputasi sebagai super class innovator bersama para teknokrat lain seperti Bill Gates (pendiri Microsoft), Mark Zuckerberg (pendiri Facebook) yang tidak menyandang gelar akademis namun diakui strategi marketnya. Para inovator tersebut berhasil menghadirkan produk unggulan yang bersifat painkiller (produk yang benar-benar dibutuhkan), bukan hanya vitamin.
Riset itu sebenarnya sederhana. Hanya saja setiap manusia yang tidak mendalami melihatnya sebagai sesuatu yang rumit. Bahkan peradaban kita di masa lalu sudah mencapai pada titik gemar meneliti (poso = ngeposnoroso sebagai niat mencari kebenaran). Menjalani penyelidikan dengan media bertapa dan menyendiri (takhali, takhali, tajjali). Contoh kecil lain dari peradaban sejarah masa lalu adalah ilmu falak (astronomi, weton, perhitungan hari buruk hari baik dsb), ilmu arsitektur (Borobudur, Prambanan dll) dan masih banyak yang lain.
Ilmu-ilmu tersebut layak dan pantas disebut sebagai bagian dari riset panjang peradaban nenek moyang. Meski hanya disampaikan bermedia cerita (crito = diicrit-icrit pokok roto) dari satu generasi ke generasi lain, tidak pernah ada jurnal ilmiahnya, namun nenek moyang tersebut memiliki metode dalam proses pencarian kebenaran. Tidak pernah disidangkan ataupun diseminarkan namun mendapatkan pengakuan hingga kini. Bahkan beberapa telah diuji secara ilmiah melalui tahapan keilmuan modern hasilnya berkesinambungan dan tidak bertentangan.
Manusia sejatinya diberikan potensi yang luar biasa. Hanya saja tak banyak yang menyadari. Dengan segala potensi itu. Sangat sayang jika hidup hanya bertujuan untuk diri sendiri, untuk memperkaya diri sendiri. Sayang sungguh sayang jika bahagia itu hanya bahagiamu sendiri. Sama halnya dengan tujuan penelitian, sayang jika penelitian dihentikan gara-gara sudah memenangkan lomba, sudah Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) selepas dapat dana, apalagi jika tujuan penelitian hanya mencari dana hibah.
Puncaknya, bahwa meneliti memiliki kemerdekaan sendiri. Penelitian tidak dimiliki oleh kaum akademisi saja, melainkan tugas meneliti ini adalah tugas seluruh manusia. Karena pada dasarnya setiap manusia tengah berproses untuk mendalami perjalanannya sebagai wujud pencarian tentang kebenaran yang sejati. Robbana ma kholaqta hadza bathila. Ya Tuhan kami, sungguh tidak ada yang sia-sia apa yang Engkau ciptakan. Untuk mencapai pemahaman bahwa tidak ada yang sia-sia, maka hal tersebut harus dibuktikan secara logis dan empiris. Maka ayat apapun dalam al-Quran sesungguhnya adalah dorongan untuk manusia agar terus melakukan pencarian, penelitian. Agar menjadi manusia yang rahmatan lil ‘alamin.
Nafisatul W feat Ifa Alif
Pembelajar di Universitas Maiyah