CakNun.com

Saatnya Membangun Masyarakat Maiyah

Toto Rahardjo
Waktu baca ± 3 menit

Menyimak pertemuan Maiyah Nusantara di Menturo dan Trowulan pada acara Banawa Sekar 27 Rajab 1435 H, serta membaca beberapa notulensi teman-teman Maiyah, khususnya catatan Saudara Ahmad Rifai, saya memiliki beberapa catatan penting.

Pasca Banawa Sekar ada keinginan untuk mewujudkan “Masyarakat Maiyah”. Tentu untuk mewujudkannya dibutuhkan kemampuan mengorganisasi diri di kalangan jamaah.

Pengorganisasian yang dimaksud terkandung di dalamnya langkah-langkah penyadaran terhadap kondisi dan permasalahan yang dihadapi dan kebutuhan  menggalang potensi untuk memperbaiki dan mengembangkan tatanan hidup di sekitarnya dalam rangka membangun Masyarakat Maiyah agar lebih peka dan tanggap serta mampu menjawab perubahan yang terjadi.

Ini berarti Masyarakat Maiyah terbentuk melalui proses interaksi. Karenanya, masyarakat Maiyah (MM) bersifat dinamik dan mampu menjawab berbagai perubahan yang terjadi baik dari dalam maupun dari luar. Masyarakat Maiyah merupakan himpunan antar pribadi yang saling berinteraksi dan memiliki keterikatan atau kesaling-bergantungan dan yang berakar pada suatu tata nilai kebersamaan (komunal).

Maka pengorganisasian masyarakat Maiyah merupakan bagian dari proses membangun potensi dan kapasitas individu serta kelompok  agar mereka mampu secara aktif berpartisipasi dalam lingkungannya sehingga pada gilirannya akan mampu melakukan pengelolaan terhadap lingkungan hidupnya.

Banawa Sekar
Banawa Sekar

Di sini, perlu dipahami bahwa “pengorganisasian masyarakat maiyah” adalah upaya terstruktur untuk melihat kenyataan dan mampu menggalang potensi untuk melangkah menuju perbaikan dalam konteks tatanan sosial politik yang lebih luas. Karena kita sudah saksikan dan merasakan bahwa sistem yang ada tidak berfungsi dengan baik, struktur sosial yang ada juga diwarnai konflik, sementara pemerintah tidak sepenuhnya tanggap dengan kebutuhan masyarakat. Dalam konteks ini, “pengorganisasian” lebih merupakan langkah awal menuju masyarakat maiyah untuk mengembangkan tatanan sosial yang lebih peka dan tanggap terhadap kondisi yang dialami menuju kehidupan bersama yang lebih menyeluruh (comprehensive).

Ada beberapa contoh embrio untuk mewujudkan masyarakat maiyah yang telah diinisiasi dan perlu didukung untuk dikembangkan; misalnya warga Kenduri Cinta yang memulai kehidupan bersama dengan usaha Angkringan, Warga Macapat Syafaat dengan kerajinan makanan dari ketela, ada juga contoh melalui metode pengembangan kepengasuhan terhadap anak yang disebutnya sebagai digital parenting. Ada banyak hal yang bisa dikerjakan untuk mewujudkan kehidupan bersama yang lebih baik.

Banawa Sekar 04
Banawa Sekar

Tentu saja kita bisa membayangkan bagaimana lukisan suatu gambaran (visual) nyata yang mampu menunjukkan bagaimana gambaran tentang “masyarakat Maiyah”  misalnya tentang : (1) kehidupan perekonomian yang lebih baik bagi setiap kaum; (2) berbagai bentuk, sifat dan jenis hubungan yang lebih adil, setara antar berbagai lapisan dan kalangan dalam masyarakat; (3) hubungan yang lebih adil antara hubungan laki-laki dan perempuan, antara orang dewasa dan anak-anak; (4) jaminan hukum dan politik yang pasti bagi setiap kaum dan sebagainya; (5) upaya proses memajukan dan menciptakan masyarakat dimana sejumlah nilai luhur kemanusiaan disepakati, dihormati dan dilaksanakan dalam kehidupan keseharian; (6) relasi (hubungan-hubungan) antar berbagai pihak dan lapisan tidak lagi menjadikan kekuasaan dan kekejaman sebagai pusat pengendali kehidupan mereka, dimana semua kaum tidak menakar segala sesuatunya atas dasar nilai-nilai kebendaan yang fana, namun lebih atas dasar fitrah manusia yang mengutamakan kemaslahatan bersama dan kedaulatan kaum awam.

Banawa Sekar
Banawa Sekar

Maka pengorganisasian tentang bagaimana proses mengelola berbagai kekuatan, faktor dan unsur-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga mereka pada akhirnya dapat mencapai suatu pandangan dan pemahaman bersama mengenai keadaan dan masalah yang mereka hadapi. Karena itu, sejak sekarang perlu dipikirkan dan dilakukan langkah-langkah sbb;

  1. Mulai memikirkan, mengamati dan mensarikan suatu keadaan,terutama keadaan yang memang langsung dialami sendiri
  2. Menganalisis secara kritis sampai mencapai suatu pemahaman yang lengkap dan utuh
  3. Mengolah pemahaman tersebut hingga menjadi pengetahuan/kesadaran baru
  4. Merencanakan tindakan bersama atas dasar pengetahuan dan kesadaran baru tersebut
  5. Merenungkan kembali, menilai dan mengkaji ulang tindakan  tersebut sebagai pelajaran dan pengalaman baru
  6. Melakukan tindakan lanjutan berdasarkan pelajaran dan pengalaman baru tersebut

Tahap-tahap pengorganisasian lebih lanjut adalah

  1. Pendekatan awal
  2. Proses memfasilitasi
  3. Penyusunan strategi
  4. Pengerahan tindakan bersama
  5. Pengembangan organisasi dan keberlangsungan

Demikianlah, sejumlah langkah pengorganisasian mau tak mau harus diperhatikan dan ditempuh manakala kita bermaksud membangun apa yang kita sebut sebagai masyarakat Maiyah, lebih dari sekadar kesadaran akan nilai-nilai, melainkan implementasi secara komunal, kolektif, dan kejamaahan dalam pelbagai bidang dan lingkup kehidupan. []

Toto Rahardjo
Pendiri Komunitas KiaiKanjeng, Pendiri Akademi Kebudayaan Yogyakarta. Bersama Ibu Wahya, istrinya, mendirikan dan sekaligus mengelola Laboratorium Pendidikan Dasar “Sanggar Anak Alam” di Nitiprayan, Yogyakarta
Bagikan:

Lainnya

Jalan Baru Ekonomi Kerakyatan

Jalan Baru Ekonomi Kerakyatan

Rakyat kecil kebagian remah kemakmuran berupa upah buruh murah, dan negara kebagian remah kemakmuran berupa pajak.

Nahdlatul Muhammadiyyin
NM
“M” FRUSTRASI Setengah Abad Kemudian

“M” FRUSTRASI
Setengah Abad Kemudian

Ternyata judul “M Frustrasi” diam-diam merupakan ramalan atas nasib saya sendiri. Hari-hari sekarang ini adalah puncak frustrasi yang saya alami di senjahari usia 69 tahun saya.

Emha Ainun Nadjib
Emha Ainun Nadjib