CakNun.com

Catatan Perjalanan Cak Nun KiaiKanjeng, Mangir, 21 Okt 2014

Helmi Mustofa
Waktu baca ± 5 menit

Maiyahan “Ngaji Bareng Warga Jaten, Manukan, dan Mangir” bersama Cak Nun dan KiaiKanjeng di halaman Masjid Al-Hikmah, Jaten, Pajangan Bantul malam ini telah diawali dengan beberapa nomor shalawatan yang dipandu oleh Mas Islamiyanto.

Maiyahan malam ini diselenggarakan oleh masyarakat Jaten, Manukan, dan Mangir yang notabene merupakan kampungnya kakak beradik Mas Giyanto dan Mas Saryanto (dua kakak beradik personel KiaiKanjeng). Cak Nun KiaiKanjeng memenuhi undangan untuk mangayubagyo acara tasyakuran dan peresmian Masjid Al-Hikmah ini.

Ngaji Bareng Cak Nun - Mangir - 01
Cak Nun, KiaiKanjeng, dan Coach Indra Sjafri bermaiyahan bersama masyarakat Mangir.

Suasananya adalah benar-besar suasana desa. Sebagian jamaah, terdiri ibu-ibu, remaja, dan anak-anak, semua duduk lesehan di bawah rimbun pepohonan yang berhadapan dengan panggung.

Cak Nun yang malam ini ditemani pelatih Timnas U-19 Indra Sjafri sudah naik panggung usai beberapa nomor Shalawat KiaiKanjeng. Pertama, Cak Nun menyampaikan terima kasih karena sudah disedulur oleh warga Mangir. Cak Nun sendiri merasa Mangir adalah rumahnya karena Mbak Via adalah bergaris keturunan dengan Ki Ageng Mangir. Kedua, Cak Nun menyampaikan minta maaf karena tidak bisa sampai malam-malam banget, karena harus segera ke Jombang sehubungan dengan meninggalnya Bu Ninuk (istri Cak Nang, adik Cak Nun) yang 17 Oktober lalu ikut hadir Maiyahan Mocopat Syafaat. Sekaligus Cak Nun mempamitkan Mbak Via yang belum bisa hadir di Mangir malam ini karena sore tadi sudah terlebih dahulu bersama adik-adik Cak Nun yang lain berangkat ke Jombang. Ketiga, Cak Nun memperkenalkan Pak Indra Sjafri kepada para jamaah, seseorang yang belakangan menjadi sahabat beliau. Sepulang dari Myanmar, Pak Indra memiliki waktu agak luang sehingga bisa ikut Maiyahan di desa Jaten ini, dalam suasana dan format Maiyahan yang beda dengan Mocopat Syafaat yg selama ini beliau hadir.

Dan ternyata, hidup di Indonesia ini bakatnya memang hidup tumoto/tertata, karena sudah ada RT/RW, Dusun, Desa, Kecamatan, dan seterusnya. Belum lagi dalam hal-hal lainnya, seperti kecanggihan (advance) dalam bidang kuliner. “Jadi, tema malam ini memang pas dan bagus,” tutur Cak Nun.

Ngaji Bareng Cak Nun - Mangir - 02
Masyarakat Desa Mangir mengikuti acara Ngaji Bareng Cak Nun.

Tidak lupa Cak Nun memberikan view mengenai kehadiran Pak Indra Sjafri malam ini. Apa hubungannya Pelatih Timnas Sepakbola dengan Pengajian. “Dalam sepakbola, ada yang namanya pemain sepakbola. Tetapi Pak Indra tidak sedang membawa anak-anaknya menjadi sekadar sebagai pemain sepakbola, tetapi ‘manusia sepakbola’. Jadi, ada hubungannya antara manusia sepakbola dengan pengajian,” papar Cak Nun.

Semua jamaah yang duduk tersebar sampai ke pojok-pojok di bawah pohon seluruhnya khusyuk menyimak uraian Cak Nun terutama saat Cak Nun mendoakan mereka dengan nomor Tombo Ati yang di dalamnya ada versi Minangnya. Semuanya mengamini saat doa dipanjatkan Cak Nun di penghujung nomor ini agar Allah memberikan keberkahan hidup bagi mereka.

Khusus mengenai peresmian Masjid, Cak Nun berpesan agar kita semua memahami masjid secara subtansial dan menyeluruh. Masjid adalah tempat sujud formal. Tetapi masjid esensial bisa di mana saja, di luar masjid, sebab Rasul menyatakan di mana pun engkau bersujud di situlah Masjid. Kesadaran ini penting, sebab kita punya kecenderungan untuk mendewakan masjid secara formal, sejalan dengan keterjebakan kita pada formalisme-formalisme dalam beragama. Sebab, sejatinya pada akhirnya hanya Allah yang tahu siapa yang benar-benar bersujud. Filosofi masjid (tempat bersujud) adalah semakin kita merendahkan diri kepada Allah, semakin tinggi derajat taqwa kita. Semakin tegak mendongak ke atas, semakin rendah diri kita di hadapan Allah.

Jangan pula menyembah sholat, yaitu ketika anda rajin sholat anda menjadikan sholat itu untuk umuk/menyombongi orang yang belum atau tidak sholat. Sangat mungkin akan batal sholat Anda. Sholat itu jangan dijadikan bahan untuk kebanggaan sosial. Dan sesungguhnya, yang ditunggu orang adalah output sosial dari sholat Anda. Maka sebenarnya, masjid adalah “dapur rohani” bagi anda dan masyarakat yang akan mengantarkan anda menyuguhkan kebaikan sosial bagi masyarakat.

Sudah pasti kita harus memahami wilayah Mahdhoh dan Mua’malah dalam konteks masjid ini, tetapi, “Mudah-mudahan anda bisa ngregengke masjid dengan pemahaman-pemahaman tadi,” harap Cak Nun.

Sangat terasa bahwa malam ini Maiyahan dibawakan Cak Nun dengan sangat lebih padat dibandingkan sebelumnya. Tidak saja padat dari sisi ilmu, tetapi juga padat pada nomor-nomor lagu yang dibawakan. Seperti saat ini, lagu Ilir-ilir dibawakan dengan sangat apik, khusyuk, dan partisipatif di mana salah satunya Pak Lurah juga dilibatkan menyuarakan “Yo Sura’o surai yo,” dan puncaknya di sela-sela speed shalawat Badar Cak Nun melantunkan doa dengan suara tinggi “Allahummaftah lana abwabal afiyah, wa abwabal barokah, wa abwabal maghfiroh….”.

Berpindah ke Coach Indra Sjafri, Cak Nun mengantarkan bahwa Pak Indra ini akan terus memajukan sepakbola Indonesia dengan mendirikan akademi sepakbola yang mendidik pemain sepakbola sejak usia dini.

Empat pemain timnas U-19 usai dari Myanmar ini akan dipanggil untuk bergabung ke Timnas senor. Sebuah hal yang bagus, di usianya yang masih muda sudah memperkuat timnas senior. Dan sebenarnya, berdasarkan referensi internasional, fenomena U-19 ini mendapat sorotan positif dari Timur Tengah dan dipuji di Spanyol. Pertama-tama, seperti saat di Mocopat Syafaat lalu, Pak Indra secara gentle dan rendah hati menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat atas kegagalan U-19 di Piala Asia. Coach Indra bercerita, setelah kekalahan di Myanmar, dia meminta saran kepada Cak Nun apa yg harus dilakukan. Cak Nun menyarankan agar dengan gentle, kepala tegak, dan rendah hati memohon maaf kepada masyarakat dan jangan mencari pembenaran apapun.

Ngaji Bareng Cak Nun - Mangir - 03
Diantara rerimbunan pohon, masyarakat Mangir tetap bersemangat mengikuti acara.

Sebelumnya, Coach Indra membayangkan pasti publik akan marah atau mungkin mengutuk. Tapi apa yang terjadi? Saat tiba di Bandara Cengkareng, orang-orang menyalami dan mengucapkan terima kasih kepada Coach Indra dan anak-anak U-19. Tak ada sedikit pun yang menyalahkan. Bahkan media-media pun juga tidak ada yg menuliskan secara negatif. Mungkin mereka tahu, kata Coach Indra, kalau ada yang dipersalahkan, tetapi kita tidak mau menyalahkan siapa pun. “Mungkin kalau tak ada Cak Nun di Myanmar, saat pulang saya mgkn ambil rute ke negara lain, karena tak siap dimarahi banyak orang, tapi alhamdulillah, respon publik tidak seperti yang saya khawatirkan. Mungkin ini cara Allah menyayangi kami dan anak-anak, sebab sebenarnya semua kekalahan ini merupakan pembelajaran yg sangat baik bagi Timnas U-19, maupun untuk bangsa Indonesia,” tutur Coach Indra.

Kemudian Coach Indra cerita lebih detail bagaimana dia membina Timnas U-19, bagaimana sikap batinnya kepada Allah dalam menghadapi momen-momen krusial dalam pertandingan-pertandingan yang dilakoni Evan Dimas dan kawan-kawan, sampai kesadaran tentang kekalahan yang justru dibutuhkan untuk menggembleng mereka. Pada posisinya saat ini, Timnas sudah menorehkan prestasi, juara AFF setelah 20 tahun tak pernah diraih Indonesia, lolos piala Asia, mengalahkan Korsel yang 12 kali juara piala Asia, dan mengutip tulisan Cak Nun mungkin mereka belum saatnya dibebani untuk lolos piala dunia, agar mereka merasakan “pahit dan jatuh bangunnya” penempaan diri.

Selanjutnya, usai Pak Indra berbagi dengan jamaah, Cak Nun menggarisbawahi bahwa Timnas U-19 itu sudah hebat, mencapai prestasi yang belum dicapai kakak-kakak seniornya, dan mungkin memang lebih baik tidak lolos ke piala Dunia agar mereka lebih tertempa, terhindar dari kebesaran dan kesombongan, mereka akan terus belajar. “Jadi, di Myanmar kemarin, saya dan Mbak Via ternyata datang tidak untuk merayakan pesta pora melainkan untuk menemani anak-anak Timnas U-19 dan coach Indra Sjafri,” tegas Cak Nun.

Usai sesi bersama Pak Indra, Cak Nun dan Pak Indra segera pamitan. Cak Nun meminta Kiai Muzammil untuk meneruskan acara malam ini.

Foto: Array

Lainnya

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

KiaiKanjeng of the Unhidden Hand

Sejak jum’at siang (8/5) KiaiKanjeng sudah berada di Jakarta untuk malamnya menghadiri Kenduri Cinta, setelah menjalani rangkaian Maiyahan di Jawa Timur, mulai tanggal 4 Mei 2015 di Universitas Airlangga Surabaya, kemudian 5 Mei 2015 di Universitas PGRI Adibuana Surabaya, dilanjutkan tanggal 6 Mei-nya di Sidoarjo.

Kenduri Cinta
Kenduri Cinta

Topik