Menyongsong Garuda Baru; Berbiji Setelah Berbuah
Berangkat dengan tema Sangkar Emas Garuda, melingkarlah Jamaah Maiyah Relegi di serambi masjid Politeknik Negeri Malang. Hadir dalam kesempatan tersebut Cak Fuad, Cak Dil, Cak Saridin, dr. Chris dan sedulur-sedulur Jamaah Maiyah Malang dan sekitarnya. Berawal dari kesadaran akan posisi diri yang ibarat berada di tengah-tengah sebuah hutan yang terbakar. Krisis multidimensi dari segi sosial, budaya, pendidikan, ekonomi, dan akhlak terjadi di semua lini. Jamaah Maiyah mencoba mengeksplorasi upaya untuk tak terbelenggu dalam sangkar emas garuda. Termasuk untuk memiliki kebebasan berfikir dan tak terbelenggu oleh maiyah itu sendiri.
Adanya belenggu tak ayal akan membuat manusia berfikir dan melakukan proses pencarian untuk menjawab teka-teki kehidupan, diantaranya pertanyaan, Kenapa manusia diciptakan?
Karena masalah itulah yang akan memotivasi kita untuk selalu berpikir dan bekerja sehinga hasil akhirnya adalah hidup kita mempunyai tujuan yang jelas yakni menyelesaikan masalah.
Seperti pernyataan yang ditulis oleh dr. Chris, Seandainya manusia bisa memahami dan menyambungkan puzzle-puzzle kehidupan yang berserakan didepannya, mungkin hidup menjadi lebih indah atau mungkin justru akan jatuh pada kemalasan hidup karena sudah tahu jawaban dari semuanya. Jadi, diambilah keputusan untuk menikmati ketidakpahaman dan menjadikan itu semuanya untuk menjadikan hidup lebih hidup dan semoga dari ini semua, akhirnya hanya bisa berusaha, berdoa, berharap, semoga menjadikan kita lebih dekat untuk bergabung pada pusaran Cahaya Sejati.
Selain itu, Cak Nun juga pernah menyampaikan dalam sebuah kesempatan, “Sadar atau tidak, hidup adalah proses pencarian, dan Allah pun tidak ‘mewajibkan’ orang untuk menghasilkan outcome, namun yang penting, ‘jalanlah dengan lurus’ (ihdinas shirotol mustaqim)”. Namun sekali lagi, untuk benar-benar meyakini jalan yang lurus pulalah diperlukan proses pencarian dan kesadaran dari masing-masing pribadi.
Berbuah adalah Proses Berbagi
Pertumbuhan manusia merupakan proses perubahan fisik yang dialami sedangkan perkembangan manusia ialah proses untuk mampu mencapai suatu kemampuan atau mampu menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya sesuai rentang usia (akhlak), diantaranya mencapai kematangan sosial, berintegritas dan kelapangan hati untuk mendahulukan saudaranya (itsar). Ketika sudah berkembang, dimana individu telah mampu mengidentifikasi dirinya tibalah waktu untuk berbuah. Secara tersirat, berbuah ialah ketika ia telah mampu menyampaikan ide ataupun hikmah kehidupan yang telah diperolehnya.
Dalam sebuah pengajian, mayoritas jamaah dibikin untuk menunggu dan siap menerima buah yang diberikan oleh ustadz atau pemateri yang bertugas begitupula dengan pemerintahan kita. Cak Dil menceritakan bahwa negara memposisikan rakyat hari ini sebagai orang yang haus buah, rakyat siap tinggal menerima buahnya tanpa berfikir kemudian untuk menanamnya. Karena yang dilakukan negara tidak memakmurkan, yang dilakukan seharusnya adalah memfasilitasi. Efek dari kebijakan tersebut negara tak memberi kesempatan rakyat untuk berkreasi. Rakyat hanya dijadikan sebagai obyek yang harus dimakmurkan saja. Padahal, seharusnya rakyat juga diajak berfikir untuk kemudian memakmurkan bumi sebagai tugas utama khalifah fil alrdh.
Ibarat Malaysia yang belajar dari peristiwa gempa di Yogyakarta, rakyat Malaysia kaget masyarakat Jogja bisa bangkit yang kemudian dapat menarik mahasiswa sana untuk datang belajar ke Indonesia. Kejadian ini tak lain karena setiap individu mampu memakmurkan lingkungan terdekatnya. Alangkah indahnya bila perilaku tersebut kita istiqomahkan.
Maka seperti tulisan pak Toto tempo hari, pengorganisasian masyarakat Maiyah merupakan bagian dari proses membangun potensi dan kapasitas individu serta kelompok agar mereka mampu secara aktif berpartisipasi dalam lingkungannya sehingga pada gilirannya akan mampu melakukan pengelolaan terhadap lingkungan hidupnya.
Masanya Berbiji
Kesadaraan jamaah setelah menerima buah yaitu menanam biji menjadi PR untuk kemudian dapat diintensifkan, sehingga benar-benar tercipta masyarakat maiyah. Bagaimana kemudian kita menciptakan semacam ini lebih banyak, karena proses merawat biji itu tidak mudah. Semakin membutuhkan waktu lama buah untuk tumbuh maka diharapkan juga semakin lama hidupnya, pungkas Cak Dil.
Asas terpenting ialah bermanfaat untuk orang lain. Dalam fisiologi manusia dr. Chris menyebutkan bahwa otak memiliki dua sisi yaitu otak sadar dan otak bawah sadar. Otak sadar dilapis luar dan otak alam bawah sadar ada di dalam. Jadi kalau manusia cedera kepala bagian luar tetap hidup tapi tak punya kesadaran. Manusia akan tetap hidup walau tanpa kesadarannya. Dalam otak sadar ternyata memiliki tujuh lapis, ada yang menerima informasi, dan menyampaikan informasi. Menurut ilmu Biologi, manusia adalah hewan tingkat tinggi karena otak manusia, tumbuh dan berkembang. Sedangkan otak hewan pada umumnya hanya bisa tumbuh, semisal kucing. Oleh karena itu, pada jamaah maiyah diharapkan ia mampu tumbuh, berkembang dan bahkan kemudian merontokkan. Kita disini jangan menunggu buah jatuh lagi, tapi sudah seharusnya menanam biji.
Selain itu, dalam anatomi otak, ada yang disebut konsep Butterfly effect, dimana ketika satu titik otak disentuh ia bisa menulari seluruh otak. Ibarat bola salju yang menggelinding dan kepakan kupu-kupu yang mungkin dampak awalnya tak seberapa. Namun, ketika sudah mencapai ujungnya, baru terasa bahwa yang kecil dan dilakukan konsisten itu bisa berdampak besar dan bahkan menimbulkan badai di belahan bumi lain. Karena dunia dalam kondisi yang kosmik, kosmos, atau memiliki keteraturan. Semuanya tinggal dikembalikan lagi kepada kita, apakah kita mau yakin atau tidak? Semisal terjadi butterfly effect dengan apa yang hari ini kita anggap disini adalah forum kecil, tulisan ataupun hasil yang kita dapat dari pengajian hari ini akan menyebar kemana-mana dan dijaga oleh malaikat.
Dr. Chris turut pula menambahkan sebuah cerita yang terdapat dalam Buku karya Cak Nun, tentang pedagang yang serius jadi pedagang. Pada suatu hari ada seorang kyai di Kediri yang berniat memborong dawet dari penjualnya. Kemudian si penjual pun protes, bahwa kalau dagangannya habis sekarang, lalu kuli-kuli itu mau minum apa nantinya?
Rupanya, si penjual sangat tahu benar falsafah dia berdagang. Berdagang dengan kesadaran, yang bukan sekadar mencari keuntungan saja, namun yang lebih indah dari itu ialah selalu diniatkan untuk bagaimana bisa melayani banyak orang. Oleh karena itu, Jadilah dirimu dengan karaktermu sendiri, entah presidennya siapapun dan ganti berapapun orang akan tetap mencari anda jika itu memang karakter asli anda.
Pengajian Maiyah Relegi dipuncaki oleh Cak Fuad yang menyampaikan bahwa semua masalah hendaknya dikembalikan pada Al-Qur’an dan Sunnah. Manusia hakikatnya diciptakan untuk beribadah. Bentuk ibadah yang paling besar nilainya menurut Allah ialah meniru Rasulullah bahwa sebaik-baik manusia adalah yang paling berguna untuk sesamanya. Seperti Itsar mendahulukan kepentingan orang diatas kepentingan diri sendiri. Oleh karena itu, semua bisa dimulai dari diri sendiri, di lingkup terkecil dan mulai sekarang juga.