CakNun.com

Kegembiraan Untuk Timnas U19

Redaksi
Waktu baca ± 11 menit

Minggu, 31 Agustus 2014. Sedari siang, para awak pendopo Rumah Maiyah Kadipiro sibuk menyiapkan tempat. Menggelar tikar, mengeset peralatan musik KiaiKanjeng dan Letto, menata area parkir, menyirami rerumputan, dan aneka persiapan lainnya. Ada apa?

Pelatih Timnas U-19 Indra Sjafri yang telah bertaut hati dengan Maiyah, sore itu mengajak timnya bersilaturahmi dengan Cak Nun, Letto, KiaiKanjeng, dan lingkar jamaah Maiyah. Ini adalah persambungan yang telah terbangun sejak Pak Indra mengundang Cak Nun untuk memberikan pembekalan menjelang keberangkatan Timnas U-19 tur Timur Tengah dan melaksanakan Umroh beberapa bulan silam, kemudian dilanjut silaturahmi pribadi Pak Indra dengan Cak Nun di Kadipiro serta kehadiran Pak Indra Sjafri di Mocopat Syafaat 17 Juli lalu. Persambungan itu makin mendalam, makin menguat.

Pukul 17.25 WIB dua bis kecil yang membawa skuad timnas U-19 dari basecamp di UNY Karangmalang Yogyakarta itu tiba di depan Rumah Maiyah Kadipiro. Pelatih Indra Sjafri, para official, dan pasukan Garuda Muda satu persatu turun dari bis dengan mengenakan seragam kaos biru muda.

Cak Nun, Mbak Via, dan Mas Sabrang menyambut kedatangan mereka dengan keramahtamahan dan kegembiraan. Dipersilakan Evans Dimas, Ravi Murdianto, dan kawan untuk mengambil tempat duduk lesehan dan melingkar. Begitu pun dengan Pak Indra Sjafri yang langsung berbincang-bincang akrab dengan Cak Nun.

Tak lama kemudian, waktu maghrib tiba. Ramli JM KMS pun segera mengumandangkan adzan. Anak-anak Timnas U-19 bergegas mengambil wudlu. Setelah siap semua, Cak Nun sendiri yang ternyata berdiri dan langsung mengumandangkan iqamah, dan kemudian beliau meminta Kiai Marzuki Kurdi dari Nahdlatul Muhammadiyyin untuk mengimami shalat berjamaah ini.

Usai shalat berjamaah, Cak Nun membuka acara malam itu dengan menyapa anak-anak timnas U-19. Satu nomor dari Letto dimintanya untuk menyambut patriot-patriot muda ini. Iya, “Hati Garuda”. Sebuah nomor yang secara khusus diciptakan Letto untuk Timnas U19. Habis mengikuti lagu ini, mereka request nomor “Ruang Rindu”.

“Intinya saya ingin mengajak anak-anak timnas U-19 ini untuk bergembira,” tegas Cak Nun. Dan sebelum kegembiraan itu dilanjutkan dalam perkenalan dan menikmati musik, Cak Nun mempersilakan mereka untuk menikmati hidangan yang sudah disiapkan. Hidangan ini tidak boleh sembarangan. Harus sudah memenuhi kriteria dokter kesehatan Timnas. Tidak boleh ada sambal atau cabai, kalau ada gorengan harus digoreng dengan minyak goreng baru. Kesehatan mereka harus benar-benar dijaga agar tetap bugar dan prima.

Setelah cukup waktu untuk makan dan berbaur satu sama lain, Cak Nun memulai ramah tamah dengan para official dan pemain timnas U19. Dipersilakan Pak Indra Sjafri untuk berbicara.

“Ini sudah ketiga kalinya kami datang ke Cak Nun. Mereka (pemain dan official timnas U19) sudah menganggap ini seperti rumah, buktinya yang seharusnya 1 mangkok, mereka malah menikmati 2-3 mangkok soto. Kami sangat berbahagia sekali bisa diterima di keluarga besar ini, dan ini akan jadi motivasi kami untuk mengemban tugas besar bangsa di bulan Oktober mendatang,” ujar Indra.

“Perjalanan kami menuju event ini sudah hampir 1 tahun kurang 1 bulan. Banyak dinamika yang kami lalui. Dan mudah-mudahan dinamika itu menjadi modal kami untuk nanti tanggal 10 melawan Uzbekhistan, dan tanggal 12 melawan Australia, tanggal 14 melawan Uni Emirat Arab. Kami datang ke sini sudah menjadi keinginan sejak bulan lalu. Kami tentu dapat pemuasan- pemuasan dari bangsa Indonesia, tapi pemuasan dari Cak Nun dan keluarga kami yang ada disini sungguh sangat bermanfaat bagi kami nantinya. Malam ini kami hampir semuanya hadir, kecuali ada beberapa yang pamit pulang kampung karena sudah lama tidak pulang,” tambah Indra.

Kemudian Indra Sjafrie mempersilakan para official dan pemainnya memperkenalkan diri. 2 perkenalan pertama biasa dijuluki bersama Indra dengan sebutan Trio JIN, yaitu ‘Jarot Indra Nur Saelan’.

“Saya Jarot Supriyadi, saya bersama coach Indra sejak 2011, bersama timnas U-16. Saya mendalami sepakbola bukan dari mantan pemain nasional, tetapi dari pendidikan di fakultas ilmu keolahragaan IKIP Jakarta. Sebelum di timnas U-19 saya di Persikota tahun 2005, kemudian 2006 sampai awal 2011 saya di Persipura Jayapura.”, sambut Jarot dan segera disambung coach Nur Saelan.

“Nama saya Nur Saelan, jabatan saya sebagai pelatih fisik. Di U-19 kita mensinergikan antara mental, fisikal, teknikal dan taktikal itu sendiri dalam satu session latihan. Secara sadar pelatihnya menggunakan itu dalam session latihan, menyesuaikan dengan filosofi dari Pak Indra. Selama ini pengalaman saya 30 tahun melatih, kalau pemain melihat sesi fisik sudah merasa berat. Padahal dengan melakukan pendekatan psikologis, kita bisa melakukan latihan fisik secara menyenangkan,” ujar Nur Saelan.

Pelatih yang paling muda, Mughni tak ketinggalan memperkenalkan diri. Aslinya dari Tegal, dan posisinya sebagai Kit Man di Timnas U-19. Indra menjelaskan beberapa official yang belum dapat hadir karena bergiliran untuk pulang kampung bertemu keluarga. Ada juga 4 pemain dari 26 pemain U19 yang tidak bisa hadir, karena minta izin beribadah ke Gereja. Satu persatu pemain timnas U19 memperkenalkan diri dari nama, daerah asal, dan posisi.

Cak Nun bercerita, “Saya main bola tahun 60-an jauh sebelum bapak ibumu bertemu kali ya, jadi posisinya satu dua tiga lima. Satu kiper, dua back, tiga gelandang, penyerang lima. Saya kiri luar. Dan saya belum pernah mengenal sepakbola 4-3-3, baru setelah sekarang ini. Bersyukurlah anda main bola bagus, diberi anugerah Allah, dikasih bakat luar biasa, dikasih postur tubuh yang dahsyat, mendapat cahaya Saelan, mendapat segala macam dari coach-coach ini. Karena di zaman saya main bola, ndak tau mau kemana. Ndak ada tim nasional, perserikatannya tidak jelas. Anda orang yang disayang Tuhan.”

“Yang kemarin sudah terlanjur slametan mau ke Spanyol itu siapa? Yang dari Grobogan. Ya sudah ndak apa-apa. Ini om-ommu ini, pakde-pakdemu ini, memperhatikan anda dengan cara seksama dari langkah ke langkah. Jadi mereka cinta anda semua. Sampai kekecewaan dan kekalahan anda pas di Brunei kemarin mereka sangat memperhatikan dan memahami semuanya. Saya ingin mengatakan kepada anda semua, hari ini sebelum kita diskusi dikit, kita kasih judul pertemuan ini “Garuda Satria, Satria Garuda,”

“Saya akan menambahkan Pak Saelan tadi tentang latihan fisik yang bersenang-senang itu ya. Jadi orang hidup kan, satu berbuat benar, dua berbuat baik, dan yang ketiga berbuat indah. Berbuat benar itu contohnya ngopernya benar, formasinya bener, momentumnya bener, kipernya meloncat kemana itu benar. Sepakbola tidak hanya berbuat benar, tapi juga baik dan indah. Saya punya teori sama seperti punya Pak Saelan.”

“Sekarang kita ini cuma disuruh berbuat benar thok, berbuat baik thok, berbuat indah thok. Tapi kalau saya, jangan berbuat baik kalau tidak menyenangkan. Latihan yang anda lakukan itu harus menyenangkan, harus nikmat. Kalau anda tidak menemukan kenikmatan dari yang anda lakukan, harus dicari kenapa tidak nikmat. Harus nikmat. Kalau sholat belum seneng, cari kenapa harus seneng. Kalau ndak seneng, ndak akan jadi itu nanti. Makanya di Islam ada hasbunallah wa ni’mal wakil, ni’mal maula wa ni’man naashir, artinya kebenaran itu urusan nikmat. Temukan anda supaya anda tetap merasakan nikmat. Selama ini kan berbuat baik itu susah, berbuat bener itu susah, yang seneng itu dapat uang, nyolong, korupsi. Kita sekarang ada pelatik fisik plus, yang memberikan filosofi bahwa berbuat bener harus menyenangkan. Latihan itu menyenangkan, gerak itu menyenangkan, minum jamu itu menyenangkan, makan agak dibatasi itu menyenangkan.”

Menambah kehangatan malam itu, Letto mempersembahkan nomor lagu “Permintaan Hati” untuk teman-teman U19. Lepas nomor-nomor Letto, Cak Nun memperkenalkan kepada coach Indra dulur-dulur Maiyah yang hadir dari Surabaya, Malang, Semarang, Nahdlatul Muhammadiyyin Jogja, dan Purwokerto.

“Indonesia itu sekarang ada dua. Sedang akan mati dan sedang mulai lahir. Itu berlangsung di segala bidang. Ya pertanian, ya ekonomi, ya politik. Yang sekarang kelihatannya hebat itu nanti sebentar lagi akan mati, akan hancur. Nah, U-19 termasuk yang sedang lahir. Dan anda memanggul masa depan Indonesia, martabat bangsa, maka kalian kita panggil Garuda Satria, Satria Garuda, maka temen-temen semua ini bangga sama anda. Saya sampai nonton lari-lari di Stadion Sleman,” ujar Cak Nun.

“Di sini ada dokter, ahli internet, ada petani. Macam-macam profesinya kumpul semua di sini. Kenapa kumpul, karena ingin melahirkan satria bareng-bareng. Pak Indra sudah melahirkan satria Garuda ini.”, tambah Cak Nun. Sabrang diminta Cak Nun untuk menjelaskan poin-poin tentang satria kepada teman-teman yang hadir malam itu.

“Semangat Letto untuk U19 jangan dipertanyakan lagi”, Sabrang memulai pembicaraan. “Itu tadi lagu ‘Hati Garuda’ sudah keluar di Itunes dan Amazon 2 hari yang lalu. Dan sesuai janji kami, itu hasilnya untuk dulur-dulur. Ini urusan kita pengin ikut sumbangsih lahirnya satria. Karena apalagi yang bisa dipahami sebagai satria kecuali pejuang-pejuang yang seperti ini,” ujar Sabrang.

“Kalau kita pernah mendengar bahwa musuh terberat itu adalah dirinya sendiri, jadi ketika musuh terberat satria itu adalah dirinya sendiri. Orang membayangkan bahwa musuh terberat itu adalah nafsu, keinginan, ya itu memang musuh yang berat. Tapi ada juga musuh berat dalam diri sendiri yang tidak kelihatan, yang namanya keraguan. Itu kalau saya membayangkan ketika pengalaman manggung, kalau ada keraguan di hati sedikit saja, ini bener ndak ya nadanya. Pasti akan salah nadanya. Itu di mana dia tidak bisa melawan dirinya. Seorang satria yang tidak bisa melawan keraguannya,” sambung Sabrang.

“Kalau orang modern melawan keraguan dengan percaya diri. Percaya diri itu percaya diri yang mana. Itu bisa menjadi sombong kalau orang terlalu percaya diri. Makanya ketika Letto terbentuk kita harus membuat alasan untuk percaya diri. Alasan kami namanya latihan. Kalau ketika kita manggung kita tidak percaya pada diri sendiri, kita percaya bahwa waktu latihan itulah yang harus dikeluarkan. Dah, pikirannya lepas, kita percaya pada kerja keras sebuah latihan. Yang kita taruh di atas panggung adalah kegembiraan dan kesenangan untuk berhubungan dengan orang lain, untuk mengabdi, pokoknya kegembiraan yang kita keluarkan. Jadi konsepnya bukan percaya pada diri sendiri tapi percaya pada apa yang telah kita lakukan. Percaya pada latihan, percaya pada keseriusan, percaya pada perjalanan yang telah kita jalani,” tegas Sabrang.

“Satu poin dulu tentang satria itu adalah bagaimana kamu menemukan kepercayaan dalam dirimu dan ketika kamu memang benar-benar bertanding, satria bertanding, tidak lagi memikirkan banyak hal, kecuali kegembiraan dan pengabdian itu sendiri. Karena modalnya sudah kita bangun bertahun-tahun, kalau otaknya ndak bisa ingat, ototnya ingat. Kalau ototnya ndak bisa ingat, kejujurannya yang mendorong dan niat tulusnya yang mendorong,” terang Sabrang.

“Kalau malam nanti kita dijanjikan makan ayam, ternyata begitu kita masuk ke ruang makan hanya ada sayur, terus anda bagaimana?” tanya Cak Nun. “Ini nanti terjadi dalam hidup kita ini lho. Kecil-kecil, sedang-sedang, besar-besar akan terjadi. Kalau sudah niat ke Eropa, tiba-tiba ke Brunei, kan sama tho. Di situlah ujian sikap satria,” kata Cak Nun.

“Begitu saya makan sayur atau tempe, di otak saya mbayangin ayam, maka rusak semuanya, bermain bola akan jadi buruk. Tapi yang ada sekarang tempe gembus, ya saya nikmati, saya syukuri, saya bermain maksimal. Jadi dalam keadaan apapun saya bermain maksimal. Itu yang namanya sikap satria. Sebab tidak setiap saat kita bisa mendapatkan apa yang kita inginkan. Kadang-kadang situasinya sama sekali tidak inginkan, tapi kita tetep harus prima, kita tetep harus fit, maksimal permainan kita.”

“Jangan sampai kehilangan imajinasi untuk membuat dirimu senang. Karena apa saja menyenangkan sebenarnya. Tergantung konsepmu. Contohnya minum jamu, minum jamu di Jawa kan mesti pahit. Kalau urusan jamu itu enak atau tidak enak, maka jamu itu tidak enak. Tapi kalau minum jamu itu kesadarannya saya menjadi lebih sehat, maka pahit seperti apapun itu menjadi enak.”

“Garuda itu umurnya sekitar sama dengan manusia, 60-70 tahun. Garuda itu menjadi benar-benar garuda setelah pada umur sekitar 40 tahun secara alamiah mengalami kejadian besar yang membuat cakarnya hilang, paruhnya hilang. Seandainya tidak mengalami apa-apa, burung garuda yang umurnya 40 tahun itu pergi gunung, itu pasti dia cakar-cakar dan patok-patok itu batu sampai berdarah, sampai lumpuh. Nah, kalau dia berhasil bangkit kembali dari kelumpuhannya itu maka dia bener-bener menjadi garuda. Jadi kalau garuda tidak pernah luka, garuda tidak pernah dikecewakan, garuda tidak pernah mengalami bangkit dari rasa sakit, maka dia belum garuda. Maka anda garuda apa bukan? Kalau anda mengalami kejatuhan, dan anda bangkit kembali, itulah garuda.”

“Kalau di Jawa ada istilah Banteng Ketaton. Banteng itu sapi jantan. Banteng itu belum berbahaya, belum sakti kalau belum ketaton. Ketaton artinya terluka. Kalau sudah banteng ketaton semua ketakutan. Tapi kalau banteng biasa tidak mengkhawatirkan. Nah, U19 itu adalah benteng ketaton. Anda sudah pernah luka, anda sudah pernah kecewa, tapi anda tidak mungkin tidak bangkit kembali. Anda akan keliling sampai Uni Emirat Arab. Anda akan memenangkan pertandingan. Karena anda semua adalah banteng ketaton.”

“Ingat, ini banteng ketaton, bukan sapi. Kalau sapi itu kerjaannya beda. Satu dicocok hidungnya, dikasih tali, disuruh mbajak. Dua diperah susunya. Tambangnya dihabisin se-Indonesia. Sapi tidak marah diperah susunya. Nomor tiga, setelah tidak bisa membajak sawah, setelah habis diperah susunya, maka tinggal satu kerjaannya, yaitu disembelih. Anda jangan mau disembelih, karena anda banteng ketaton. Bersama beliau ini saya percaya, bahwa anda dikawal oleh malaikat untuk bener-bener membuktikan Indonesia tidak bisa diremehkan oleh bangsa manapun.”

“Indonesia tidak bisa dilawan kalau percaya pada dirinya sendiri. Itu di bidang apa saja. Selama anda tidak meniru siapa-siapa, anda bangga menjadi orang Grobogan, anda bangga menjadi orang Gresik, anda bangga menjadi orang Mojokerto, bangga menjadi orang Aceh. Dan jangan kehilangan Acehnya, Mojokertonya. Anda adalah Indonesia Aceh. Acehnya lebih penting daripada Indonesia. Aceh bukan suku, Aceh itu bangsa.”

Kemudian Cak Nun bercerita tentang masa lalunya di Jombang. Bermain sepakbola sampai ke Mojokerto sebagai tim kabupaten.

Kini, KiaiKanjeng mulai menempati posisi masing-masing, Cak Nun menjelaskan sedikit tentang musik Kiai Kanjeng yang tidak berkiblat pada bangsa manapun, tapi tetap belajar kemana-mana. Cak Nun dan KiaiKanjeng memainkan sedikit musik untuk memperkenalkan perbedaan musik jawa, ada Slendro (Mayor) dan Pelog (Minor). Mbak Via dan KiaiKanjeng juga memainkan satu nomor dari Barat, “Love Story”.
“Kalau anda mau menjadi diri sendiri, anda yakin kepada diri sendiri, anda seneng menjadi diri sendiri, anda bisa mengatasi seluruh dunia. Jangan minder, jangan manganggap mereka lebih tinggi daripada kita, meskipun kita tidak boleh sombong kepada mereka.”

KiaiKanjeng membawakan “Gundul Pacul” dengan mengajak beberapa pemain dan official bernyanyi bersama di depan. Nomor “Gundul Pacul” dimainkan dengan irama asli Jawa kemudian diimprovisasi dengan irama modern. Kemudian Cak Nun memperkenalkan irama-irama apa saja bisa dimainkan oleh Kiai Kanjeng. Dilanjutkan satu nomor “Allahu Allahu” oleh Kiai Kanjeng dan Mbak Via.

“Petani belajar kepada pedagang, pedagang belajar kepada ulama, ulama belajar kepada tukang becak, tukang becak belajar kepad yang lain. Kita semua saling belajar untuk menemukan inti dari daya hidup bersama-sama.” Berturut-turut Kiai Kanjeng, Coach Nur Salam dan Imam Fatawi melantunkan nomor dangdut “Gelandangan” dan “Beban Kasih Asmara”.

“Alat yang sama, gamelan yang sama, bisa memainkan musik apa saja. Sama seperti seluruh bakat orang sedunia ada pada orang Indonesia. Anda ngalamin seneng jadikan energi, anda ngalamin susah jadikan energi. Dendam, mangkel, marah jadikan energi dengan tata cara tertentu. Seluruh gejala emosi anda dieksplorasi menjadi energi diseluruh badan.”

Cak Nun menjelaskan aransemen KiaiKanjeng yang bisa mewadahi musik seluruh nusantara. Tak lupa ditegaskan tentang bakat-bakat orang Indonesia yang hebat seperti dalam pembuatan produk Samsung Korea, Pesawat Concorde, standar sayap pesawat dunia.

“Anda tidak sendirian, kemanapun anda pergi kami selalu bersama anda. Anda senang, kami melihat ikut senang. Anda sedih, kami ikut merasakan. Anda menderita, kami ikut menangis. Kita satu badan. Kalau kaki terantuk, yang teriak mulutnya, yang menangis matanya.”
Hayya bersama Kiai Kanjeng mempersembahkan lagu barat “If I’Aint Got You” untuk acara malam itu.

Sekarang Cak Nun mempersilakan Coach Indra Sjafri merespon seluruh apa yang telah dialami bersama malam itu di Rumah Maiyah Kadipiro.

“Setelah pulang Brunei kalau saya teriaki ‘Semangat Lolos Piala Dunia!’, maka mereka menjawab mulai lemas. Maka sekarang sudah berbeda. Dan satria waktu ke HBT betul-betul tidak bisa utuh. Memang kami tahu satria jangan menyerah, jangan takut pada siapapun, jangan takut pada situasi apapun, tetapi mungkin itu yang belum diberikan pencerahan ke kami. Apa yang Cak Nun berikan tadi, akan menjadi titik awal kami menjadi satria yang benar-benar satria. Dan ke depan kami tidak akan takut pada apapun, tidak takut dengan situasi, apapun yang akan terjadi.”

“Menurut anda Tuhan berperan ndak dalam permainan anda? Sangat berperan. Ada yang konkret ndak? Sebenernya orang itu bisa menjamin tidak memasukkan bola? Tidak bisa kan? Bisa menjamin akan menang? Kan tidak. Jadi ada sahabat kita yang namanya Tuhan, jangan pernah terpisah dari Dia. Jangan pernah memulai sepakbola tanpa menyebut nama Dia dengan cara masing-masing. Kalau bola kena gawang itu yang menyelamatkan siapa? Sehingga tidak masuk karena kebentur gawang, apa gawang menyelamatkan? Yang menyelamatkan itu yang menguasai gawang, yang menguasai arah bola. Jangan pernah memulai segala sesuatu tanpa melibatkan Tuhan. Sehingga nanti anda berdoa di tengah jalan maka Tuhan akan mengabulkan, kalau anda tidak berdoa sejak awal, begitu ditengah jalan anda berdoa, kan Tuhan bilang ‘Lha kamu tadi ndak bilang Saya, sekarang main bilang-bilang. Setelah agak sulit terus ngomong.’. Kebanyakan orang Indonesia kan begitu. Waktu mau korupsi ndak ngomong Tuhan, waktu ketahuan terus umroh,” tambah Cak Nun.

“Kalau Allah menghendaki, dan kalau yang aku inginkan ini sesuai dengan kehendak Allah, maka Allah yang akan membuat kejadian itu seperti yang kita maui. Itu yang disebut Kun Faya Kun. Mau main drama, mau main musik, mau bertani pokoknya kita awali dengan Kun Faya Kun. Tuhan terharu dan akan mengabulkan keinginan kita.”

“Indonesia akan menjadi mercusuar bagi seluruh dunia. Korea akan pusing kepala, dia harus mau berendah hati. Dan kesebelasan-kesebelasan yang lain pun di seluruh dunia akan berendah hati kepada kita, asalkan anda setia kepada takdir Tuhan kepadamu. Kamu dijadikan orang Grobogan, rela, ikhlas, nikmat. Anda harus bangga dengan dirimu. Kambing bangga sebagai kambing, ayam bangga sebagai ayam. Ayam tidak lebih rendah daripada kamning. Kambing tidak lebih kecil daripada gajah. Kalau kita setia kepada apa yang dikehendaki oleh Tuhan, maka Tuhan yang akan membikin peristiwanya terjadi seperti apa yang anda kehendaki.”

Sabrang dan Kiai Kanjeng feat Letto diminta memainkan “Sebelum Cahaya” oleh Cak Nun untuk mengawali perjalanan timnas U19 bertanding Oktober nanti.

“Jangan lupa kelihatannya hanya dalam tanda petik sepakbola itu akan membangun kembali harga diri bangsa Indonesia. Anda tahu kita ini sedang terancam untuk pecah. Jadi minimum Aceh dan Papua akan hilang dari Indonesia. Maksimumnya kita nanti terbelah menjadi 16 negara. Itu ancamannya seperti itu. Tapi saya kira, dari sepakbola saja, emosi orang se-Indonesia akan bisa terbangun kembali untuk tidak mau dipecah belah, untuk tidak mau dijadikan banyak negara. Kita tetap jadi satu negara yang namanya Nusantara.”

“Indonesia ini bukan kumpulan suku-suku kemudian menjadi bangsa. Indonesia adalah bangsa-bangsa yang berkumpul menjadi united nation of Nusantara. Karena Jawa itu bangsa, aceh itu bangsa, batak itu bangsa, bukan suku. Karena memenuhi parameter itu. Ini saya tidak sedang mempengaruhi apa-apa, tapi sedang membuat anda percaya bahwa anda memiliki kebesaran. Kita mohon kepada Allah agar anak-anak U-19 ini akan menjadi pintu masuk bangkitnya kembali seluruh Republik Indonesia Nusantara ini.”

Cak Nun meminta teman-teman dari pemain U19 untuk melingkar di depan, bergandeng tangan satu sama lain. Kiai Kanjeng memainkan apik nomor “Medley Nusantara”. Lagu yang mencerminkan persatuan Nusantara, berisi musik daerah dari Aceh sampai Papua.

Acara dipuncaki dengan Sholawat Indal Qiyam dan doa bersama-sama. []

Lainnya

Mocopat Syafaat bersama Tim Nasional U-19

Langit malam itu cukup cerah disekitar Tamantirto, Bantul Yogyakarta, setelah beberapa hari diguyur hujan, juga beberapa wilayah di Indonesia diliputi mendung serta hujan.

Juguran Syafaat
Juguran Syafaat

Topik